Tanpa terasa kita sudah menginjak hari kelima di Bulan Desember 2020. Hari ini adalah akhir pekan spesial bagi para Kompasianer, karena tentu saja beberapa jam lagi puncak acara Kompasianival 2020 akan segera berlangsung.
Saya tak mau menyia-nyiakan akhir pekan yang spesial ini begitu saja. Pagi tadi saya begitu bersemangat, saya langsung loncat dari tempat tidur, mengambil stok coco crunch yang masih tersisa, lalu tak lupa menuangkan segelas susu kedalamnya.Â
Secepat kilat saya sudah siap didepan gadget, lalu mulai membuat tulisan ini dengan perasaan bahagia.
Kali ini saya akan kembali mengulik soal Kompasianival 2020 beserta keseruannya. Ternyata prediksi saya benar, meski digelar secara virtual, event akbar ini tidak kalah menarik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kehadiran game-game dan challenge di microsite kompasianival.com, menambah suasana keseruan dan antusias para kompasianer untuk mengikutinya. Apalagi bagi para kompasianer seperti saya yang baru pertama kali mengikuti event ini. Tentu saja dibuat penasaran dengan segala rangkaian acara dan kemeriahan yang ada didalamnya.
Misalnya game T-rex Race yang berhasil membuat sebagian Kompasianer kecanduan memainkannya dan sebagian lagi dibuat frustasi, termasuk saya yang tidak bisa mengalahkan scorenya Pak Ozy V. Alandika dan Kompasianer lain yang lebih lihai melewati rintangannya.
Saya boleh kalah dan dibuat tak berdaya oleh T-rex Race, tapi saya tak ingin dipecundangi oleh Hidden Objects Challenge. Meski tidak mudah juga untuk menyelesaikan teka-teki dan menemukan objek tersembunyi dibalik video tersebut, tapi saya lebih antusias dan tertantang untuk menaklukkan challenge ini.
Challenge ini mengingatkan saya pada game yang dulu sering saya mainkan, yaitu Criminal Case, dimana saya ditunjuk sebagai detektif yang harus mampu mengungkap fakta-fakta kejahatan.Â
Game tersebut mengharuskan kita mampu menemukan objek-objek tersembunyi yang nantinya digunakan sebagai bahan penyelidikan oleh pihak kepolisian untuk mencari dan menetapkan pelaku (tersangka).
Game tersebut seru sekali menurut saya, sampai-sampai saya sering lupa waktu ketika memainkannya.
Kehadiran Hidden Objects Challenge di Kompasianival 2020 otomatis membuat saya kembali menjadi detektif yang tertantang untuk mengungkap setiap informasi dan objek tersembunyi yang ada didalam video challenge tersebut.
Bedanya, di challenge Kompasianival ini bukan hanya ketajaman dan kepekaan visual saya yang diuji, melainkan juga ketajaman dan kepekaan auditori saya yang ikut diuji.
Terus terang saya sebenarnya lebih mudah mengingat apa yang dilihat ketimbang apa yang didengar, saya termasuk orang yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan untuk menangkap informasi, dibandingkan dengan indera yang lain termasuk pendengaran.
Saya terlahir dengan kemampuan visual yang lebih dominan dibanding dengan kemampuan penginderaan yang lain, dimana saya lebih mudah menyerap informasi melalui apa yang saya baca, apa yang saya tonton, atau apa yang terlihat sepintas.
Mengingat plat nomor kendaraan yang baru saja lewat didepan saya tentu lebih mudah ketimbang mendengar informasi angka berapa saja yang tertera di plat nomor kendaraan tersebut.
Bahkan sejak kecil perkiraan umur empat tahun ibu saya menyampaikan bahwa, ketika saya belum bisa membaca, saya sudah gemar membaca buku dengan cara memperhatikan dan melihat objek atau ilustrasi yang ada di buku tersebut.
Jadi, ketika dalam buku itu ada gambar seekor sapi, maka saya seolah-olah paham dan bisa membaca apa tulisan yang tertera di buku tersebut misalnya dengan menyebut, "Ini sapi lagi makan", padahal tulisan atau informasi itu belum tentu seperti apa yang saya maksud.
Karena kemampuan visual yang dominan itulah saya seringkali memproses dan mengingat informasi dengan cara mengimajinasikan atau memvisualisasikan apa yang baru saya lihat untuk selanjutnya informasi tersebut saya jadikan sebagai panduan.
Contohnya, saya baru bisa paham bagaimana cara mengerjakan sesuatu kalau ada orang atau instruktur yang memperlihatkan, atau mempraktikkan bagaimana cara mengerjakannya terlebih dahulu ketimbang saya mengerjakannya secara langsung.
Jadi, selama si instruktur itu mempraktikkan, atau mendemokan bagaimana caranya, maka saya akan memproses bagaimana mengerjakannya itu di imajinasi saya melalui apa yang saya lihat.Â
Seperti itulah cara belajar saya. Perlu ada sesuatu yang dilihat dulu, perlu ada sesuatu yang ditangkap melalui penglihatan terlebih dahulu.
Dengan kemampuan visual seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit bagi saya untuk menaklukkan Hidden Objects Challenge ini. Namun rupanya segenap kru dari Kompasiana juga tidak ingin membuat Hidden Objects Challenge ini mudah ditaklukkan begitu saja.
Buktinya saya cukup kesulitan untuk mengungkap ada berapa tulisan Beyond Blogging dan ada beberapa jumlah Buku Kompasiana Etalase Warga Biasa yang ada di video tersebut. Meski saya sudah menemukan objek-objeknya, tapi sampai sekarang saya masih belum yakin kalau jawaban saya itu sudah tepat.
Saya bahkan memutar video itu lebih dari delapan kali untuk memastikan apakah temuan saya sudah tepat atau belum. Saya bahkan sampai googling seperti apa bentuk, wujud dan warna dari buku Kompasiana Etalase Warga Biasa tersebut.
Kita harus benar-benar jeli dan teliti memperhatikan segenap objek dan mendengarkan dengan khusyuk setiap informasi yang disampaikan oleh Host yang ada di video tersebut.Â
Karena ada clue-clue terselubung yang sebenarnya diperlihatkan disetiap menit oleh si kakak Host yang ada di video tersebut. Jangan sampai terkecoh!
Jika ternyata kita bisa mengungkap setiap informasi dan objek itu dengan benar, hadiahnya cukup menggiurkan, yaitu smartphone baru yang diberikan cuma-cuma oleh Kompasiana. Uhuyyy Mantep, tuh...
Eitss, tapi tentu saja nanti akan diundi dulu untuk tiga orang pemenang, siapa saja yang sudah menjawabnya dengan tepat. Hanya mereka yang beruntung dan terpilih-lah yang akan mendapatkan smartphone baru tersebut.
Tidak masalah juga kalaupun nanti tidak terpilih, yang jelas bagi saya challenge ini cukup menantang untuk menguji seberapa tajam kemampuan visual dan auditori ini.
Namanya juga permainan, pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Ya, anggaplah ini sebagai hiburan dan seru-seruan saja untuk ikut menyemarakkan dan memeriahkan Kompasianival tahun ini.
Terakhir, saya cukup terkesan dengan penampilan Kak Yosh Aditya yang bertindak sebagai Host di video tersebut. Bagaimana cara beliau bercerita dan membawakan acara di video tersebut cukup memukau saya yang juga ingin bisa menjadi Host profesional seperti beliau. Hehehe
#MulaiDariKita
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H