Bayangkan saja, seorang anak SMA usia delapan belas tahun, masih polos, minim pengalaman dan tidak tahu apa-apa, harus bisa menyesuaikan diri dan mengimbangi pemikiran orang yang usianya jauh lebih tua darinya.
Ada yang tiga puluh tahun, empat puluh tahun, bahkan ada yang sudah 60 tahun lebih, senior saya waktu itu yang sudah menjadi penyiar radio selama 32 tahun.Â
Kebayang gak? Saya waktu itu hanya bisa ngangguk-ngangguk saja mendapatkan masukan dan wejangan dari mereka semua.
Tapi saya merasa beruntung karena semenjak masuk lingkungan tersebut, mental dan paradigma ini menjadi berubah. Malahan sekarang saya lebih nyaman bergaul, ngobrol, berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari saya. Karena akan selalu ada pelajaran dan pengalaman berharga yang saya dapat dari hasil obrolan itu.
Kadang saya merasa pikiran ini sepuluh tahun lebih maju dari teman seusia saya, pikiran ini melaju terlalu cepat, akibat saya terlalu sering bergaul dengan orang yang usianya jauh lebih tua.Â
Ya, anda bisa membedakan sendiri bagaimana obrolan orang tua di warung kopi, dengan obrolan anak muda abege di pos ronda. Beda banget.
Makanya tidak sedikit ada beberapa teman seusia saya yang sering meminta saran, minta masukan, atau menanyakan sesuatu yang mereka tidak tahu. Udah kayak konsultan saja saya ini. Hahaha
Akibatnya, ini berpengaruh juga pada perubahan wajah. Teman-teman SD saya bahkan tidak mampu mengenali siapa saya yang dulu adalah teman sekelasnya. Sungguh ironi, alasannya karena saya mempunyai wajah yang boros. :')
Bukan hanya lingkungan, tapi keadaan keluarga dan pola asuh orangtua juga bisa menyebabkan seorang anak tumbuh dewasa lebih cepat. Namun tetap saja, pengaruh dari lingkungan-lah yang paling kuat efeknya.
Jadi, jangan sampai anda menyepelekan lingkungan. Karakter anda akan selalu ditentukan dengan siapa anda bergaul. Maka, pilih-lah lingkungan yang memang bisa membuat diri anda lebih maju dan berkembang. Tinggalkan dan pergi dari lingkungan yang sekiranya membatasi diri dan menyunat potensi anda.