Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menguji Seberapa Akurat Tes Kepribadian MBTI

29 Oktober 2020   15:55 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:06 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
16 tipe kepribadian berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (Sumber via kompas.com)

Ada banyak sekali metode yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi kepribadian dan karakter seseorang. Ada yang lebih mengandalkan zodiak, hari lahir, primbon Jawa kuno, golongan darah, dan yang paling banyak digunakan oleh orang di dunia untuk mencari tahu kepribadian atau karakternya adalah tes MBTI.

Apa itu MBTI? 
MBTI adalah akronim dari Myers-Briggs Type Indicator. Sederhananya adalah sebuah tes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan mengambil keputusan. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat dan tipe kepribadian seseorang.

Sesuai dengan namanya, MBTI ini adalah hasil rancangan dua orang penemunya yaitu Katherine Cook Briggs dan anak perempuannya bernama Isabel Briggs Myers kira-kira pada era perang dunia dua, atau sekitar tahun 1940an.

MBTI sebenarnya adalah pengembangan teori kepribadian yang sebelumnya ditemukan oleh Psikolog asal Swiss yang bernama Carl Gustav Jung.

Dalam bukunya yang berjudul "Psychological Types" yang diterbitkan tahun 1921, Jung mengungkapkan bahwa manusia memiliki empat cara atau fungsi dalam bersinggungan dengan realitas yaitu, Intuition (intuisi), Thinking (pemikiran), Sensation (sensasi) dan Feeling (perasaan).

Fungsi kognitif Jung (Sumber: persona.my.id)
Fungsi kognitif Jung (Sumber: persona.my.id)
Berkat teori yang ditemukan oleh Jung itulah akhirnya Katherine Briggs dan Isabel Myers mengembangkan rancangan tipologi itu sehingga menghasilkan enam belas tipe kepribadian yang kemudian mereka namakan sebagai MBTI.

MBTI disebut-sebut sebagai instrumen yang paling banyak digunakan. Telah diperbaharui dan di validasi secara ketat selama lebih dari tujuh puluh tahun. Dan menurut perkiraan, MBTI sampai saat ini telah diujikan kepada lebih dari lima puluh juta orang di seluruh dunia.

Bagaimana sebenarnya tes MBTI ini bekerja?
Dalam tes ini, ada empat dimensi kecenderungan sifat dasar manusia:

  1. Dimensi pemusatan perhatian: Introvert (I) vs Exstrovert (E) 
  2. Dimensi memahami informasi dari luar: Sensing (S) vs Intuition (N)
  3. Dimensi menarik kesimpulan dan keputusan: Thinking (T) vs Feeling (F)
  4. Dimensi pola hidup: Judging (J) vs Perceiving (P)

Setiap tipe mempunyai susunan fungsi kognitif yang berbeda-beda. Ada delapan fungsi kognitif menurut MBTI ini. Diantaranya: 

  1. Se (Exstrovert Sensing)
  2. Si (Introvert Sensing)
  3. Ne (Exstrovert Intuition)
  4. Ni (Introvert Intuition)
  5. Te (Exstrovert Thinking)
  6. Ti (Introvert Thinking)
  7. Fe (Exstrovert Feeling)
  8. Fi (Introvert Feeling)

Berdasarkan dimensi dasar dan kedelapan fungsi kognitif tersebut, maka terbentuklah enam belas tipe kepribadian, yaitu:

  1. ESTJ. Kombinasi dari: Exstrovert, Sensing, Thinking, Judging 
  2. ENTJ. Kombinasi dari: Exstrovert, Intuition, Thinking, Judging
  3. ESFJ. Kombinasi dari: Exstrovert, Sensing, Feeling, Judging
  4. ENFJ. Kombinasi dari: Exstrovert, Intuition, Feeling, Judging
  5. ESTP. Kombinasi dari: Extrovert, Sensing, Thinking, Perceiving
  6. ENTP. Kombinasi dari: Extrovert, Intuition, Thinking, Perceiving
  7. ESFP. Kombinasi dari: Extrovert, Sensing, Feeling, Perceiving
  8. ENFP. Kombinasi dari: Exstrovert, Intuition, Feeling, Perceiving
  9. INFP. Kombinasi dari: Introvert, Intuition, Feeling, Perceiving
  10. ISFP. Kombinasi dari: Introvert, Sensing, Feeling, Perceiving
  11. INTP. Kombinasi dari: Introvert, Intuition, Thinking, Perceiving
  12. ISTP. Kombinasi dari: Introvert, Sensing, Thinking, Perceiving
  13. INFJ. Kombinasi dari: Introvert, Intuition, Feeling, Judging
  14. ISFJ. Kombinasi dari: Introvert, Sensing, Feeling, Judging
  15. INTJ. Kombinasi dari: Introvert, Intuition, Thinking, Judging
  16. ISTJ. Kombinasi dari: Introvert, Sensing, Thinking, Judging

16 Tipe kepribadian versi MBTI (Sumber: mdpi.com)
16 Tipe kepribadian versi MBTI (Sumber: mdpi.com)
Untuk orang yang baru mengetahui MBTI ini mungkin agak sedikit kesulitan memahami ini. Tapi untuk memudahkan sebagai penjelasan, saya akan mencoba menggunakan diri saya sendiri sebagai bahan untuk menguji seberapa akurat dari tes MBTI ini.

Menurut teori MBTI ini, setiap orang dikatakan memiliki fungsi kognitif dominan yang ada pada dirinya. Contohnya, fungsi kognitif dominan saya adalah (Introvert + Intuition). Ini sangat dominan sekali. Sisi Introvert saya lebih besar ketimbang Exstrovert-nya. 

Sedangkan intuisi adalah mesin yang saya gunakan untuk mengulik dan memahami informasi dari luar. Tapi untuk fungsi kognitif (penunjangnya) saya tidak bisa memastikan dengan saklek. Apakah saya lebih dominan Thinking atau Feeling? Dan apakah saya lebih dominan Judging atau Perceiving?.

Apa bedanya Thinking dengan Feeling? Dalam mengambil keputusan, seorang Thinker akan selalu berpedoman pada akal pikiran (logika). Sehingga seorang Thinker selalu mampu bersikap rasional dan objektif. Pokoknya segala sesuatunya harus (masuk akal). Harus selalu berdasar pada data dan fakta, segala sesuatunya harus bisa dinalar dan memiliki sebab akibat yang logis.

Sedangkan seorang Feeler, lebih dominan mengambil tindakan dan keputusan berdasarkan hati (perasaan). Seorang Feeler lebih emosional, perasa, sensitif dan toleran. 

Seorang Feeler lebih pandai memahami emosi dan perasaan orang lain. Mereka menilai sesuatu bukan berdasarkan benar atau salah, tapi lebih bertenggang rasa, karena dia memandang pelakunya dan akibat yang terjadi pada pelakunya (subyektif).

Dalam hal ini, saya merasa memiliki kedua fungsi itu. Saya adalah orang yang cukup logis, saya hanya baru percaya sesuatu bila hal itu masuk akal. Dan jelas, ini mempengaruhi bagaimana cara saya mengambil keputusan.

Katakanlah ada seorang sales yang menawarkan produk. Selama si sales itu belum bisa meyakinkan saya dengan penjelasan yang (logis) kenapa saya harus membeli produk itu, Maka saya tidak akan membeli produknya. Saya butuh penjelasan yang masuk akal dulu kenapa sih saya harus beli produk itu? Itu ciri khas seorang Thinker. Banyak pertimbangan dan perhitungan.

Berbeda dengan seorang Feeler, yang tidak terlalu mementingkan apakah produk itu lebih banyak manfaatnya atau tidak, ada value-nya atau tidak, yang terpenting si sales bisa mengambil hati dan simpati si Feeler, maka tidak lama kemudian pasti dia akan membeli produk itu. Jadi bukan logikanya yang perlu diyakinkan tapi (perasaannya).

Anehnya, saya juga merasa memiliki fungsi itu. Apa buktinya? Saya tertarik dengan psikologi. Bahkan sempat bercita-cita ingin jadi Psikolog. Begitupun ketika ada orang yang curhat, saya tidak pernah menyela, memberi nasihat atau masukan, selama ini saya lebih banyak mendengarkan dan hanya memberi dukungan emosional ketika ada yang curhat. 

Seperti yang kita tahu, kemampuan-kemampuan tersebut biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang perasa, sensitif, dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Tentu saja karakteristik tersebut hanya bisa ditemukan pada diri seorang Feeler bukan Thinker.

Selanjutnya, apa bedanya Judging dan Perceiving? Kalau boleh disederhanakan, orang-orang Judging itu lebih terencana, teratur, pokoknya segala sesuatunya harus sesuai planning. Harus terjadwal dan sistematis. Sedangkan si Perceiving ini lebih easy going, spontan dan go with the flow. Mengalir bagaikan sungai.

Lagi-lagi saya juga merasa memiliki kedua fungsi itu. Saya termasuk orang yang terencana, selalu mempersiapkan rencana jangka pendek dan punya visi besar kedepan, saya bahkan percaya bahwa, segala sesuatu itu harus direncanakan apabila kita ingin berhasil. 

Akan tetapi saya juga bisa fleksibel dan tidak pernah memaksakan rencana itu harus tercapai. Kadang disaat mengeksekusi rencana itu, di tengah-tengah perjalanan saya bisa mengalir jika ternyata rencana yang saya buat tidak tercapai atau tidak sesuai dengan realita. Jadi, dari pada putar balik, ya lebih baik mengalir saja melanjutkan perjalanan.

Setelah saya melakukan tes terbaru, menurut MBTI, ternyata saya ini adalah tipe INFP. Padahal seingat saya, dua atau tiga tahun yang lalu, saya melakukan tes yang sama dan di web yang sama, hasilnya ternyata saya adalah tipe INTJ. 

Fungsi kognitif dominannya masih tetap (Introvert dan Intuition) tapi penunjangnya yang beda. Dari Thinking menjadi Feeling, dan dari Judging menjadi Perceiving. Nah ini yang menarik, tahukah anda kenapa hasil tesnya bisa berubah?

Ini menandakan bahwa, hasil tes tersebut sebenarnya sangat ditentukan oleh pemikiran dan pengalaman kita pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam tes tersebut. 

Artinya, ketika dulu saya melakukan tes dan hasilnya INTJ, ya memang benar dulu saya adalah tipe INTJ, akan tetapi seiring berjalannya waktu, seiring tumbuhnya kedewasaan dan pemikiran ini terus berevolusi, akhirnya pilihan-pilihan yang saya buat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat hasil tesnya menjadi berubah.

Saya dulu INTJ karena mungkin dulu saya masih sangat-sangat terencana sekali, dan belum bisa se-fleksibel sekarang. karena pengalaman dan kedewasaan yang terus bertumbuh pula yang mungkin mengakibatkan sisi emosional ini semakin terbangun. 

Seharusnya memang begitu, semakin menua harusnya kita semakin perasa, semakin toleran, semakin peka terhadap lingkungan, semakin berempati terhadap orang lain. Yang akhirnya sekarang justru fungsi Feeling yang lebih dominan dari Thinking. Tapi bukan berarti saya jadi tidak logis seperti dulu lagi. 

Saya masih tetap logis, namun ditunjang juga dengan kematangan emosional dan sikap yang lebih toleran. Hal itu juga yang mengakibatkan semakin dewasa biasanya kita akan semakin malas terlibat dalam perdebatan. Itulah yang saya rasakan.

Jadi jawabannya adalah, tes MBTI ini sebenarnya akurat, tapi hanya akurat dalam konteks, ruang dan waktu tertentu saja. Tidak bisa terus kita jadikan sebagai pegangan. 

Saat ini, ketika anda melakukan tes hasilnya misalkan ISTJ. Bisa saja dua tahun yang akan datang hasil tesnya akan berubah dan anda menjadi ISFP. Itu adalah hal yang wajar, karena secara kodrati, manusia itu akan terus bertumbuh, manusia akan terus mengalami evolusi pemikiran. Apa yang saat ini anda yakini benar, bisa saja suatu saat anda yang membantah sendiri apa yang anda yakini itu.

Bisa saja sebenarnya saya ini adalah kombinasi antara INTJ dan INFP, Karena ternyata ada beberapa hal yang related dengan diri saya dari kedua tipe kepribadian tersebut. Kalau mau dikatakan INTJ, ya saya adalah INTJ. 

Tapi saya juga INFP. Nah ini yang saya maksud tes MBTI hanya akurat dalam konteks, ruang dan waktu tertentu saja. Jadi, jangan sampai kita terlalu menjustifikasi diri ini berdasarkan hasil tes MBTI ini.

Saya tidak akan terlalu panjang lebar, tapi saya akan membuat kesimpulan bahwa sebenarnya manusia itu sangat rumit, kompleks sekali. Untuk mengetahui kepribadian dan karakter seseorang itu tidak cukup hanya dengan tes semacam MBTI saja. 

Apalagi hanya berdasarkan zodiak, golongan darah, atau hari lahir. Kita perlu melakukan observasi yang holistik, karena setiap manusia itu pada dasarnya memiliki keunikannya masing-masing.

Itu saja yang bisa saya bedah kali ini. Semoga bermanfaat ...

Sahabat Anda
Reynal Prasetya
Baca Juga : Cara Mudah Mengetahui Sifat, Kepribadian, dan Karakter Asli Seseorang
Referensi : [1] ; [2] ; [3] ; [4]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun