Konsep sistem pertanian terintegrasi dijalankan sendiri terlebih dahulu oleh Habib di lahan milik orang tuanya pada tahun 2017.
Di lahan orang tuanya yang banyak terdapat pohon karet, Habib mulai membeli bibit ayam dan membangun kandang ayam dan mengubah lahan karet milik orang tuanya menjadi kolam ikan air tawar serta jadi lahan untuk memanam padi.
"Saya menyadap karet kemudian uangnya dijadikan modal untuk membeli dan membangun kandang ayam yang kotorannya nanti bisa ditampung di kolam ikan yang ada di bawah kandang untuk kemudian kotoran tersebut akan hanyut mengikuti irigasi menuju ke sawah yang ditanami padi," jelas Habib."Jadi settingan yang saya buat, ada kolam ikan dan sawah untuk menanam padi, sedangkan di atasnya ada kandang ayam," Jelas Habib lebih lanjut.
Tantangan yang dihadapi
"Petani di kampung halaman saya Desa Nanga Sayan suka dengan hal-hal yang instan, dalam artian hari ini kerja hari ini juga harus mendapatkan hasil, tentu saja ini  cukup menyulitkan saya untuk mengenalkan sistem pertanian terintegrasi," Jelas Habib.
Selain itu Habib juga mendapatkan cemooh dan cibiran dari tetangganya di desanya yang mengatakan buat apa sekolah sampai S2 kalau harus kembali lagi ke kampung dan jadi petani lagi."Ya banyak yang mencibir dan mencemooh, harusnya sudah sekolah tinggi-tinggi kerjanya di kota besar bukan di Kampung," Jelas Habib.
Namun setelah melihat kemajuan sistem pertanian terintegrasi yang dibuat oleh Habib, banyak petani di kampungnya mulai mengikuti sistem pertanian terintegrasi, Habib pun membuat kelompok tani yang diberi nama "Kabeh Bertuah" sesuai dengan pengalaman waktu kecilnya mengenai "Kabeh Bertuah", anggota dari kelompok tani yang dibuat oleh Habib pun terus berkembang.
Apresiasi dari Astra Internasional
Pada tahun 2022, Habib berhasil mendapatkan penghargaan dari Astra Internasional yaitu SATU Indonesia Award 2022 untuk tingkat provinsi.
Selain itu sistem pertanian terintegrasi milik Habib mulai diaplikasikan tak hanya dikampung halamannya Desa Nanga Sayan, namun juga mulai mencakup ke wilayah lainnya di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.
"Semoga Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi lainnya mengadopsi sistem pertanian terintegrasi ini, karena walaupun lahan pertanian semakin sempit dengan sistem ini Petani bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal," Terang Habib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H