Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Ibu yang Peduli Tidak akan Membebaskan Anaknya Begitu Saja

20 November 2020   14:29 Diperbarui: 20 November 2020   14:31 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang dibebaskan (Sumber: pixabay.com/Laila_ /419 images)

Ilustrasi ibu dan anak (Sumber: pixabay.com/Victoria_Borodinova/4924 images)
Ilustrasi ibu dan anak (Sumber: pixabay.com/Victoria_Borodinova/4924 images)
Namun sayang sekali, akhir-akhir ini justru saya lebih banyak melihat hal yang sebaliknya. Mungkin anda juga sering menyaksikan itu. Beberapa anak dibiarkan dan dibebaskan begitu saja tanpa ada kepedulian dan perhatian dari orangtuanya. 

Anak-anak SD yang notabene masih labil dan masih butuh bimbingan dari orang tua bergaya seolah anak yang sudah dewasa dengan kisah cinta yang mereka banggakan. Sekarang punya pacar lebih bergengsi, ketimbang berprestasi dibidang akademis.

Mereka terlalu cepat jika harus difasilitasi smartphone yang mahal. Namun demi gaya dan tekanan sosial, ada banyak orangtua yang justru dengan bangga membelikan smartphone untuk anaknya yang masih labil itu. 

Entah karena ingin terlihat gaul, bergengsi atau bagaimana? Kita tidak tahu.

Untungnya itu tidak berlaku bagi ibu saya. Meski ada beberapa teman dari adik saya yang masih SD sudah pada punya smartphone, ibu tidak buru-buru membelikan smartphone untuk adik saya. 

Bukan karena ibu pelit atau tidak mau membelikan padahal teman-temannya yang lain sudah punya, akan tetapi ibu tahu, benda itu bukan digunakan untuk keperluan belajar, tapi bisa disalahgunakan untuk sesuatu yang tidak perlu. Salahsatunya: pacaran.

Memang ini terdengar lucu, ada anak-anak SD yang katanya sudah pacaran, tapi begitulah faktanya jika kontrol dari orangtua yang kurang peduli dengan anaknya.

Serius! saya sering mengamati bagaimana gerak gerik pergaulan adik perempuan saya yang masih kelas enam SD itu. Masih kecil belum tahu apa-apa soal cinta dan pernikahan, obrolannya kok sudah kayak anak dewasa. Sukanya ngerumpiin cowok idaman yang disuka. Hadeuhh..

Itu sebenarnya normal, tapi tetap saja masih butuh bimbingan dari orangtua. Supaya tidak terlalu kejauhan dan kebablasan.

Ada beberapa anak dari teman adik saya yang kelihatannya kurang diperhatikan orangtuanya. Kemana-mana sudah menenteng smartphone mahal, sudah diperbolehkan bawa motor sendiri, sudah bersedia didekati dan mendekati cowok yang dia suka. 

Pertanyaannya, kemana ibunya? Mengapa si anak dibebaskan berkeliaran begitu saja diumur yang masih dini? Apalagi dia adalah anak perempuan? Bagaimana dengan masa depannya kelak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun