Pada saat Anda sedang PDKT misalnya, Anda mesti tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan.
Sehingga, kalau Anda mengerti cara mainnya, Anda bisa menghemat waktu, dan bisa menemukan orang yang memang benar-benar tepat untuk Anda.
Misalnya bagaimana penampilan, kepribadian dan komunikasi sangat menentukan tingkat keberhasilan Anda pada saat masa-masa perkenalan.
Yang tidak boleh dilakukan contohnya, jangan terlalu mengumbar perhatian, bersikap kekanak-kanakan, jangan terlalu menghubunginya setiap hari, dsb.
Atau pada saat sedang konflik dengan pasangan, bagaimana cara Anda mengatasinya? Bagaimana pola komunikasi Anda dengan pasangan? Bagaimana meredakan emosi pasangan?
Ketika pada saat putus cinta, apa yang perlu Anda lakukan? Bagaimana agar Anda bisa lebih mudah move on? Bagaimana agar Anda bisa kembali bahagia dengan cepat?.
Jadi, skill dan pola itulah yang perlu kita pelajari. Sehingga kita bisa menjalani dan mempunyai hubungan cinta yang sehat dan berkualitas, kokoh dan tidak rentan pertikaian.
Ketika saya belajar soal relasi cinta, saya tidak menemukan kisah-kisah romantis yang menyenangkan, justru saya lebih banyak menemukan kerumitan dan kompleksitas. Karena harus berurusan dengan neurosains, biologi evolusi, psikologi, sosial bahkan budaya.Â
Malah ketika kita belajar soal relasi cinta, justru kita akan semakin bertumbuh dewasa dan semakin cerdas. Kita jadi semakin logis dan bertanggung jawab terhadap kebahagiaan romansa kita sendiri.
Saya tahu, patah hati dan putus cinta itu sangat pahit dan tidak menyenangkan. Karena saya pernah mengalaminya sendiri. Karena itulah yang menyebabkan saya memutuskan untuk belajar dan mendalami bidang ini.
Namun sayang, banyak orang yang meremehkan dan menganggap belajar cinta merupakan hal konyol dan hanya buang-buang waktu.Â