Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebuah Kejutan Spesial dari Kompasiana

23 Mei 2020   21:33 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:31 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar logo Kompasiana (Sumber : kompas.com)

Ada rasa bahagia yang begitu dalam ketika tiga hari yang lalu saya melihat penampakan di profil akun saya yang berbeda dari sebelumnya.

Pasalnya, centang hijau yang tersemat di profil akun saya kini telah berubah menjadi warna biru. Dari sebelumnya hanya sebatas baru tervalidasi, kini sudah menjadi terverifikasi.

Setelah kejadian itu, saya tidak henti-hentinya bertanya kepada diri sendiri. Apa benar saya sudah cukup pantas menerima centang biru itu? Apa benar seorang penulis yang hanya mengandalkan insting dan minim pengalaman ini sudah berhak diverifikasi?

Kini ada perbedaan mood dan emosi ketika saya hendak mulai menulis di Kompasiana. Alasannya karena warna hijau dan warna biru memang mempunyai efek yang berbeda secara psikologis.

Warna biru dipercaya dapat memberikan pengaruh ketenangan, memperkuat konsentrasi dan kegembiraan.

Selain itu, warna biru juga mampu memberikan efek rasa nyaman, menaikan produktivitas dan kreativitas. Dalam gradiasi yang lebih gelap seperti biru dongker, warna biru sering dihubungkan sebagai simbol keamanan, terpercaya, dapat diandalkan dan profesionalitas.

Selain warna merah, coklat, putih, abu-abu dan hitam, warna biru merupakan warna kesukaan saya. Sebuah warna yang katanya paling banyak disukai di dunia. 

Permainan warna memang sedikit banyaknya mampu mempengaruhi emosi seseorang, seperti halnya "merah" yang seringkali dihubungkan dengan simbol keberanian, perang, atau darah.

Merah juga seringkali dipakai sebagai lambang bahaya, peringatan. Namun juga dianggap warna yang mampu memberi kehangatan, gairah, cinta dan emosi yang intens. Silahkan googling sendiri untuk info yang lebih detil.

Jadi, setiap kali saya melihat centang biru itu, muncul satu perasaan nyaman dan bahagia. Seolah-olah ada energi baru yang mendorong saya untuk lebih giat menulis.

Terlebih penggunaan warna biru pada halaman Kompasiana bernuansa segar, warna biru muda atau biru langit benar-benar memanjakan mata saya. 

Bukan sebuah kebetulan pula, sudah sejak lama saya cukup gemar memotret dan mengabadikan pemandangan langit. Karena langit merupakan simbol harapan, keinginan, visi atau cita-cita yang tinggi. 

Berikut penampakan langit indah nan cerah yang berhasil saya potret...

Penampakan langit (foto oleh : Reynal Prasetya)
Penampakan langit (foto oleh : Reynal Prasetya)

Penampakan langit (foto oleh : Reynal Prasetya)
Penampakan langit (foto oleh : Reynal Prasetya)
Masalahnya, dengan adanya centang biru tersebut, mau tidak mau saya harus mampu memberikan kualitas tulisan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Karena hingga sampai saat ini saya masih begitu keheranan, dengan segudang penasaran, apakah centang biru ini tidak terlalu cepat?.

Padahal seingat saya, baru saja di pertengahan bulan November 2019 kemarin saya bergabung dengan Kompasiana dan baru mulai aktif menulis di bulan Desember 2019. 

Artinya, kurang lebih baru 6 bulan saya berkecimpung di platform blog ini dan dengan waktu sesingkat itu saya bersyukur bisa diberikan kepercayaan untuk mendapatkan centang biru dari kompasiana.

Ini merupakan kejutan spesial bagi saya. Karena saya tak pernah menyangka akan mendapatkan centang biru secepat ini.

Karena sebelumnya saya sudah berniat, tidak akan berhenti menulis sebelum saya mendapat centang biru. 

Atas niat itulah yang kemudian mendorong saya untuk terus menulis meski dari segi kuantitas cukup telak dari kompasianer lain yang jam terbang, pengetahuan dan pengalaman menulis nya jauh lebih banyak dari saya.

Sedari awal bergabung, saya memang tak pernah berniat dan bertujuan untuk menjadi seorang penulis sungguhan. Semuanya murni didasari karena iseng dan hobi saja.

Pun, pada awalnya saya tidak begitu mengerti tentang seperti apa dan bagaimana peraturan menulis di Kompasiana.

Hingga pelan-pelan mulai muncul rasa penasaran bagaimana caranya agar artikel yang ditulis paling tidak mendapat label pilihan dan syukur-syukur bisa terpampang menjadi headline.

Namun yang pasti, pelajaran yang bisa kita dapat adalah, ketika kita bersungguh-sungguh, secara all out mengerjakan apa yang kita suka, gemari, cintai, secara konsisten tanpa mengharapkan hasil, maka kita akan menuai hasil yang bahkan melebihi ekspektasi.

Lalu apakah saya akan berhenti menulis karena saya sudah mendapat centang biru?

Tentu tidak sobat, saya akan membuat tujuan baru agar saya terus dapat menulis. Karena dengan tujuan itulah kita akan senantiasa bergerak produktif. Kita tidak bisa mengalir mengikuti mood begitu saja.

Dengan menetapkan tujuan, artinya kita memiliki sesuatu yang hendak dicapai dan jika kita berhenti, berarti itu akan menjadi hutang yang perlu kita bayar dikemudian hari.

Selamat menikmati sajian-sajian pemikiran saya yang sederhana dan aplikatif. Ambil dan praktikan bagian yang dirasa cocok dengan diri anda. Lalu abaikan pemikiran yang terkesan tidak masuk akal bagi anda.

Yang jelas, saya tidak sedang berusaha menyuguhkan artikel yang hanya berisi susunan kalimat retoris teoritis belaka. Melainkan tumpukan paradigma, yang berbasis kepada pengalaman dan metodologi yang telah saya pelajari cukup lama. 

Hal itu berkaitan dengan, Psikologi, Sains, Self Development, Love Relationship, Spiritualism, Lifestyle atau fenomena sehari-hari yang menarik untuk dikupas tuntas.

Jika anda merasa cocok dan tertarik dengan artikel-artikel saya, usahakan membaca secara berurutan dari artikel pertama sampai akhirnya ke artikel baru ini.

Karena artikel satu dengan yang lainnya akan saling menyempurnakan. Saling sambung-menyambung. Atau bisa juga saling mengoreksi satu sama lain. Akan ada tesis dan antitesis yang saya buat sendiri.

-----

Hanya itu sambutan yang dapat saya sampaikan mengenai perayaan centang biru kali ini. Jika ada kata yang kurang berkenan, mohon kiranya dima'afkan dan selamat merayakan lebaran. :) 

Minal aidzin walfaidzin. Mohon ma'af lahir dan batin....

I Love Kompasiana

Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun