Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Curhatan Seorang Introvert

25 Mei 2021   08:12 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:18 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang introvert (Sumber: psikologid.com)

Kali ini izinkan saya untuk curhat ngalor-ngidul saja. Mengisi waktu luang sembari mendengarkan apa yang terpendam dalam benak ini. Dan apa yang perlu saya tuliskan supaya menambah kelegaan batin ini.


Semenjak saya dilahirkan sampai saya kemudian bisa berbicara dan mengenal bahasa, saya bukanlah tipikal orang yang mudah dan gampang mengutarakan apa yang saya pikirkan dan rasakan secara lisan.

Orang-orang diluar sana mungkin akan lebih mengenal saya sebagai sosok pendiam dan tidak banyak bersuara. Itupun bagi mereka yang belum kenal dekat, kalau sudah kenal dekat biasanya saya bisa menjadi orang berbeda tergantung obrolan apa yang ditawarkan.

Dari semua karakteristik yang menempel pada orang-orang pendiam, saya melihat ada satu kesamaan yang pasti ada pada diri orang pendiam, yaitu kecerdasan.

Memang sih tidak semua orang pendiam itu bisa dikategorikan cerdas. Tapi hampir sebagian ilmuwan dan orang-orang jenius dalam sejarah terbukti memiliki sifat pendiam.

Kita lihat saja dalam abad modern ini, bos facebook Mark Zuckerberg misalnya ternyata dia adalah orang pendiam atau sebut saja introvert. Begitu pun dengan bos microsoft om Bill Gates yang juga ternyata adalah sosok introvert.

Ma'af nih sebelumnya saya tidak bermaksud mengagung-agungkan orang pendiam, tapi saya hanya menyampaikan apa yang saya ketahui dan rasakan saja sebagai salahsatu orang yang termasuk pendiam.

Pendiam disini sebetulnya perlu didefinisikan dulu secara jelas. Contoh kasusnya begini, saya itu memang orang pendiam dan tidak suka bicara, akan tetapi ketika ada orang yang mampu merangsang saya untuk berpikir maka saya akan banyak berbicara.

Maksudnya begini, saya diam karena saya selalu menghindari suatu obrolan yang kurang berisi atau kurang berfaedah, misalnya mengenai gosip, hoax, bucin, ngomongin keburukan orang lain atau apa saja yang kurang berfaedah.

Karena saya suka merasa lelah dan energi ini cepat habis kalau digunakan untuk membicarakan sesuatu yang kurang berfaedah.

Berbeda ketika yang dibicarakan adalah mengenai suatu ide, gagasan, seni, atau apapun yang merangsang pikiran untuk berpikir atau pun menganalisa, maka saya akan sangat bergairah untuk terlibat dalam percakapan tersebut.

Salahsatu alasan kenapa orang yang pendiam itu sulit mengeluarkan gagasan dan pikiran yang ada dikepalanya secara lisan karena mereka lebih berhati-hati dalam berucap dan cenderung lebih banyak menganalisa tentang kemungkinan respon seperti apa yang akan diterima oleh lawan bicaranya.

Orang pendiam selalu berpikir terlebih dahulu sebelum mereka berbicara, tapi mereka sebetulnya tahu apa yang perlu mereka katakan.

Apalagi jika mereka terjebak pada suatu perdebatan. Mereka sebenarnya bisa "mengalahkan" dan mematahkan argumen lawan bicaranya, namun seringkali mereka memilih mengalah ketimbang meneruskan perdebatan, karena menurut mereka berdebat hanya akan buang-buang waktu dan menghabiskan energinya.

Jangan salah, orang pendiam itu rata-rata cerdas lho seperti yang saya sebutkan diatas. Bukan hanya cerdas tapi mereka juga menghanyutkan.

Salahsatu kelemahan orang pendiam itu mereka tidak bisa ekspresif, apa yang mereka pikirkan dan rasakan cenderung dipendam sendiri.

Kalau seandainya mereka berani ekspresif dan apa adanya, orang-orang di sekelilingnya mungkin akan sangat terkejut dengan seberapa luas dan dalamnya pengetahuan yang mereka miliki.

Itulah alasan kenapa orang pendiam atau introvert itu lebih suka menulis dan menyampaikan apa yang menjadi gagasan dan pikirannya melalui tulisan.

Banyak penulis hebat rata-rata mereka adalah introvert, pendiam, tidak banyak bicara, tapi mereka lihai dan bawel ketika menulis. Lewat tulisanlah mereka selalu merasa lebih nyaman dalam mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.

Saya sendiri termasuk orang yang lebih senang menyampaikan pikiran dan perasaan ini melalui tulisan. Saya merasa lebih cakap menyampaikan gagasan melalui tulisan. Argumen-argumen yang saya lontarkan akan terasa lebih kuat dan tajam ketimbang saya sampaikan dalam bentuk lisan.

Melalui tulisan saya bisa meramu pikiran dan perasaan saya dalam sebuah narasi yang runut, logis dan mudah dicerna. Melalui tulisan saya bisa dengan bebas memilih diksi apa pun untuk mengejawantahkan pikiran saya.

Orang lain mungkin akan menilai saya adalah orang yang cukup vokal dan kritis, ketika dilihat dari tulisan-tulisan yang saya buat. Namun saya sebenarnya tidak nyaman apabila mengeluarkan apa yang saya pikirkan dan rasakan ini secara lisan.

Alasannya banyak, salahsatunya kadang orang yang saya ajak bicara itu tidak mampu menangkap apa yang saya bicarakan, entah karena gagasan yang saya tawarkan terlalu aneh atau karena saya kesulitan dalam merunutkan pikiran saya ke dalam bahasa lisan.

Selain itu, sering pula terjadi mispersepsi dimana pesan yang ditangkap ternyata jauh berbeda dengan apa yang saya maksud.

Seringkali dalam suatu diskusi atau bahkan perdebatan saya selalu memilih memposisikan diri sebagai pihak yang tidak mendominasi pembicaraan.

Bukan saya tidak tahu atau tidak paham tentang konteks yang dibicarakan, akan tetapi bagi saya lebih baik menahan diri untuk tidak berbicara sejenak, ketimbang berbicara namun hanya mengeluarkan pikiran-pikiran yang kosong dan omong kosong belaka.

Karena komunikasi itu bukan seberapa banyak kita bicara, namun komunikasi juga adalah soal kemampuan kita dalam mendengar dan mengajukan pertanyaan. Beda antara banyak ngomong dan banyak ngobrol.

Banyak ngomong artinya kita lebih banyak bersuara dan mengeluarkan kalimat-kalimat atau kata-kata yang tidak penting, sedangkan banyak ngobrol adalah kemampuan kita dalam berkomunikasi dua arah diantaranya pintar menimpali dan mengajukan pertanyaan pada lawan bicara dan bersedia menyimak apa yang dikatakan lawan bicara.

Jadi meski saya masuk kategori orang pendiam, saya tidak pernah kewalahan dan kepayahan ketika terjebak dalam suatu percakapan, apalagi jika topik yang ditawarkan itu menarik, sudah pasti saya akan terhanyut didalamnya.

Ini sebenarnya hanya curhatan saja. Terimakasih untuk anda yang mau capek-capek menghabiskan waktu berharganya membaca celotehan ringan ini.

Ini hanya sebatas oretan untuk mengisi kekosongan halaman diary saya di rumah digital ini. Syukur-syukur kalau ada manfa'at dan hikmah yang bisa anda ambil.

Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di curhatan berikutnya..


Sahabat Anda
Reynal Prasetya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun