Dilantiknya Mohammed Allawi sebagai Perdana Menteri
Pasca mundurnya Adel Abdul Mahdi pada akhir November tahun lalu, kekosongan kursi Perdana Menteri akhirnya diisi oleh Mohammed Allawi sebagaimana penunjukkan terhadap dirinya dilakukan oleh Presiden Irak Barham Salih pada Sabtu (1/2) pekan lalu. Allawi diharapkan dalam satu bulan dapat membentuk pemerintahan yang akan disetujui terlebih dahulu oleh parlemen. Allawi ditunjuk sebagai Perdana Menteri sampai pemilihan umum diadakan.
Allawi dulu pernah menjabat sebagai Menteri Komunikasi pada era Perdana Menteri Nouri al-Maliki. Saat dilantik, ia menjanjikan Irak yang lebih baik untuk menjawab seruan para demonstran yang telah mengisi jalanan selama berbulan-bulan. Alawi menjanjikan akan memberantas korupsi, membentuk pemerintahan non-sektarian, menciptakan lapangan pekerjaan, dan juga mencari keadilan kepada para ratusan korban yang meninggal dan ribuaan lain mengalami luka-luka selama protes anti pemerintah berlangsung sejak Oktober tahun lalu.
Meskipun retorika Allawi dinilai cukup menjawab permasalahan para demonstran. Namun, mereka menilai Allawi masih bagian dari elit politik yang berkuasa setelah invansi AS ke Irak 2003. Itu berarti pemerintahan akan masih diisi oleh para politikus yang memiliki 'pemikiran yang sama.' Rakyat lebih memilih adanya pemimpin baru yang tidak berhubungan dengan elit politik terdahulu yang tidak mereka percayai lagi.
Dimensi Lain Krisis Politik Di Irak Pasca Kematian Soleimani
Terpecahnya demonstran anti pemerintah dengan para pendukung al-Sadr membuat situasi krisis politik di Irak memasuki dimensi lain. Tadinya dukungan yang solid antara kedua kubu mungkin mampu membawa perubahan reformasi yang mereka inginkan untuk Irak. Sejauh ini, keberhasilan itu mampu ditunjukan oleh massa demonstran dengan membuat Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mundur pada akhir November tahun lalu.
Al-Sadr yang memiliki basis yang kuat telah mengambil keputusan yang sulit dan ini semua mungkin dampak dari apa yang dilakukan AS terhadap serangan tiba-tiba di Irak yang menewaskan Soleimani. Konsentrasi al-Sadr terhadap semboyan anti-Amerika-nya kembali menguat disaat AS menjalankan kepentingannya dengan melakukan serangan itu.
Bergesernya sudut pandang politik al-Sadr yang kini terlihat dekat dengan elit politik Irak dukungan Iran memecah suara demonstran terhadap keberadaan al-Sadr sendiri. Keluarnya al-Sadr dan pendukungnya dari barisan protes anti pemerintah mungkin akan berpengaruh terhadap kepercayaan rakyat Irak terhadap al-Sadr dan aliansi politiknya. Meskipun ia telah menegaskan tidak akan melarang aksi protes yang dilakukan demonstran. Namun, bentrokan yang terjadi telah membuat demonstran untuk mencari dukungan lain.
Ini berarti perwujudan terhadap reformasi di tubuh pemerintahan Irak mungkin membutuhkan waktu dan kekuatan lebih ekstra dari para demonstran (untuk mengumpulkan dukungan yang lebih banyak) untuk bisa mengubah pandangan seluruh elit politik, memaksa mereka menjalankan pemilihan umum baru yang lebih awal dan juga pembentukan pemerintahan yang lebih independen serta punya akuntabilitas yang lebih tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H