Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Masalah Jika Anak (Remaja) Tumbuh Dewasa Lebih Cepat

23 November 2020   11:06 Diperbarui: 23 November 2020   11:17 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar hanya ilustrasi (Sumber: Fotolia via psychologytoday.com)

Setiap anak akan tumbuh dan berkembang dengan proses yang berbeda-beda, terutama soal kedewasaan. Ada anak yang tumbuh dewasa lebih cepat, adapula anak yang sepertinya mengalami perlambatan kedewasaan. 

Sebabnya bisa banyak, namun yang menjadi pertanyaan menarik adalah? Wajarkah apabila seorang anak tumbuh dewasa lebih cepat dari usia yang tidak semestinya?

Nanti akan saya uraikan jawabannya, sebelumnya kita perlu memahami dulu apa itu kedewasaan? Dan bagaimana caranya kita bisa menilai kedewasaan seseorang?

Berdasarkan KBBI, dewasa adalah: telah mencapai kematangan kelamin; matang (tentang pikiran, pandangan dan sebagainya); sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi).

Apabila merujuk kata sifat, pengertian dewasa bermakna luas, karena disitu jelas disebutkan bahwa, dewasa bukan hanya soal bertambahnya usia, ataupun adanya perubahan biologis yang ditandai dengan pubertas, akan tetapi dewasa juga berbicara tentang kematangan karakter, pola pikir, pandangan dan juga sikap.

Seseorang meskipun sudah berumur tua, tapi apabila pola pikirnya tidak berkembang, sikap, cara bicara dan tingkah lakunya tidak berubah, karakternya juga tidak bertumbuh, emosinya masih labil, maka belum bisa disebut dewasa.

Sebaliknya, seseorang meskipun masih belia, tapi cara berpikirnya, sikap, cara bicara dan tingkah lakunya seperti orang tua, belum bisa juga disebut dewasa. Karena secara biologis dan psikis dia belum waktunya dewasa.

Artinya kalau ada anak yang tumbuh dewasa lebih cepat itu tandanya tidak normal dong?

Nah, pertanyaannya, anak yang umur berapa dulu? Karena normal atau wajar tidaknya bisa dilihat dari umur si anak itu.

Seorang anak bisa dikatakan tidak normal dan tidak wajar kalau: Dia masih SD umur sepuluh tahun, tapi sikap, cara bicara, gaya dan pola pikirnya sudah seperti pemuda yang usianya dua puluh lima tahun. Tentu saja kita mesti bertanya-tanya, kenapa si anak bisa seperti itu?

Tapi beda ceritanya kalau misalnya ada anak remaja yang usianya dua puluh satu tahun, tapi sikap, cara bicara, gaya dan pola pikirnya sudah seperti pemuda yang usianya tiga puluh tahun. Ini tidak terlalu aneh dan normal-normal saja, karena ada banyak orang seperti itu.

Kenapa saya sebut normal, karena anak tersebut sudah melewati fase kanak-kanak, sudah ada di posisi remaja dan menuju pra dewasa. Ini justru sangat bagus, namun tantangannya adalah ketika dia harus berbaur dengan teman sebayanya.

Si anak akan cukup kesulitan merasa konek dengan teman seumurannya. Percakapan menjadi tidak seimbang, karena pola pikirnya yang sudah berbeda dan lebih cepat tumbuh dari teman sebayanya.

Remaja seperti ini biasanya berjiwa tua, atau akrab disebut (old soul). Orang dengan umur yang masih muda, tapi sudah punya mental dan pola pikir seperti "orang tua". Orang dengan umur yang masih muda, tapi terlihat kebapakan atau keibuan.

Ada beberapa karakteristik yang menandakan seseorang berjiwa tua. Seperti dilansir dari id.justinfeed.com, beberapa diantaranya yaitu:

  • Orang itu stabil secara emosional
  • Selalu memberi saran bijak
  • Lebih suka menghabiskan waktu dengan orang yang usianya jauh lebih tua darinya
  • Merasa kesulitan untuk terhubung dengan teman seusianya
  • Gemar belajar
  • Selalu berpikiran terbuka
  • Lebih menyukai ketenangan, keheningan dibanding keramaian
  • Selalu berpikir rasional

Dan masih banyak lagi ciri-ciri yang menunjukkan seseorang berjiwa tua. 

Sekali dalam hidup mungkin anda pernah berjumpa atau mengenal seseorang yang berjiwa tua ini. Kehadirannya akan mudah dirasakan, karena kedewasaannya yang terlihat. 

Bisa jadi anda adalah salahsatunya. Jika iya, jangan pernah merasa aneh, atau sendirian, karena sebenarnya anda adalah orang yang memiliki tingkat kedewasaan yang jauh melampaui orang-orang seusia anda bahkan orang yang jauh lebih tua dari anda.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, kedewasaan juga berbicara soal karakter, pola pikir, cara pandang dan sikap. orang-orang yang berjiwa tua seringkali memiliki karakter, pola pikir, cara pandang dan sikap yang berbeda, dimana orang-orang dengan jiwa tua ini selalu selangkah lebih maju soal kedewasaan.

Saya sendiri sebenarnya adalah orang yang berjiwa tua. Saya tidak sembarang mengakui dan menjudge diri sendiri agar terlihat kren, tapi dari beberapa bukti dan respon yang diterima dari orang-orang sekitar, saya kadang merasa tumbuh terlalu cepat dari orang pada umumnya. 

Bukan tumbuh dalam hal fisik ya, sekali lagi, ini soal pertumbuhan "jiwa". Meliputi mental, dan bagaimana cara berpikir.

Coba anda perhatikan saja tulisan-tulisan saya yang ada di Kompasiana ini. Jangan sampai terkecoh, ketika anda membaca tulisan saya, anda jadi mengira kalau saya berumur dikisaran tiga puluh atau empat puluh, padahal saya baru dua puluh sekian. Pokoknya saya lahir menjelang era reformasi, dimana dinasti orde baru akhirnya runtuh. :D

Makanya saya agak heran jika ada yang menyapa saya dengan sebutan: pak atau om, kalau abang sih masih oke-lah, tapi tidak apa-apa, yang pasti itu tidak mengurangi kegantengan saya. Hehehe

Dulu saya belum menemukan jawabannya kenapa setiap kali berbaur dengan teman sebaya, kok rasanya aneh ya? Merasa bosen dan selalu dibuat jenuh dengan percakapannya. Sulit sekali untuk bisa konek dan antusias untuk terlibat percakapan dengan teman-teman saya itu.

Malahan, jika saya bertemu dengan kakak kelas waktu sekolah dulu, entah itu SD atau SMP, rasanya justru dia yang adik dan saya adalah kakak kelasnya. Saya kadang heran kenapa kok pikirannya tidak berubah, sikap dan pola pikirnya masih saja seperti dulu.

Mau tau apa jawabannya?

Tiada lain dan tiada bukan, jawabannya adalah karena pengaruh dari lingkungan.

Ya, tidak serta merta seseorang tumbuh dan berjiwa tua begitu saja, pasti ada stimulus yang menyebabkan mengapa seseorang bisa tumbuh dewasa lebih cepat. 

Saya sendiri tidak mungkin bisa tumbuh secepat ini kalau tidak ada pengaruh dari lingkungan.

Semenjak kelas dua SMA, saya sudah tertarik dan ingin belajar menjadi seorang penyiar radio, beruntunglah waktu itu saya diberi kesempatan untuk belajar dan akhirnya bisa menjadi penyiar radio di usia delapan belas tahun.

Di lingkungan radio itulah saya bertemu dengan beragam orang dengan berbagai latar belakang dan usia. Dan hampir dipastikan mereka rata-rata usianya jauh lebih tua dari saya. Hanya saya yang paling muda dilingkungan radio waktu itu.

Mau tidak mau ketika masuk lingkungan baru, saya harus bisa menyesuaikan diri, harus bisa konek dengan orang-orang dilingkungan tersebut. Meski awalnya kesulitan, tapi perlahan-lahan saya bisa menyesuaikan diri dan diakui oleh lingkungan tersebut.

Bayangkan saja, seorang anak SMA usia delapan belas tahun, masih polos, minim pengalaman dan tidak tahu apa-apa, harus bisa menyesuaikan diri dan mengimbangi pemikiran orang yang usianya jauh lebih tua darinya.

Ada yang tiga puluh tahun, empat puluh tahun, bahkan ada yang sudah 60 tahun lebih, senior saya waktu itu yang sudah menjadi penyiar radio selama 32 tahun. 

img-20161230-wa0001-5fbb31168ede48290a54ad22.jpg
img-20161230-wa0001-5fbb31168ede48290a54ad22.jpg
Foto kenangan bersama Pak Camat beserta para senior saya di Radio (Foto: koleksi pribadi)

Kebayang gak? Saya waktu itu hanya bisa ngangguk-ngangguk saja mendapatkan masukan dan wejangan dari mereka semua.

Tapi saya merasa beruntung karena semenjak masuk lingkungan tersebut, mental dan paradigma ini menjadi berubah. Malahan sekarang saya lebih nyaman bergaul, ngobrol, berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari saya. Karena akan selalu ada pelajaran dan pengalaman berharga yang saya dapat dari hasil obrolan itu.

Kadang saya merasa pikiran ini sepuluh tahun lebih maju dari teman seusia saya, pikiran ini melaju terlalu cepat, akibat saya terlalu sering bergaul dengan orang yang usianya jauh lebih tua. 

Ya, anda bisa membedakan sendiri bagaimana obrolan orang tua di warung kopi, dengan obrolan anak muda abege di pos ronda. Beda banget.

Makanya tidak sedikit ada beberapa teman seusia saya yang sering meminta saran, minta masukan, atau menanyakan sesuatu yang mereka tidak tahu. Udah kayak konsultan saja saya ini. Hahaha

Akibatnya, ini berpengaruh juga pada perubahan wajah. Teman-teman SD saya bahkan tidak mampu mengenali siapa saya yang dulu adalah teman sekelasnya. Sungguh ironi, alasannya karena saya mempunyai wajah yang boros. :')

Bukan hanya lingkungan, tapi keadaan keluarga dan pola asuh orangtua juga bisa menyebabkan seorang anak tumbuh dewasa lebih cepat. Namun tetap saja, pengaruh dari lingkungan-lah yang paling kuat efeknya.

Jadi, jangan sampai anda menyepelekan lingkungan. Karakter anda akan selalu ditentukan dengan siapa anda bergaul. Maka, pilih-lah lingkungan yang memang bisa membuat diri anda lebih maju dan berkembang. Tinggalkan dan pergi dari lingkungan yang sekiranya membatasi diri dan menyunat potensi anda.

Kesimpulannya, tidak masalah apabila ada seorang anak (remaja) khususnya, yang tumbuh dewasa lebih cepat. Karena masa-masa peralihan dari remaja ke pra dewasa itu adalah masa-masa yang paling krusial. 

Semakin anda tumbuh dewasa lebih cepat, semakin bagus. Itu tandanya anda bisa lebih cepat menemukan jati diri anda dan apa yang seharusnya anda lakukan untuk dunia dengan potensi yang anda miliki itu.

Selamat berproses ...

Sahabat Anda
Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun