Entah apa yang ada dalam pikiran kedua oknum tersebut, kenapa sih sampai harus sebegitu ngototnya menolak untuk diingatkan? Sampai harus berlaku kasar, sampai bawa-bawa nama institusi TNI dan Kepolisian?.
Padahal itu semata-mata demi keamanan dan keselamatan diri mereka sendiri, mengapa sampai sebegitu angkuh dan arogan perangainya?.
Terus terang saya sampai merasa sedih, kesal, marah, sekaligus malu, tak habis pikir, mengapa masih banyak masyarakat kita yang berprilaku demikian.
Menurut hemat saya, masyarakat kita itu nampaknya belum benar-benar mengerti soal corona. Lebih tepatnya lagi, tidak mau mengerti, masa bodoh, tidak peduli. Ya, tidak semuanya sih, hanya sebagian ya, saya tidak sedang mencoba mengeneralisir.
Saya mencoba mengambil sampel berdasarkan pengamatan didaerah saya saja misalnya, dari 1 kecamatan, jika dipersentasekan, mungkin hanya sekitar 30% masyarakat saja yang benar-benar mengerti, paham, peduli, waspada dan melakukan antisipasi.
Sisanya, ya anda bisa menebaknya sendiri. sekitar 70% mayoritas warga masyarakat disini belum mengerti, belum paham, bahkan tidak peduli, masa bodoh dengan situasi seperti ini.
Lalu apa landasannya, sehingga saya begitu yakin dengan data tersebut?
Setidaknya ada 4 bukti yang dapat menerangkan fenomena tersebut.Â
- Masih Banyak yang tidak memakai masker saat keluar rumah, bahkan menolak memakai masker.
- Masih banyak yang berkerumun dan tidak ta'at pada anjuran Social Distancing atau Physical Distancing, padahal Kepolisian sudah melakukan Sosialisasi.
- Banyak yang terlalu menyepelekan dan menjadikan Corona sebagai bahan bercanda.
- Banyak yang tidak mengikuti informasi terkini, malas membaca dan mencari informasi dan lebih suka mengaitkan Corona dengan SARA.Â
Padahal sudah ada beberapa kawasan di Sukabumi yang telah ditetapkan sebagai zona merah.
Meski dari segi jarak sendiri cukup lumayan jauh, karena itu terjadi di pusat kota, tetap saja langkah mitigasi harus dilakukan. Kewaspadaan harus ditingkatkan.