Alasannya banyak, salahsatunya kadang orang yang saya ajak bicara itu tidak mampu menangkap apa yang saya bicarakan, entah karena gagasan yang saya tawarkan terlalu aneh atau karena saya kesulitan dalam merunutkan pikiran saya ke dalam bahasa lisan.
Selain itu, sering pula terjadi mispersepsi dimana pesan yang ditangkap ternyata jauh berbeda dengan apa yang saya maksud.
Seringkali dalam suatu diskusi atau bahkan perdebatan saya selalu memilih memposisikan diri sebagai pihak yang tidak mendominasi pembicaraan.
Bukan saya tidak tahu atau tidak paham tentang konteks yang dibicarakan, akan tetapi bagi saya lebih baik menahan diri untuk tidak berbicara sejenak, ketimbang berbicara namun hanya mengeluarkan pikiran-pikiran yang kosong dan omong kosong belaka.
Karena komunikasi itu bukan seberapa banyak kita bicara, namun komunikasi juga adalah soal kemampuan kita dalam mendengar dan mengajukan pertanyaan. Beda antara banyak ngomong dan banyak ngobrol.
Banyak ngomong artinya kita lebih banyak bersuara dan mengeluarkan kalimat-kalimat atau kata-kata yang tidak penting, sedangkan banyak ngobrol adalah kemampuan kita dalam berkomunikasi dua arah diantaranya pintar menimpali dan mengajukan pertanyaan pada lawan bicara dan bersedia menyimak apa yang dikatakan lawan bicara.
Jadi meski saya masuk kategori orang pendiam, saya tidak pernah kewalahan dan kepayahan ketika terjebak dalam suatu percakapan, apalagi jika topik yang ditawarkan itu menarik, sudah pasti saya akan terhanyut didalamnya.
Ini sebenarnya hanya curhatan saja. Terimakasih untuk anda yang mau capek-capek menghabiskan waktu berharganya membaca celotehan ringan ini.
Ini hanya sebatas oretan untuk mengisi kekosongan halaman diary saya di rumah digital ini. Syukur-syukur kalau ada manfa'at dan hikmah yang bisa anda ambil.
Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di curhatan berikutnya..
Sahabat Anda
Reynal Prasetya