Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenali Badai dalam Kehidupan Anda, Lalu Hadapi dengan Gagah Berani!

3 April 2020   22:22 Diperbarui: 4 April 2020   04:05 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pelaut (Sumber : ohmy.disney.com)

Pernahkah Anda mendengar istilah, "Jangan pernah lari dari masalah!". Sebuah pepatah, anjuran, nasehat, yang cukup fenomenal dan sering kita dengar.

Ada benarnya, seyogyanya kita memang perlu mengikuti nasehat tersebut. Karena menghindar atau lari dari suatu permasalahan tentu bukanlah sikap yang bijak.

Namun sayangnya, dalam implementasinya memang tidak mudah, kita kadang lebih mudah memberi nasihat kepada orang lain agar ia senantiasa kuat dan mampu menghadapi masalahnya. Di sisi lain, kita seringkali gelagapan sendiri, tak kuasa melewati masalah dan halang rintang kehidupan yang silih berganti.

Setiap orang tentu memiliki perspektif dan definisi yang berbeda tentang masalah. Ada yang menyebutnya sebagai cobaan, ada yang berpendapat sebagai ujian, bahkan ada juga yang meyakini bahwa segala bentuk penderitaan hidupnya merupakan Takdir Tuhan. 

Jadi sebetulnya, apa persisnya yang disebut sebagai masalah itu? Masalah apa saja yang masuk ke dalam kategori ujian? Masalah apa saja yang masuk kedalam kategori cobaan?

Pasalnya setiap insan yang masih hidup di muka bumi ini pasti memiliki dan sedang berjuang dengan masalahnya masing-masing.

Ada yang sedang punya masalah dengan keluarganya, ada yang sedang punya masalah dengan pernikahannya, ada yang sedang punya masalah dengan karirnya, ada yang sedang punya masalah dengan finansialnya, ada yang sedang punya masalah dengan orangtuanya, ada pula yang sedang punya masalah dengan anaknya dan lain sebagainya.

Kita semua memiliki masalah yang berbeda-beda, merespon dengan cara berbeda, dan menyelesaikannya dengan cara yang berbeda pula.

Menurut KBBI, masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Masalah juga berarti soal atau persoalan.

Berangkat dari definisi tersebut, maka saya lebih nyaman menyebut masalah sebagai tantangan, lebih tepatnya adalah sebagai pembelajaran. 

Rasanya kurang elok bila kita langsung menjustifikasi bahwa apapun masalah yang datang merupakan sebuah ujian. Karena bisa jadi, tanpa disadari kita sendiri yang membuat soalnya, kita sendiri yang mengundang dan menjadi penyebab dari masalah itu.

Ilustrasi seorang pelaut (Sumber : ohmy.disney.com)
Ilustrasi seorang pelaut (Sumber : ohmy.disney.com)
Ada dua area masalah yang kerapkali kita temui dalam hidup ini.

Pertama, adalah masalah internal. Masalah yang bersumber dari dalam diri. Kadang masalah internal cukup sulit dikenali, tak kasat mata. Karena kita perlu meningkatkan kesadaran, dan mengenali, lalu membereskan apa saja yang bermasalah di dalam diri.

Anda mungkin pernah menganggap bahwa masalah yang Anda hadapi terasa berat, sulit, terus terang saya pernah merasa seperti itu. Seolah-olah apa yang sedang saya hadapi merupakan masalah yang paling berat dan tidak pernah di alami oleh orang lain.

Namun selang beberapa waktu, ketika saya mulai rajin menyelam ke dalam diri, ternyata bukan masalahnya yang berat ataupun sulit, ternyata kemampuan, skill, dan manajemen stres sayalah yang masih minim. 

Kita bisa melihat fenomena kemalangan itu di media sosial, beberapa orang cukup gemar memamerkan masalah yang kelihatannya pelik, padahal cukup remeh.

Beberapa orang rela untuk terlihat galau lemah tak berdaya demi menjaring simpati dan empati dimedia sosial.

Ketika seseorang memiliki tingkat motivasi dan kesadaran yang rendah, maka ia akan merasa berat, sulit, mengatasi permasalahannya sendiri.

Hal-hal seperti, ketakutan, kurang percayadiri, minder, iri hati, gengsi, insecure, dan sikap-sikap ketidakberdayaan bisa menjadi penyebab masalah sukar diatasi.

Kedua adalah, masalah eksternal. Masalah yang bersumber dari luar diri. Acapkali meski kita sudah berhasil membereskan apa yang ada di dalam diri, masalah baru pun muncul dari luar diri dan tentu saja mustahil bisa kita kontrol dan kendalikan.

Masalah yang datang dari luar ibarat angin yang menerpa jiwa kita, apakah kita cukup kokoh untuk tidak terpengaruh, atau justru tersungkur lemah terbawa arus angin yang menghempaskan kita pada kemarahan, ketakutan dan keputusasaan.

Ya, kita bisa saja sudah sedemikian bertransformasi menjadi pribadi yang lebih berkualitas dari sebelumnya. 

Namun tentu, tantangan dari luar akan selalu tetap ada mengiringi langkah kita. Meski Anda sudah sedemikian menjelma menjadi pribadi penyabar, pasti akan ada orang yang datang untuk menguji kesabaran Anda.

Jadi, kita takkan pernah bisa mengontrol ataupun memilih ragam masalah yang ada di luar diri kita. Kita hanya bisa merespon dengan cara yang tepat dan bijak.

Menghadapi Masalah Ala Seorang Pelaut
Dalam mengarungi kehidupan, kita tak ubahnya ibarat seorang pelaut yang sedang berlayar di samudera. 

Tahukah Anda apa yang dilakukan oleh seorang nakhoda, ketika ia terpaksa dihadapkan pada situasi ekstrim dimana ombak setinggi 20 meter siap menerjang kapalnya?

Sungguh mengejutkan, ternyata ketika seorang pelaut terjebak di tengah samudera, jauh dari pulau, lalu di depan ada ombak besar tinggi menjulang, ia tak lantas menghindar atau memutar kapalnya kebelakang. Tapi yang ia lakukan justru bertarung dengan ombak, battling the storm!

Ia bernavigasi dengan selalu menetapkan haluan kapalnya ke arah datangnya gelombang. Ia menabrak dan menerjang gelombang dengan gagah berani.

Battling The Storm (Sumber : emaritim.com)
Battling The Storm (Sumber : emaritim.com)
Karena itulah satu-satunya langkah yang paling tepat untuk menjaga stabilitas dan menyelematkan kapal dari ancaman badai.

Sementara pilihan membiarkan sisi kanan maupun kiri kapal tertabrak ombak, adalah pilihan tercepat untuk tenggelam, apabila ombak mencapai tinggi 10 meter.

Untuk menghadapi badai dalam kehidupan, kita perlu menjadi seorang nakhoda yang gagah, yang selalu berani menghadapi tantangan dan masalah. Karena dengan menghindar justru akan semakin menenggelamkan diri kita pada masalah tersebut.

Seberat apapun masalahmu, hadapilah! Kita tidak punya pilihan lain, selain harus menerjang badai, jika tidak ingin tenggelam.***

Selamat berlayar!
Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun