Dan seperti yang kita tahu, para penulis dan praktisi yang menulis di Kompasiana ini sebagaian besar bisa dipercaya. Kita tengok saja, ada Psikolog yang memang khusus membahas fenomena-fenomena Psikologi. Ada Dokter yang khusus menulis soal kesehatan, Ada mantan Wartawan dan Jurnalis senior, ada Dosen, Pengajar, Mantan Pejabat Pemerintah, Rektor, Trainer, Entrepreneur, Politikus juga ada sepertinya. Penulis apapun dari berbagai bidang, latar belakang dan profesi ada di Kompasiana ini.Â
Ibaratnya kita masuk ke warteg, menu yang disajikan itu kumplit banget. Nasinya ada, gorengannya ada, sayur sopnya ada, satenya ada, rendangnya ada, pepesnya ada, kerupuknya ada, sambelnya ada, semuanya ada. Ketika kita keluar, kita sudah ada dalam keadaan kenyang dan puas karena bisa makan aneka ragam sajian.
Begitupun ketika masuk ke dalam rumah bernama Kompasiana ini. Apapun yang anda cari pasti ada. Entah itu topik politik, bisnis, gaya hidup, motivasi, sastra, sejarah, filsafat, sampai hal-hal unik yang tampak spele tapi sebenarnya bermanfa'at pun bisa kita temukan di Kompasiana ini.
Kompasiana ibarat pabrik Literasi, sedangkan para Kompasianer adalah sebagai produsennya. Setiap hari, pabrik Kompasiana ini mungkin bisa menghasilkan ratusan bahkan ribuan pemikiran, celotehan, edukasi, inspirasi dari berbagai macam individu yang mempunyai khasnya masing-masing.
Berbicara soal Kompasianer Idola, saya pikir hampir sebagian besar Kompasianer yang aktif menulis di Kompasiana ini adalah mentor sekaligus panutan saya. Karena dari para Kompasianer yang lain juga lah selama ini saya belajar dan mengadopsi ilmu bagaimana caranya menulis yang enak dibaca itu.
Salahsatunya dari Kompasianer Pak Khrisna Pabichara. Awalnya saya kaget ketika pertama kali membaca tulisannya beliau. Karena baru kali ini saya membaca tulisan yang sungguh amat rapi, apik, dengan gaya bahasa yang indah dan kaya dengan kosakata yang masih asing ditelinga.
Bagaimana kritikannya tentang keberbahasa Indonesiaan yang baik dan benar sungguh memukau dan mendorong diri ini untuk menulis sebagai mana kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kadang diri ini merasa menyesal mengapa tidak belajar Bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh sejak dibangku persekolahan dulu.
Selain belajar bahasa Indonesia, saya juga bisa menambah wawasan bisnis dan menambah referensi traveling ini dari salah seorang Kompasianer yang luar biasa, yaitu Pak Tonny Syiariel. Ketika saya membaca tulisan-tulisannya di Kompasiana, saya jadi teringat dengan salahsatu penulis traveling Indonesia bernama Agustinus Wibisono. Anda pasti sudah tidak asing dengan salahsatu penulis traveling yang satu ini. Salahsatu tulisannya yang paling saya suka bisa anda dibaca disini.
Secara gaya penulisan, apa yang disajikan oleh Pak Tonny Syiariel tidak jauh berbeda dengan apa yang disajikan oleh Bung Agustinus Wibisono. Meski saya yakin keduanya tetap memiliki karakter yang berbeda, namun pengalaman traveling yang dituliskan oleh Pak Tonny, selalu mampu memikat diri ini.Â
Bukan hanya mengulas bagaimana cerita tentang perjalanannya di suatu kota di negara tertentu, namun bagaimana pengetahuan dan wawasan sejarah beliau mengenai destinasi wisata yang dikunjungi juga patut diacungi dua jempol. Pak Tonny mohon izin ya, namanya saya tuliskan disini, ini surprise. Hehehe...
Untuk urusan politik saya menyukai tulisan-tulisannya Pak Arnold Adoe, yang menurut saya beliau selalu mampu memilih angle yang menarik dari satu topik politik. Yang biasanya tulisan-tulisannya selalu nangkring di kolom terpopuler. Namun sayang akhir-akhir ini beliau sepertinya sedang jeda menulis, karena saya tidak lagi melihat tulisan-tulisan beliau yang terbaru. Mudah-mudahan nanti beliau bisa kembali menulis di belantika perpolitikan Kompasiana ini.