Di satu sisi, ada kekhawatiran bahwa bahasa slang akan "merusak" bahasa formal. Namun, bukankah bahasa selalu berkembang? Kata-kata yang dulu dianggap slang, seperti "keren", "asik", atau "oke", kini sudah dianggap normal. Ini menunjukkan bahwa slang tidak selalu menghancurkan; ia bisa memperbaharui dan memperkaya bahasa.
Pada akhirnya, bahasa slang adalah cerminan zaman. Ia tumbuh mengikuti kebutuhan manusia untuk berkomunikasi secara lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih dekat secara emosional. Jika bahasa formal adalah raja yang berwibawa, maka slang adalah pemberontak yang karismatik berani, tajam, dan penuh warna.
Bahasa slang mungkin tampak sederhana, tetapi di baliknya ada kisah tentang budaya, identitas, dan kreativitas manusia. Jangan buru-buru meremehkannya, karena siapa tahu kata-kata yang Anda anggap "alay" hari ini akan menjadi bahasa formal generasi berikutnya. Seperti kata pepatah modern, "Waktu akan membuktikan, siapa yang sebenarnya cringe dan siapa yang visioner."
"Bahasa tidak pernah statis. Ia hidup, tumbuh, dan terkadang... berani melawan arus."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H