Jadi, ceritanya begini...
Apakah anda masih ingat dan pernah membaca artikel saya yang berjudul: Intuisi, Resign dari Pekerjaan, dan Impian Masa Depan, artikel itu saya tulis beberapa bulan yang lalu sekitar bulan Juli 2020, dua bulan setelah saya memutuskan dengan matang untuk resign dari pekerjaan saya.
Sempat berpikir mungkin ini hanya emosi sesaat, saya pernah ragu kalau keputusan saya untuk resign bukanlah keputusan yang bijak. Tapi semakin lama saya abaikan, suara hati itu makin bergemuruh, intuisi ini semakin bergema seakan-akan terus memberi tahu dan meyakinkan bahwa saya akan baik-baik saja jika memutuskan untuk resign dari tempat kerja itu. Â
Alasan-nya terbilang spele, hanya karena saya merasa bosan. Saya tahu kebosanan dalam pekerjaan itu adalah hal biasa, umum terjadi dan setiap orang pasti mengalami.
Tapi entah kenapa, kali ini rasa bosan yang saya rasakan benar-benar berbeda. Karena saya harus bekerja setiap hari tanpa ada hari libur, melayani puluhan customer tiap hari dengan beragam tipe, sifat, kepribadian yang berbeda-beda itu rasanya sangat membosankan.
Kalau ada jeda satu hari untuk libur, mungkin saya tidak akan mengalami kebosanan seberat itu, tapi karena rutinitas yang saya jalani hanya itu-itu saja, tanpa refreshing, tanpa nongkrong dan ngobrol dengan teman-teman, tanpa ada waktu buat keluarga, wah rasanya sangat membosankan sekali.
Tanpa berpikir panjang, saya memberanikan diri mengikuti kata hati dan intuisi, dengan mantap saya putuskan untuk resign dari tempat pekerjaan saya sejak mei 2020 yang lalu.
Tiga bulan pertama setelah resign rasanya cukup berat dijalani. Saya bahkan pernah menyesal telah mengambil jalan yang amat gelap ini. Saya pernah berpikir bahwa saya telah mengambil keputusan yang bodoh dan ceroboh. Saya pernah menuduh intuisi dan kata hati ini telah menyesatkan saya pada jalan yang tidak semestinya.
Tidak perlu saya ceritakan apa saja kejadian-kejadian di tahun 2020 kemarin yang cukup menjengkelkan, menguras emosi dan menguji mental saya. Yang pasti saya merasa bersalah karena keluarga dan orangtua harus ikut terlibat pada masalah yang sedang saya hadapi.Â