Padahal saya terkenal sebagai orang pendiam. Tidak banyak bicara, tapi kalau sudah menyangkut topik-topik dan bidang yang saya sukai, saya bisa mendadak menjadi ekstrovert dengan seketika.
Karena bagi saya, bicara atau ngomong itu tidak perlu skill, kalau mau ngomong, ya tinggal buka mulut dan berucap saja, kan? Dan setiap orang bisa melakukan itu.
Sedangkan ngobrol itu perlu skill, kapan kita harus menyimak dan mendengarkan, kapan kita harus bercerita, kapan kita harus menjawab dan kapan kita harus menimpali.
Jadi saran saya, kalau Anda ingin akrab dengan seseorang, jangan banyak ngomong, tapi banyak ngobrol. Dan ingat, ngobrol itu selalu dua arah. Ibarat main tenis meja, obrolan yang menyenangkan selalu tek-tok dua arah saling bergantian bercerita, berbagi pengalaman atau gagasan.
Karena obrolan yang menarik dan nyambung bisa mendekatkan Anda dengan seorang. Anda jadi terkoneksi dengan orang tersebut. Apalagi jika ini dilakukan dengan lawan jenis. Pasti sangat seru sekali. Hehehe
Tuh kan, seperti yang sudah saya prediksi, tulisan ini jadi ngalor-ngidul ke mana-mana. Karena niatnya juga hanya sekadar ingin bercerita saja, syukur-syukur ada isinya.
Saya pribadi setuju dengan Raditya Dika bahwa, sebuah amanat atau pesan tidak perlu disampaikan secara eksplisit dalam sebuah cerita. Biarkan para pembaca menikmati bacaannya dan merenungkannya sendiri. Biarkan para pembaca menemukan hikmah dan pelajarannya sendiri dibalik cerita tersebut.
Jadi, terima kasih sudah menyimak cerita receh ini hingga akhir, sampai jumpa lagi di tulisan selanjutnya... Salam hangat.
Sahabat Anda
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H