Apakah kita mau mengikuti apa kata hati atau apa yang diinginkan pikiran?
Kalau anda bertanya kepada orang bijak, mereka pasti akan berkata, "Ikutilah kata hati mu." Berbeda ketika anda bertanya kepada orang pintar, "Ikutilah apa yang masuk akal bagimu."
Anda tinggal memilih, apakah mau mengikuti apa yang dikatakan orang bijak, atau mengikuti apa yang dikatakan orang pintar? Karena akan sangat beda ketika anda belajar kepada orang bijak dan belajar kepada orang pintar.
Baca juga: Mendengarkan Kata Hati, Sulitkah?
Orang pintar cenderung akan memberi nasehat-nasehat yang menjadikan kita pintar, "Sekolah yang pintar ya nak, kamu harus punya nilai bagus, supaya nanti bisa dapat kerja di perusahaan (x), supaya nanti kamu bisa jadi (x)"
Namun jangan harap kita akan menerima nasihat-nasihat yang mengesankan dari orang bijak. Karena mereka cenderung memberi nasihat seperti, "Sekolah yang benar ya nak. Banyak-banyak belajar, supaya kelak kamu jadi orang bijak, berguna dan bermanfa'at bagi orang banyak."
Karena pintar selalu berbicara tentang kepentingan. Sedangkan bijak selalu berfokus kepada kemaslahatan.
Itulah tugasnya hati, dengan mengikuti kata hati, sudah barang tentu kita akan menjadi bijak. Karena kita tidak memikirkan kepentingan, untung dan rugi. Melainkan misi dari Ilahi.
Namun pada intinya, kembali lagi pada diri kita masing-masing. Tuhan maha baik, Tuhan memberikan kita kebebasan untuk memilih. apakah kita mau selalu mengikuti kata hati, atau pikiran?Â
Karena setiap pilihan dan keputusan akan selalu menghasilkan konsekwensinya masing-masing. Kita bebas untuk memilih dan memutuskan, namun kita tidak bisa lepas dari konsekwensi dari pilihan dan keputusan yang kita buat.***
Sahabat Anda
Reynal Prasetya