"Saya ingin ada kejelasan nasib untuk mereka. Apakah mendapatkan beasiswa atau bantuan sosial yang bergulir hingga mereka bisa menghidupi dirinya sendiri. Setidaknya bisa menyelesaikan sekolah dan mencari kerja," ucap Puan.
Puan juga meminta adanya evaluasi psikologis untuk trauma yang dialami oleh anak-anak. Kehilangan orang tua karena Covid-19 dapat dipastikan membawa perubahan drastis dalam kehidupan. Mereka pasti sudah mengalami trauma yang mendalam.
Trauma tersebut sebaiknya segera ditangani dengan memberikan akses pada psikolog ahli kejiwaan anak. "Trauma itu harus diberikan mediasi pada psikolog. Jangan sampai karakter anak terbangun dari trauma mendalam yang mereka rasakan akibat pandemi dan kehilangan orang tua," ujar Puan.
Imbauan Puan ini disampaikan karena menyadari bahwa trauma anak memiliki dampak besar pada pembentukan karakter yang nantinya mempengaruhi masa depan anak-anak. Trauma yang dibiarkan terpendam dapat terkubur mendalam pada alam bawah sadar anak dan mempengaruhi kehidupan mereka.
"Kita ingin anak-anak bangsa ini tumbuh sehat secara jasmani dan rohani, sehingga terbentuk generasi penerus bangsa yang kuat. Jangan kita biarkan trauma mendalam mempengaruhi pertumbuhan kolektif anak-anak yang kehilangan orang tua di masa pandemi ini," ujar Puan.
Puan meminta pemerintah segera mengambil tindakan dalam waktu dekat dan tidak berlama-lama dalam menyusun kebijakan. Respons sigap dan tegas dalam hal ini lah yang sangat dibutuhkan. Pasalnya juga jumlah anak-anak ini bisa terus bertambah.
"Kebijakan bisa segera diambil beriringan dengan pendataan yang dilakukan secara terus menerus. Jangan berlama-lama dan menggantungkan nasib mereka menjadi tidak jelas. Anak-anak harus difasilitasi dan hidup dalam kesejahteraan," kata Puan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H