Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Menjelang Usia 25 Tahun Belum Punya 100 Juta dan Belum Sarjana, tapi Saya Tetap Bahagia

16 Mei 2021   21:33 Diperbarui: 20 Mei 2021   15:45 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hidup Bahagia (Sumber: Shutterstock.com via kompas.com)

Lalu apa yang dulu saya lakukan sehingga saya bisa lolos dari cengkraman QLC itu?

Hmmm ceritanya sekitar 5 tahun lalu, saya lupa persisnya tahun berapa, intinya waktu itu saya baru satu tahun lulus SMA dan usia saya sudah menginjak 19 tahun. Jadi bukan di usia 25, saya malah mengalami QLC sudah sejak lama. Malah baru nyadar sekarang kalau dulu ternyata saya pernah mengalami QLC haha.

Ya, saya tidak akan menceritakan semuanya, namun pada intinya waktu itu saya benar-benar terpukul, patah hati, kecewa, marah, minder dan bahkan tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri. Perasaan tersebut muncul diakibatkan oleh hubungan saya yang kandas alias putus cinta dengan kekasih saya. Kisah nyata haha...

Saya tidak sadar apabila saya meletakan kebahagiaan pada orang lain atau sesuatu diluar diri, ujungnya ternyata akan memilukan. Ketika kekasih saya pergi, rasanya kebahagiaan saya seperti dicabut, saya mulai tidak semangat menjalani hidup dan mulai demotivasi waktu itu.

Tapi dimomen itulah titik balik kehidupan saya dimulai. Saya mulai realistis, saya tidak lagi memandang cinta dari aspek perasaan dan emosional saja, namun saya mulai lebih logis bahwa ternyata cinta dan segala sesuatu yang berhubungan dengan romansa ada mekanismenya, ada cara kerjanya dan bahkan kita bisa memainkannya!!!

Pada saat itu saya mulai getol meneliti, membaca dan mengumpulkan literasi mengenai dinamika cinta. Saya ingin mengetahui semuanya, hingga pada akhirnya saya mulai menemukan pencerahan bahwa apa yang selama ini saya yakini benar ternyata tidak sepenuhnya benar.

Pada titik itupula saya mulai mendalami tentang spiritual. Saya mulai masuk kedalam diri, saya mulai meneliti dan mengobservasi diri saya sendiri, apa saja kelebihan dan kekurangan diri ini? Apa kelebihan yang ada pada diri saya yang tidak dimiliki orang lain? Apa bakat saya? Apa karir yang sebaiknya saya kejar? Apa tujuan hidup saya? 

Saya terus bertanya-tanya dan perlahan-lahan kecintaan terhadap diri ini pun mulai tumbuh dan semakin menguat.

Tidak puas sampai disitu saya mulai mencari tahu siapa Tuhan saya? Dimana Dia? Sehingga tanpa sadar karena terlalu keaksyikan meneliti dan mencari-cari jati diri, perlahan-lahan kegalauan dan keraguan saya terhadap diri ini pun hilang.

Satu tahun berlalu, saya mulai menemukan kekuatan diri saya dan saya mulai memahami apa yang sebaiknya saya lakukan untuk masa depan saya. Singkat cerita saya berhasil melewati fase QLC yang menguras emosi itu.

Dan sekarang saya akan memasuki usia 25 tahun. Saya sudah tidak lagi merasakan perasaan-perasaan seperti yang disebutkan diatas. Sekarang saya sudah jauh lebih siap dan tangguh dari sebelumnya, karena saya tahu dimana kekuataan dan apa kelebihan saya, saya tahu tujuan saya, saya tahu apa yang perlu saya lakukan, saya tahu karir apa yang terbaik untuk saya, saya juga sudah punya rencana bagaimana cara untuk meraih itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun