Mohon tunggu...
Reynaldi Renoanantyo
Reynaldi Renoanantyo Mohon Tunggu... Lainnya - enthusiastic digital creative content

I am interesting in creative content, especially digital content.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Data Anak Yatim karena Covid-19 Didapatkan, Ketua DPR Imbau Segera Ada Kejelasan Tindakan

31 Agustus 2021   21:35 Diperbarui: 31 Agustus 2021   21:38 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani prihatin melihat data anak-anak yang ditinggal orang tuanya akibat Covid-19. Menurut Puan, angka yang ditemukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) RI sangat mengkhawatirkan dan Indonesia membutuhkan perhatian khusus.

"Banyak sekali ternyata anak-anak yang ditinggal orang tuanya karena Covid-19. Setelah mengetahui data ini, perlu sekali ada perhatian khusus dan tindakan cepat untuk kejelasan nasib mereka," ujar Puan Maharani dalam keterangan tertulisnya.

Puan menerima data yang dihimpun oleh Kementerian PPPA. Sejauh ini, terdapat 8.396 anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19. Data ini masih bersifat fluktuatif mengingat pandemi yang masih bergulir.

Selisih sedikit ditemukan pada data dari Kementerian Sosial yang menyebutkan bahwa 8.275 anak kehilangan orang tua karena Covid-19. Menurut Puan, data ini masih bisa dipastikan dengan koordinasi antar-kementerian agar data tidak saling tumpang tindih.

Puan memandang bahwa data nyata di lapangan sangat diperlukan untuk mengambil tindakan yang signifikan. "Kita bekerja berdasarkan data agar sesuai sasaran dan punya target penanganan yang jelas," kata Alumnus Universitas Indonesia itu.

"Kemarin kita belum punya data, sekarang sudah terkumpul data sementara, maka perencanaan dan alokasi dana penanganan harus segera dilakukan," kata Puan.

Puan menyarankan agar pendataan ini jangan sampai memakan waktu yang lama. Selain itu, pendataan juga dilakukan secara berkesinambungan dengan data terbaru yang terjadi secara real-time. Hal ini agar bantuan bisa segera disalurkan.

"Anak-anak yang menjadi yatim dan piatu, lalu tidak punya keluarga untuk mengasuhnya harus diurus dengan jelas. Otomatis nasib mereka menjadi tanggungan negara. Sistem dalam perawatan anak-anak ini juga harus diperjelas dan diperbaiki," kata Puan.

Bagi anak-anak yang kehilangan orang tua yang menjadi tulang punggung keluarga juga harus memiliki kejelasan nasib. Bagaimana pun, ketika tulang punggung keluarga hilang maka mata pencaharian juga lenyap, sehingga penghidupan pun berubah drastis.

Puan meminta untuk mengutamakan pendidikan dan kesejahteraan anak-anak ini. "Anak-anak harus bisa terus sekolah, mendapatkan pendidikan wajib mereka. Kemudian mereka juga harus disiapkan agar nantinya bisa tumbuh dewasa, mandiri, dan menghidupi dirinya sendiri," kata Politisi PDI Perjuangan ini.

Puan juga mewanti-wanti agar jangan sampai anak-anak ini tidak terjamin nasibnya. Mereka juga memiliki hak untuk sejahtera dan dilindungi oleh negara sesuai dengan undang-undang.

"Saya ingin ada kejelasan nasib untuk mereka. Apakah mendapatkan beasiswa atau bantuan sosial yang bergulir hingga mereka bisa menghidupi dirinya sendiri. Setidaknya bisa menyelesaikan sekolah dan mencari kerja," ucap Puan.

Puan juga meminta adanya evaluasi psikologis untuk trauma yang dialami oleh anak-anak. Kehilangan orang tua karena Covid-19 dapat dipastikan membawa perubahan drastis dalam kehidupan. Mereka pasti sudah mengalami trauma yang mendalam.

Trauma tersebut sebaiknya segera ditangani dengan memberikan akses pada psikolog ahli kejiwaan anak. "Trauma itu harus diberikan mediasi pada psikolog. Jangan sampai karakter anak terbangun dari trauma mendalam yang mereka rasakan akibat pandemi dan kehilangan orang tua," ujar Puan.

Imbauan Puan ini disampaikan karena menyadari bahwa trauma anak memiliki dampak besar pada pembentukan karakter yang nantinya mempengaruhi masa depan anak-anak. Trauma yang dibiarkan terpendam dapat terkubur mendalam pada alam bawah sadar anak dan mempengaruhi kehidupan mereka.

"Kita ingin anak-anak bangsa ini tumbuh sehat secara jasmani dan rohani, sehingga terbentuk generasi penerus bangsa yang kuat. Jangan kita biarkan trauma mendalam mempengaruhi pertumbuhan kolektif anak-anak yang kehilangan orang tua di masa pandemi ini," ujar Puan.

Puan meminta pemerintah segera mengambil tindakan dalam waktu dekat dan tidak berlama-lama dalam menyusun kebijakan. Respons sigap dan tegas dalam hal ini lah yang sangat dibutuhkan. Pasalnya juga jumlah anak-anak ini bisa terus bertambah.

"Kebijakan bisa segera diambil beriringan dengan pendataan yang dilakukan secara terus menerus. Jangan berlama-lama dan menggantungkan nasib mereka menjadi tidak jelas. Anak-anak harus difasilitasi dan hidup dalam kesejahteraan," kata Puan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun