Mohon tunggu...
Reynaldi Setiawan
Reynaldi Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Aston Martin Aramco Formula 1 Team

haii

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Slang : Dialek Jalanan Yang Menyalip Etiket Formal

21 Desember 2024   01:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   22:46 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kemajuan teknologi dan budaya pop, bahasa terus berevolusi. Namun, di antara aturan tata bahasa yang ketat dan kosa kata formal yang kaku, muncullah bahasa slang bahasa jalanan yang tumbuh di luar pakem, namun justru mendominasi percakapan generasi muda. Apa sebenarnya kekuatan bahasa slang, dan mengapa ia sering dianggap " liar " tetapi tetap bertahan?

Bahasa Slang: Lahir dari Pemberontakan

Bahasa slang muncul sebagai bentuk kebebasan ekspresi. Tidak seperti bahasa formal yang diatur dengan aturan baku, slang berkembang secara spontan. Kata-kata ini lahir di lingkungan tertentu jalanan, komunitas kecil, bahkan dunia digital lalu menyebar cepat ke berbagai kalangan.

Slang sering dianggap "tidak sopan" atau "tidak intelek", tetapi justru di situlah daya tariknya. Bahasa ini mencerminkan budaya tandingan, keberanian menolak norma, dan upaya menciptakan identitas baru.

Mengapa Slang Begitu Digemari?

Slang tidak sekadar rangkaian kata, tetapi simbol kreativitas dan solidaritas. Menggunakan slang menciptakan rasa "kita satu geng". Ini adalah bahasa rahasia yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu. Dalam pergaulan remaja, slang menjadi kode kebersamaan sekaligus cara menunjukkan identitas unik mereka.

Di era digital, slang juga menjadi lebih fleksibel. Singkatan seperti " LOL " atau " BTW ", serta kata-kata seperti " cringe " dan " gaslighting ", menyebar begitu cepat hingga sulit dibendung. Kata-kata ini bahkan menyusup ke percakapan sehari-hari, menggantikan kosa kata formal yang terasa kaku.

Ketika Slang Masuk ke Ruang Formal

Uniknya, bahasa slang yang awalnya "dipandang sebelah mata" kini mulai merambah ke ruang-ruang formal. Lagu-lagu pop, konten digital, bahkan kampanye iklan kini menggunakan slang untuk mendekati audiens. Bahasa ini lebih santai, lebih dekat, dan lebih "bernyawa".

Namun, ketika slang digunakan di tempat yang "salah" seperti dunia akademis atau profesional sering kali muncul perdebatan. Apakah slang merusak bahasa formal? Atau justru memperkaya komunikasi kita?

Slang: Penghancur atau Pembaharu?

Di satu sisi, ada kekhawatiran bahwa bahasa slang akan "merusak" bahasa formal. Namun, bukankah bahasa selalu berkembang? Kata-kata yang dulu dianggap slang, seperti "keren", "asik", atau "oke", kini sudah dianggap normal. Ini menunjukkan bahwa slang tidak selalu menghancurkan; ia bisa memperbaharui dan memperkaya bahasa.

Pada akhirnya, bahasa slang adalah cerminan zaman. Ia tumbuh mengikuti kebutuhan manusia untuk berkomunikasi secara lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih dekat secara emosional. Jika bahasa formal adalah raja yang berwibawa, maka slang adalah pemberontak yang karismatik berani, tajam, dan penuh warna.

Bahasa slang mungkin tampak sederhana, tetapi di baliknya ada kisah tentang budaya, identitas, dan kreativitas manusia. Jangan buru-buru meremehkannya, karena siapa tahu kata-kata yang Anda anggap "alay" hari ini akan menjadi bahasa formal generasi berikutnya. Seperti kata pepatah modern, "Waktu akan membuktikan, siapa yang sebenarnya cringe dan siapa yang visioner."

"Bahasa tidak pernah statis. Ia hidup, tumbuh, dan terkadang... berani melawan arus."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun