Siapa diantara kalian yang belum mengetahui Gunung Parang? Tidak apa-apa jika belum mengetahui, sebab gunung yang terletak di daerah Jawa Barat ini memang tidak begitu terkenal diantara gunung lainnya seperti Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun Salak yang merupakan incaran bagi para pendaki.
Apa sih yang membedakan Gunung Parang dengan Gunung lainnya? Yuk simak artikel berikut ini, ya!
Gunung Parang merupakan gunung berbatu dengan letaknya di Kabupaten Purwakarta, dengan letak persisnya di Kampung Cirangking, Desa Pasanggrahan. Mendaki Gunung Parang bertentangan dengan gunung biasanya yang sering kali harus menempuh dengan jalan kaki berjam-jam dan harus membawa tas carrier. Di gunung ini kalian wajib mendaki tebing yang dikenal juga dengan aktivitas Skycave Gunung Parang.
Hanya ada satu jalan baja di jalur Badega, sehingga kalian harus mendaki gunung beriringan tetapi tidak boleh menyalip satu dengan lainnya. Selain itu, kalian juga perlu konsentrasi tinggi karena tangga besinya tidak lebar. Namun dengan jalan yang terbuka, kalian akan mudah untuk menikmati pemandangan yang tidak akan terlupakan dari ketinggian.
Setelah kalian mengetahui kegiatan di Gunung Parang, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum kalian melakukan kegiatan panjat tebing di Gunung Parang antara lain:
1. Persiapan mental sebelum melakukan pendakian, kalian perlu mempersiapkan mental agar tenang dan fokus.
2. Melakukan olahraga secara teratur, kebugaran jasmani yang baik merupakan kunci penting sebelum kalian memulai kegiatan panjat tebing.
3. Siapkan kebutuhan pribadi, kalian harus menyiapkan kebutuhan pribadi seperti sepatu yang proper, baju yang nyaman dan lainnya yang sekiranya dibutuhkan.
4. Mengetahui gambaran medan yang akan di daki, sebaiknya kalian sudah cukup research tentang bagaimana medan yang akan kalian lewati sebelum kalian benar-benar melakukan kegiatan panjat tebing.
Setelah mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan, kalian juga perlu tau bahaya dan bagaimana meminimalisir resiko dalam kegiatan panjat tebing di Gunung Parang. Tapi sebelum itu, yuk pahami apa itu konsep Manajemen Resiko
Manajemen resiko merupakan suatu proses perancangan, pengorganisasian, memimpin serta mengendalikan upaya anggota organisasi dan menggunakan semua kemampuan yang tersedia dalam organisasi guna tercapainya tujuan yang sudah ditentukan lebih dulu oleh organisasi. Secara umum Resiko merupakan seluruh sesuatu hal yang dapat terjadi pada seseorang tetapi tidak dapat diprediksi. Dapat disimpulkan, Resiko merupakan suatu yang bisa terjadi sebanding dengan akibat yang dilalui ketika memutuskan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Oleh sebab itu, setiap aktivitas individu pada hakikatnya mengandung resiko, meskipun aktivitas tersebut hanya dimaksudkan untuk mendatangkan kesenangan.
Dewan Kompensasi Pekerja British Columbia (WCB) (2002), memaparkan “Program Kesehatan dan Keselamatan” mencakup seluruh kegiatan, mencakup seluruh aktivitas termasuk peningkatan jalannya perancangan manajemen Risiko yang mencakup 6 hal yakni:
1. Membuat rencana manajemen risiko serta menentukan pelaksanaan proses manajemen risiko,
2. Membuat rencana perjalanan dengan menerapkan metode kenyamanan dan keselamatan bagi wisatawan,
3. Membuat rencana tanggap darurat terhadap hal hal yang tidak diinginkan di destinasi wisata
4. Ketentuan dan tata cara penanganan jika terjadi kecelakaan harus mengutamakan keselamatan dan keamanan pengunjung,
5. Merencanakan komunikasi yang ada untuk meminimalkan insiden dan menciptakan kesan positif, dan
6. Perencanaan pasca kejadian dengan berbagai cara demi menjadi normal Kembali sebelum kejadian yang tidak terduga terjadi.
Wisata Ekstrim panjat tebing ialah jenis wisata yang tercatat aktivitas yang memiliki resiko tinggi, belum adanya standar untuk menjamin kenyamanan, keselamatan, dan keamanan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, perlu diketahui bahaya dan cara meminimalisir Resiko ketika wisatawan memanjat tebing:
- Kondisi wisatawan yang tidak siap. Bahaya sekali jika kalian berada di kondisi yang kurang baik. Oleh kerena itu, kalian wajib untuk melakukan peregangan sebelum memulai kegiatan Panjat Tebing. Perlu diingat, jika kalian memiliki Riwayat penyakit dilarang untuk mengikuti kegiatan ini demi meminimalisir Resiko yang terjadi.
- Kondisi alat panjat yang buruk. Sangat bahaya ketika kalian memanjat tebing tetapi alat yang digunakan tidak safety. Oleh karena itu, Sebelum memulai kegiatan ini kalian harus melakukan pengecekan terhadap alat panjat yang akan kalian gunakan, jika alat panjat tersebut tidak layak pakai, minta ganti alat panjat yang layak ke pengelola, ya!
- Tubuh wisatawan bisa tergores dan terbentur akibat gesekan bebatuan. Sangat bahaya jika kalian tergores saat di medan pendakian. Oleh kerena itu, kalian harus menyimak Pemandu yang akan memberikan intruksi pada saat ada bebatuan yang menghalangi. Kalian wajib menggunakan Helm, sepatu yang proper, dan body protector di lutut dan siku.
- Phobia Wisatawan dan takut ketinggian. Sangat berbahaya jika kalian sudah berada di medan pendakian, tapi ternyata kalian phobia terhadap ketinggian. Oleh karena itu, sebelum memulai pendakian pemandu akan melakukan briefing/safety induction agar kalian mengetahui kondisi di Tebing. Jadi bagi kalian yang memiliki phobia ketinggian, tidak disarankan untuk mengikuti kegiatan ini demi meminimalisir resiko yang terjadi.
- Wisatawan bisa terpleset akibat Kemiringan tebing yang curam. Sangat bahaya jika kalian terpleset di medan pendakian. Untuk meminimalisir wisatawan terpleset, dilakukan pemasangan Handril/pegangan besi. Tidak lupa kalian wajib menggunakan body protector dan sepatu yang proper.
- Wisatawan bisa terpleset ketika berfoto diatas tebing. Kalian perlu berhati-hati jika ingin berfoto, kalian bisa berfoto di tebing yang tidak terlalu tinggi dan curam. Tetap Safety First ya!
Untuk meminimalisir resiko, pengelola Skywalker Via Ferrata Gunung Parang memiliki Standard Operating Procedures (SOP) yang wajib dipahami oleh kalian para wisatawan, antara lain:
- Pemasangat alat panjat Via Ferrata wajib dipasangkan oleh pemandu. Ini adalah SOP pertama tentang peraturan pendakian.
- Memperkenalkan teknik pendakian kepada seluruh wisatawan. Sebelum memulai pendakian, kalian akan dikenalkan teknik pendakian melalui guide. Ditahap ini kalian harus paham dan melaksanakan semua teknik yang ada agar aktivitas ini dapat berjalan dengan lancar. Kalian akan dijelaskan prosedurnya, kemudian bagaimana menggunakan alat, sinyal dan perintah, serta cara mendaki dan mengatasi situasi berbahaya.
- Pendakian dilakukan dengan tim yang terdiri dari 1 orang pemandu yang memimpin dan maksimal 5 wisatawan. Setelah melakukan pengenalan, pengunjung mulai mendaki gunung bersama pemandu wisata.
Selain itu, sebelum memulai kegiatan pendakian, peserta harus mengisi informasi diri pada formulir operator seperti: nama, kelahiran, no telfon yang aktif dan status kesehatan untuk kebutuhan asuransi.
Nah gimana? setelah mengetahui bahaya dan bagaimana cara meminimalisir Resiko apakah kalian tertarik untuk mengunjungi Gunung Parang? Jangan lupa ajak teman/saudara kalian untuk memacu ardenalin dengan melakukan kegiatan Panjat Tebing di Gunung Parang!
Referensi:
Rio Razaka, T. A. (2021). Perlindungan Keamanan dan Keselamatan Bagi Wisatawan Pada Kegiatan Wisata Panaja Tebing dan Implementasinya Ditinjau dari UU Kepariwisataan. 11.
Susanto, I. G. (2012). RANCANGAN SISTEM PENILAIAN KESELAMATAN PENGUNJUNG TEMPAT WISATA. 21.
Team, T. (2020, January 18). Gunung Parang, Wisata Panjat Tebing Penuh Tantangan. Retrieved from www.traveloka.com: https://www.traveloka.com/id-id/explore/activities/gunung-parang-wisata-panjat-tebing-penuh-tantangan/17184
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H