Figur atau tokoh yang kita sukai, kagumi pada dasarnya menggambarkan diri kita atau sebagai refleksi dari apa yang sebenarnya ada di dalam diri kita. Meliputi visi, minat dan sudut pandang berpikir. Kita bisa dengan mudah menilai dan mengamati diri kita sendiri melalui tokoh yang kita kagumi tersebut.Â
Lewat tokoh tersebut sebenarnya kita bisa memetakan, apa saja sih keyakinan yang ada dalam diri ini yang tidak kita sadari? Apa saja sih program-program atau pemahaman yang bisa membahayakan diri ini?
Mulailah bertanya-tanya seperti itu kepada diri sendiri.Â
Jadi, setiap orang akan selalu tertarik, kepada seseorang atau pun komunitas di mana orang atau komunitas tersebut mampu mewadahi minat, mewakili visi, cara berpikir dan juga tujuan dari orang tersebut.
Sekarang contoh kongkrit misalnya, orang yang hobi main sepak bola pasti berkumpulnya dengan orang yang juga sama-sama suka main sepak bola. Orang yang hobi naik gunung pasti akan berkumpulnya dengan orang yang juga suka naik gunung, orang yang suka main musik pasti berkumpulnya juga dengan orang yang suka main musik, orang yang suka olahraga beladiri pasti berkumpulnya juga dengan orang yang suka olahraga beladiri.
Itulah kenapa setiap kali kita bertemu dengan orang-orang yang mempunyai hobi yang sama, kita akan sama-sama saling tertarik dan terkoneksi satu sama lain.
Atau ketika kita masuk suatu komunitas yang bisa mewadahi minat kita, kita juga akan tertarik lebih dalam masuk ke dalam pusaran komunitas tersebut dan selalu antusias apabila sedang berada dalam komunitas tersebut. Di situlah hukum tarik menarik ini terjadi.
Makanya tidak heran dalam situasi sosial, kita kadang dipertemukan dengan dua jenis orang, ada orang yang bisa nyambung dan cepat konek apabila diajak ngobrol, ada juga orang yang tidak nyambung dan konek dengan diri kita apabila diajak ngobrol.
Jawabannya sederhana, semua itu ditentukan dari seberapa besar kesamaan kita dari segi minat, hobi, visi, gaya dan standar hidup, hingga cara berpikir dengan lawan bicara kita itu.
Semakin besar kesamaannya, maka akan semakin besar juga potensi kedekatan dan keakrabannya. Mungkin Anda pernah mengalami situasi di mana Anda bertemu dengan seorang, meskipun Anda baru mengenalnya satu atau dua hari, akan tetapi entah mengapa Anda merasa dekat dan akrab sekali dengan orang tersebut. Anda merasa sudah lama sekali mengenalnya.
Saya sendiri misalnya jarang bertemu dengan paman saya, karena jarak rumah kami yang berjauhan. Paling hanya bertemu setahun sekali atau hanya bertemu kalau ada acara-acara keluarga yang penting-penting saja.