Sampai disini saya bisa mengerti dimana kompetensi dan minat menulis saya.Â
Karena itulah saya senang mengulas berbagai sisi tentang manusia. Baik itu dari sisi psikologis, sosial, budaya, atau preferensi nya tentang sesuatu hal, baik itu fashion, musik, dsb.
Karena dengan minat itulah saya tidak bosan-bosan selalu mengulik dan mencari tahu tentang seluk beluk manusia dan dunia.
Sehingga wajar tulisan-tulisan yang tersaji pun akhirnya terasa lebih tajam dan dalam untuk dibaca. Jadi enggak garing lah. :)
Namun entah kenapa tidak ada angin tidak ada hujan, kemarin saya ikut tergelitik, terbawa suasana ikut-ikutan bahas soal politik. Ituloh soal Bintang Emon.
Maka mulailah saya merangkai tulisan sedemikian rupa, banyak bermain kata untuk menonjolkan sebuah sensasi.Â
Saya penasaran, apakah bisa melakukannya atau tidak. Alhasil, saya bisa melakukannya. Ya, saya bisa melakukannya. Namun tahukah apa yang terjadi?.
Ketika saya memposisikan diri sebagai pembaca, lalu saya bolak-balik baca tulisan saya sendiri, rasanya duh kok kering sekali ya? Meski kata dimainkan sedemikian rupa, namun apabila tidak terdapat esensi pada tulisan tersebut, ya percuma saja. Apalagi orang lain yang membacanya, pasti akan sangat terasa dangkal sekali.
Bukan berarti saya tidak tertarik pada politik, politik akan selalu menarik diualas dari berbagai sisi.
Namun saya selalu berpikir bahwa, politik terlalu rumit dan sulit dicerna oleh orang awam seperti saya ini.
Kita akan banyak berhadapan dengan setumpuk pertentangan, perbedaan pendapat, perseteruan yang tak berujung sepanjang pertunjukan politik itu.