Anda pasti sudah paham kalau kita bicara soal takdir, tentu ini sudah bukan lagi area pembahasan yang enteng. Butuh sebuah kajian intens dan perenungan yang sangat dalam sebelum artikel ini layak untuk dipublikasikan.
Akan tetapi hasrat saya yang terlalu kuat mengakibatkan saya tergerak untuk cepat-cepat menuangkan apa yang telah tertangkap oleh kepala saya, sebelum semuanya hanya menguap dengan sia-sia.
Seperti yang kita ketahui, sungguh tidak akan terhitung lagi berapa jumlah definisi dan sudut pandang tentang takdir yang sudah banyak tersebar di alam semesta ini.
Kita bisa menemukannya di mana-mana, bila mengetik kata "takdir" saja di internet, wah bakal kelabakan dan pusing tujuh keliling betapa banyak dan beragamnya penjelasan soal takdir.
Tentu kita mesti mengapresiasi, artinya masih banyak juga orang yang berusaha mempelajari dan mencari tahu, dan berarti bukan sebuah larangan juga bila kita berupaya untuk lebih memahami makna terdalam dari takdir ini.
Jadi oleh karena itu, rasanya tidak perlu lagi kita panjang lebar mengulas apa itu definisi takdir, karena kita sebagai umat beragama mungkin sudah otomatis tahu gambarannya seperti apa.
Karena yang menjadi titik bahasan kita kali ini adalah mengapa sih kadang ada orang yang masih keliru memahami Takdir ?Â
"Loh tahu dari mana anda kalau mereka itu keliru ?" begitu mungkin tanya anda, oke saya mengerti dan bisa menerima kritik yang anda sampaikan, karena ini sudah menjadi resiko dari apa yang akan saya bongkar secara habis-habisan.
Ketika takdir terlalu dipahami sebagai sesuatu yang saklek, orang akan lebih mudah berpikir bahwa segala sesuatu yang terjadi dan ia alami dalam hidupnya itu semuanya murni karena kehendak Tuhan.
Memang tidak sepenuhnya salah !, namun kelihatannya Tuhan seperti menjadi sebab tunggal atas apapun yang terjadi dalam hidupnya. Padahal banyak sekali sebab lain yang mungkin belum ia sadari.Â
Bilamana kita mencermati ayat-ayat kitab suci, seringkali kita menemukan dua ayat yang seolah-olah berlawanan, namun saling menyempurnakan.Â