Gonjang-ganjing pergantian Kapolri semakin santer terdengar menjelang masa purna tugas Jenderal Idham Azis yang akan berakhir pada 1 Februari 2021 mendatang.
Persaingan sengit diantara perwira tinggi polri untuk menduduki kursi Tri Brata satu itu makin menarik ketika Ketua Presidium Indonesia Police Wacth (IPW) Neta S. Pane menyebut, ada "geng-geng" atau "kutub" di internal polri jelang bursa pencalonan Kapolri.
Geng-geng yang dimaksud diantaranya adalah Geng Solo, Geng Pejaten, Geng Makassar dan Geng Independen.
Geng Solo menurut Neta, adalah anggota kepolisian yang pernah bertugas di Kota Solo, ketika Presiden Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo.
Selanjutnya Geng Pejaten adalah anggota kepolisian yang mempunyai kedekatan, sekaligus anak asuh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan.
Kemudian Geng Makassar, adalah anggota kepolisian yang berasal dari Makassar atau pulau Sulawesi dan memiliki kedekatan dengan Kapolri Jenderal Idham Azis, mantan Wakapolri Komjen Syafruddin dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sementara Geng Independen adalah anggota kepolisian yang netral dan tidak terkait dengan Geng lain.Â
Namun Neta menambahkan, adanya Geng-geng tersebut hanya muncul menjelang bursa pencalonan Kapolri saja dan itu adalah tradisi yang biasa terjadi di internal polri. Setelah masa pemilihan Kapolri selesai, maka polri akan kembali solid.
Bursa pencalonan Kapolri dan soliditas di internal polri ini juga pernah disinggung oleh Kapolri Jenderal Idham Azis dalam satu kesempatan ketika ia sedang berpidato pada acara menyambut HUT Polri di Gedung Bareskrim Mabes Polri pada Juli 2020 yang lalu.
Menurutnya, semua anggota polri punya hak dan kesempatan yang sama untuk memimpin kepolisian. Tapi yang mengejutkan adalah, walau pun polri selalu solid, tapi yang terjadi didalam itu digambarkan seperti api dalam sekam.
"Polisi Indonesia itu saya lihat kompak-kompak sih. Tapi, kayak api dalam sekam." Ujar Jenderal Idham Azis seperti dikutip dari jawapos.com
Pesan tersirat itu tentu memunculkan tanda-tanya, apakah sebegitu panasnya persaingan diantara anggota kepolisian untuk meraih pucuk pimpinan polri?
Kita hanya bisa berspekulasi, karena tidak tahu pasti apa yang memang benar-benar terjadi di internal polri itu.
Sesuai dengan pasal 11 undang-undang kepolisian ayat (1) dan (6) disebutkan bahwa:
Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karir.
Sementara siapa nama atau calon yang masuk dalam bursa Kapolri itu akan di usulkan oleh Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi Polri (Wanjakti) dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan diserahkan kepada Presiden. Â
Nantinya Presiden akan memilih satu nama, kira-kira siapa yang cocok untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Kapolri Idham Azis.
Berikut empat Jenderal bintang tiga (Komjen) yang digadang-gadang berpeluang maju sebagai Kapolri.
1). Komjen Boy Rafli Amar
Perwira tinggi polri ini merupakan lulusan Akpol angkatan 1988. Saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).Â
Jenderal bintang tiga ini lebih banyak dikenal sebagai Humas Polri dan karirnya makin melejit setelah ia menjabat sebagai Kapolda Papua.
Komjen Boy Rafli Amar sangat berpengalaman di bidang terorisme karena ia merupakan anggota dan pernah bertugas di Detasemen Khusus (Densus) 88 anti teror.
Beberapa kasus terorisme yang pernah ia tangani diantaranya adalah kasus Bom Bali, dimana ia pernah berhadapan dengan teroris sekelas Amrozi, Imam Samudra, Muklas, Ali Imran, Doktor Azhari, Nurdin M Top hingga Ustadz Abu Bakar Baa'syir.
2). Komjen Gatot Eddy Pramono
Perwira tinggi polri ini adalah jenderal satu angkatan dengan Komjen Boy Rafli Amar. Yakni sama-sama lulusan tahun 1988.Â
Dari segi pengalaman dan senioritas, Jenderal bintang tiga ini tentu cukup sepadan dengan Komjen Boy Rafli Amar karena masih satu angkatan. Hanya saja Jenderal Gatot Eddy lebih banyak bertugas dan berpengalaman dibidang reserse. Â
Saat ini ia bertugas sebagai Wakapolri dan seringkali muncul di publik karena ia juga ditugaskan oleh Presiden Jokowi sebagai Wakil Ketua Pelaksana II Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN).
Sebelum menjadi Wakapolri, Komjen Gatot Eddy juga pernah bertugas sebagai Kapolda Metro Jaya, Karolemtala Srena Polri, Wakapolda Sulsel, Staf Ahli Sosial dan Ekonomi Kapolri dan pernah dipercaya sebagai Ketua Satgas Nusantara untuk mengamankan dan mensukseskan jalannya Pilkada serentak pada tahun 2018 yang lalu.
3). Komjen Agus Andrianto
Komjen Agus Andrianto adalah perwira tinggi lulusan Akpol 1989. Satu tahun lebih muda dari dua seniornya yang saat ini menjadi pesaing calon Kapolri, yaitu Komjen Boy Rafli Amar dan Komjen Gatot Eddy Pramono.
Sudah banyak penghargaan dan tanda kehormatan yang diterima oleh Komjen Agus Andrianto selama ia menjadi anggota polri. Diantaranya adalah Bintang Bhayangkara Pratama, SL Pengabdian XXIV, SL Ksatria Bhayangkara, SL Operasi Kepolisian hingga France Medal.
Komjen Agus Andrianto sangat berpengalaman di bidang reserse dan saat ini ia tengah menjabat sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam).
Salah satu kasus fenomenal yang pernah ia tangani adalah kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Saat itu ia tengah menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri. Dan terakhir sebelum ia menjadi Kabaharkam, Komjen Agus juga pernah menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara.
4). Komjen Listyo Sigit Prabowo
Sepertinya perwira tinggi ini merupakan anggota polri termuda yang masuk dalam bursa calon Kapolri pada tahun 2021 ini.
Jenderal bintang tiga ini merupakan lulusan Akpol tahun 1991. Masih sangat muda sekali dibanding dengan tiga Jenderal pesaing sebelumya, namun ia memiliki prestasi yang cukup moncer selama berkarir sebagai anggota polri.Â
Kecakapan dan prestasinya sebagai anggota polri mampu mengantarkan dirinya menduduki jabatan strategis yang saat ini tengah ia emban, yaitu sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim).
Sejumlah jabatan penting lainnya juga pernah diemban oleh Jenderal bintang tiga asal Ambon ini. Diantaranya sebagai Ajudan Presiden Jokowi (2014), Kapolda Banten (2016) dan yang terakhir sebelum jadi Kabareskrim, ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (2018).
Komjen Listyo Sigit ibarat kuda hitam yang bisa menjegal karir senior-seniornya untuk menjadi Kapolri, karena prestasi dan track record gemilang yang dia miliki.
Ditambah kedekatannya dengan Presiden Jokowi dan pernah menjadi Kapolres Surakarta saat Jokowi menjadi Walikota, membuat dirinya makin berpeluang besar untuk menjadi Tri Brata satu.
Namun kita masih akan menunggu siapa diantara empat Jenderal bintang tiga ini yang nanti akan terpilih menjadi Kapolri, atau bisa jadi ada nama-nama lain selain dari keempat perwira tinggi ini.
Misalnya seperti Komjen Rycko Amelza Dahniel yang saat ini menjabat Kabaintelkam dan Komjen Bambang Sunarwibowo yang saat ini menjabat Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN) juga disebut-sebut masuk kedalam bursa calon Kapolri.
Presiden tentu akan memilih sosok yang sesuai dengan dinamika tantangan kedepan terkait dengan keamanan dan ketertiban agar stabilitas sosial dan politik tetap kondusif.
Jika melihat senioritas dan tantangan kedepan yang akhir-akhir ini terorisme dan radikalisme kembali mengancam keamanan dan ketertiban, maka Komjen Boy Rafli Amar adalah sosok ideal untuk dijadikan sebagai Kapolri.
Ada juga opsi lain dimana Komjen Gatot Eddy Pramono sebagai Kapolri dipasangkan dengan Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai Wakapolri. Pasangan duet maut antara Jenderal senior dan Jenderal junior ini tentu saja akan mampu mengatasi segala tantangan dan ancaman kedepan dengan saling bersinergi dan melengkapi satu sama lain.
Namun seperti yang kita tahu, pengangkatan dan pemberhentian Kapolri ini sepenuhnya adalah hak prerogatif Presiden. Kita perlu sabar sejenak menunggu siapa nama yang nanti akan dikirimkan ke DPR untuk selanjutnya dilakukan uji kelayakan dan kepatutan, sebelum akhirnya resmi dilantik menjadi Kapolri baru.
Yang terpenting, Kapolri baru ini memiliki loyalitas kepada Presiden, mampu mengkonsolidasikan internal kepolisian dan tidak memiliki kerentanan masalah, terutama masalah yang bisa jadi polemik di masyarakat, serta mampu bekerja secara profesional, transparan dan bisa dipercaya.
Salam
Reynal Prasetya
Referensi:Â [1]-[2]-[3]-[4]-[5]-[6]-[7]-[8]-[9]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H