Belum lagi kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ada seorang teman yang mengajak bersalaman, bila dia mengerti, pasti dia bisa memaklumi kalau disaat situasi seperti ini, untuk sementara waktu sebisa mungkin kita menghindari kontak fisik.
Namun bukannya malah mengerti, ketika saya mencoba mengikuti protokol pemerintah bersalaman dengan cara hanya menempatkan kedua telapak tangan didepan dada, seperti gerakan orang yang sedang meminta ma'af, eh dia malah mengolok-olok dan menertawai saya.Â
Tapi biarlah, setiap dari kita pasti punya cara masing-masing dalam merespon pandemi ini. Ada yang waspada, melakukan antisipasi dan melakukan langkah-langkah konkret, ada juga yang hingga sampai saat ini masih tidak peduli, abai terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri.
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, kita bisa menilai ternyata masih rendah sekali kesadaran masyarakat kita saat ini. Mungkin benar, rendahnya tingkat literasi bangsa ini juga ikut menjadi sebab mengapa hal-hal demikian terus terjadi.
Saya sepakat dengan tulisan Pak Idris Apandi, salah satu Kompasianer, yang mengungkapkan betapa pentingnya penguatan budaya literasi dalam melawan covid-19.
Masih banyak warga masyarakat kita yang belum benar-benar mengerti, paham, soal pandemi ini karena budaya literasi, melek informasi, yang masih rendah.Â
Virus corona mampu memperlihatkan kelemahan bangsa ini, kita tertinggal begitu jauh dari negara-negara lain dalam segi kemajuan pendidikan.
Karena yang menjadikan sebuah negara maju, bukanlah besar wilayah atau banyak penduduknya, melainkan seberapa maju kualitas pendidikan dan budaya literasinya.
Masalah pendidikan di suatu negara memang tidak bisa diremehkan, karena kelak kita butuh orang-orang literat, orang-orang hebat, untuk meneruskan estafet kepemimpinan di negara ini.
Melalui pandemi ini kiranya cukup memberi bukti, masalah literasi di Indonesia memang harus segera ditangani. ****