Berasal dari keluarga petani yang kurang beruntung dan tinggal di dalam hutan di wilayah Desa Nanga Sayan, Kecamatan Nanga Sayan, Kabupaten Melawi Kalimantan Barat, Sosok Ahirul Habib Padilah dibesarkan.
Habib menghabiskan masa kecilnya dengan ikut orang tuanya berladang dengan berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lainnya.
"Orang tua berladang dengan berpindah-pindah" ujar Habib.
Ketika ikut orang tuanya berpindah-pindah dalam berladang Habib harus menyesuaikan dirinya dengan jarak sekolah dan tempat tinggal yang semakin jauh.Hingga pada suatu waktu akhirnya Habib dan keluarganya menetap dan tidak berpindah-pindah lagi sehingga Habib menyebutnya sebagai "Kabeh Betuah" yang merupakan tempat terakhirnya tinggal bersama orangtuanya.
Mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang S2
Sebagai anak dari seorang petani Habib merasa tidak mendapatkan kesempatan dan tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Saya tidak merasa memiliki kesempatan secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saat itu." jelas Habib.
Namun takdir nampaknya berkata lain, Habib berhasil mendapatkan beasiswa bidik misi yang diberikan oleh Prof Mohammad Nuh, DEA yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan beasiswa tersebut Habib berhasil berkuliah di Universitas Tanjungpura jurusan ilmu politik, kesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Habib untuk belajar ilmu baru dan berhasil menyelesaikan S1-nya dalam waktu 3 tahun 7 bulan.
Kemudian Habib melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Padjajaran Bandung dan mengambil jurusan hubungan internasional.
"Iya Kuliah ambil ilmu politik di Universitas Tanjungpura dan kemudian melanjutkan S2 jurusan hubungan internasional di Universitas Padjajaran". terang Habib.
Mendapatkan inspirasi sistem pertanian terintegrasi saat berkuliah S2
Ketika berada di Bandung Habib mendapatkan inspirasi untuk menghasilkan sistem pertanian terintegrasi, pasalnya konsep pertanian di Bandung terbilang apik dan luar biasa sekali.
Meskipun berkuliah di jurusan hubungan internasional dan ilmu politik namun Habib ternyata memiliki ketertarikan besar terhadap ilmu pertanian hal ini tentunya terkait dengan masa kecilnya yang melihat dan mengikuti orang tuanya bertani.
Cara Habib mendapatkan ilmu pertanian juga terbilang unik yaitu dengan berdiskusi dengan petani yang ada di Bandung saat sedang tidak berkuliah.
"Saya sering berdiskusi dengan petani yang saya temui saat tidak ada ada kuliah, dan banyak ilmu pertanian yang berhasil saya dapatkan." Ujar Habib.
Sistem pertanian terintegrasi diperkenalkan kepada petani di kampungnya
Setelah menyelesaikan kuliah S2-nya, Habib kembali ke  Kampung halamannya setelah kurang lebih 8 tahun merantau, dan melihat kondisi kampung halamannya yang para petaninya masih menggunakan metode lama Habib pun yakin bisa mengembangkan metode pertanian yang lebih baik lagi.