Jika ada orang yang bahagia dan gemar liburan ke tempat-tempat yang ramai dipenuhi orang. Saya justru lebih tertarik dan bahagia ketika berkunjung ke tempat-tempat yang tidak terlalu ramai, ke desa-desa terpencil, atau ke tempat-tempat yang eksotis.
Belum lagi hal lain, yang tentu tidak akan habis untuk di tuliskan.
Lihat, kita semua memiliki takaran sukses dan bahagia yang berbeda-beda. kita memegang value yang berbeda-beda, kita punya kriteria dan konsep masing-masing soal sukses dan bahagia.
Jadi, kita tidak mungkin bisa ikut-ikutan menjiplak, mengcopy paste action orang lain, kita punya cara masing-masing dalam menggapai kesuksesan kita sendiri.
Alangkah egoisnya, ketika kita menakar kesuksesan dan kebahagiaan orang lain berdasarkan kriteria diri kita sendiri.
Ibaratnya begini, sudah tahu orang lain lebih suka lagu dangdut, eh kita malah memaksa ia supaya suka sama lagu kroncong, karena menurut kita lagu keroncong adalah lagu yang lebih baik dari lagu dangdut dan merupakan lagu yang paling enak untuk didengarkan.
Ya, tidak bisa seperti itu, apa yang kadang kita rasa tidak menyenangkan untuk kita, justru bisa jadi menyenangkan bagi orang lain.
Sukses dan bahagia itu sebenarnya sama persis seperti selera musik. Kita sebenarnya cuma beda preferensi saja. karena tiap orang pasti punya kriterianya sendiri soal sukses dan bahagia. Tak perlu memaksakan kehendak pada orang lain.
Apalagi sampai bersikukuh bahwa cara yang kita gunakan untuk meraih sukses dan bahagia merupakan cara yang paling jitu dan paling ampuh yang wajib harus diikuti.Â
Ada orang yang mungkin baru merasa sukses dan bahagia kalau ia sudah punya mobil, sudah punya rumah, punya bisnis, tinggal di kota, ada juga orang yang merasa sukses dan bahagia cukup tinggal di desa, berada di tengah-tengah keluarga, dengan bisnis yang sederhana.
Kesimpulannya, kita tidak bisa menakar perihal sukses dan bahagia orang lain berdasarkan kriteria diri kita sendiri.