Tak jarang nasehat-nasehat yang mendukung selalu rio berikan pada gadis itu. Dia berharap agar maya benar-benar menjadi wanita solehah yang akan mendampingi hidupnya nanti. Angan-anganpun sudah terukir dalam pikiran Rio, jika suatu saat mereka dapat membina keluarga yang harmonis nantinya. Walaupun maya merasa enggan untuk mendengarkan cerita konyol itu, namun entah kenapa maya tetap memilih untuk menjadi pendengar yang baik bagi pria tersebut.
 " May, jika suatu saat nanti aku pergi bagaimana? Apakah kamu rela? Apakah tidak ada juga kerinduan itu untukku?" ini adalah pertanyaan yang sudah dua kali Rio tanyakan pada maya.
 Maya tertawa " Ya pergilah. Aku tidak peduli akan hal itu"
 Menyayat, bahkan terdengar menyakitkan. Saat ketulusan hanya dibalas dengan sebuah candaan. Tapi walaupun begitu, tak mematahkan semangat rio untuk terus mendapatkan hati gadis itu. Sebisa mungkin rio selalu membuat maya tersenyum, walaupun rio tahu namanya belum terukir di hati Maya. Bagi rio, maya memang merupakan seorang wanita yang istimewa dan pantas untuk diperjuangkan. Dan bahkan seringkali Rio menyampaikan kekagumannya pada gadis itu, walupun ucapan Rio tersebut tak pernah ditanggapi serius oleh Maya.
 " May, rasanya kita sudah lama tidak bertemu ya? Kapan kita bisa bertemu. Aku ingin sekali bertemu denganmu lagi May, walaupun hanya sekejap"
 Sebuah permintaan yang sama sekali belum pernah diucapkan oleh Rio pada Maya. Tapi dirasa wajar saja, ketika seseorang sedang jatuh cinta dan ingin bertemu dengan sang pemilik cinta sebagai obat rindunya. Maya yang sudah membatasi pertemuan intensif dengan seorang pria, dengan mentah-mentah menolak permintaan Rio tersebut. Walaupun sebenarnya, maya juga merasa ada sedikit kerinduan pada pria itu yang sudah hampir satu bulan tidak bertemu. Tapi Maya hanyalah seorang wanita pemalu dan perlu berfikir berulang kali untuk mengungkapkan rasa rindunya tersebut.
 Hingga suatu pagi itu, maya benar-benar merasa sduah tidak bisa lagi menghadapi sikap rio padanya. Dia merasa bersalah jika terus seperti ini dan ini harus segera dihentikannya. Rio teramat tulus mencintainya, sedangkan dirinya belum juga bisa membalaskan semua rasa itu. Maya tak ingin suatu saat karma berlaku untuknya, Maya ingin segera Rio menyadari akan kesalahannya dan segera menghentikan semuanya.
" Rio, ku harap kamu segera mengerti. Sejak awal pertemuan kita, kau sudah katakan bukan? Bahwa aku tidak melihat mu sebagai seorang Rio, namun sebagai seseorang di masa laluku. Jadi jangan lagi berharap lebih padaku Rio, sungguh aku tidak bisa"
Selang beberapa detik, pesan itupun dibalas oleh Rio.
 " Iya May, aku tahu keberadaanku tak pernah kamu anggap. Namun biarkan rasaku terus kusimpan untukmu May, sampai kapanpun. Aku nyaman mencintaimu dan aku sungguh punya niat untuk menjalani hubungan yang serius denganmu. Namun jika kamu belum bisa menerima rasaku, tak mengapa May. Jaga dirimu baik-baik dan tetaplah berusaha menjadi wanita yang dicintai Allah. Karena wanita sepertimu memang langka. Dan aku sangat senang bisa bertemu denganmu May. Tapi tenang saja May, ini kali terakhirnya aku mencampuri hidupmu. Maafkan untuk semua kesalahanku dan aku janji tidak akan lagi mengganggu hidupmu"
 Sebuah pesan singkat di pagi hari yang mendung menutupi percakapan dua orang tersebut. Kembali Maya menarik napas panjang, seolah ada sebuah kelegaan yang dirasakannya. Namun di sisi lain maya merasa ada yang hilang. Ya, tentu ke depannya Rio tak akan lagi menyapanya lewat pesan singkatnya. Rio tak akan lagi memberikan nasehat dan support padanya. Jika benar laki-laki itu ingin menjauhi hidupnya. Namun pikiran itu segera ditepisakan Maya, yang terpenting sekarang dia tak lagi meras bersalah dengan rasa Rio padanya. Karena sekarang Rio sudah merelakan rasa itu dan tidak akan membebani pikirannya lagi.