Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pelangi Zahra adalah nama pena dari Revi Nuraini, S.Pd, seorang guru yang memiliki hobi travelling dan menulis. IG : @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rinduku pada Senja

20 Oktober 2024   13:58 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            " Iya May, aku tahu keberadaanku tak pernah kamu anggap. Namun biarkan rasaku terus kusimpan untukmu May, sampai kapanpun. Aku nyaman mencintaimu dan aku sungguh punya niat untuk menjalani hubungan yang serius denganmu. Namun jika kamu belum bisa menerima rasaku, tak mengapa May. Jaga dirimu baik-baik dan tetaplah berusaha menjadi wanita yang dicintai Allah. Karena wanita sepertimu memang langka. Dan aku sangat senang bisa bertemu denganmu May. Tapi tenang saja May, ini kali terakhirnya aku mencampuri hidupmu. Maafkan untuk semua kesalahanku dan aku janji tidak akan lagi mengganggu hidupmu"

            Sebuah pesan singkat di pagi hari yang mendung menutupi percakapan dua orang tersebut. Kembali Maya menarik napas panjang, seolah ada sebuah kelegaan yang dirasakannya. Namun di sisi lain maya merasa ada yang hilang. Ya, tentu ke depannya Rio tak akan lagi menyapanya lewat pesan singkatnya. Rio tak akan lagi memberikan nasehat dan support padanya. Jika benar laki-laki itu ingin menjauhi hidupnya. Namun pikiran itu segera ditepisakan Maya, yang terpenting sekarang dia tak lagi meras bersalah dengan rasa Rio padanya. Karena sekarang Rio sudah merelakan rasa itu dan tidak akan membebani pikirannya lagi.

***

            Pagi itu langit tampak mendung, semendung wajah cantik gadis yang bernama maya tersebut. Sejak selesai sholat shubuh tadi, matanya terasa enggan untuk memejam. Buliran air mata itu tampaknya masih membasahi pipinya, matanya pun mulai tampak sembab akibat tangisan semalam. Tubuhnya masih lemah dan terasa berat untuk digerakkan. Ponselnya masih saja sibuk berdering, namun tak dihiraukannya. Dia berusaha menghindari benda itu yang teramat memilukan baginya. Bagaimana tidak, sejak berita kecelakaan hingga rio tak sadarkan diri sampai hari ini masih hangat diperbincangkan. Sementara dia sudah enggan untuk memegang bahkan menatap layar ponselnya yang berisi tentang kabar duka yang dialami Rio. Hingga beberapa hari maya seolah anti dengan benda yang selalu dipegangnya setiap saat itu.

            Ditambah lagi dengan hancurnya perasaan maya saat ini, pikirannya tak karuan. Dia merasakan penyesalan yang teramat dalam. Hampir beberapa hari Maya tak memiliki nafsu untuk makan, kadang teringat olehnya jika Rio selalu berkata bahwa dia tidak ingin melihat maya sakit. Namun kata-kata itu tak lagi berarti bagi Maya, yang maya inginkan adalah agar Rio segera sadar dari komanya dan kembali menyapa dirinya. Namun sayang, walaupun tangisan  dan doa Maya tak hentinya selama Rio dalam masa komanya. Tetapi Allah berkata lain, semua telah menjadi ketetapanNya. Dan kembali padaNya adalah jalan terbaik untuk Rio yang sedang berjuang dengan rasa sakitnya selama ini.

            Langit bagaikan runtuh, napas maya terasa sulit untuk dikendalikan. Walaupun dia pernah berjanji tidak akan menangis lagi untuk pria itu, namun kali ini semua tak tertahankan. Tangisannya pecah seiring dengan sekumpulan orang yang membawa jasad Rio untuk segera dimakamkan. Hati Maya hancur dan penyesalan itu teramat menyiksa batinnya. Dia menyesal telah menyia-nyiakan pria yang begitu tulus padanya. Dia menyesal tidak sempat membalas rasa Rio padanya. Dia menyesal akan semua perlakuan buruknya pda Rio. Maya teramat menyesali semua itu. Hingga diapun tak sanggup untuk melihat jasad terakhir Rio, walaupun untuk terakhir kalinya.

            Hujan tampaknya akan semakin deras menyelimuti wajah gadis itu. Entah sampai kapan maya akan menyesali semua yang telah dilakukannya. Namun sungguh ini menyiksa batin gadis itu dan selang beberapa hari setelah kepergian Rio, maya belum bisa menerima kenyataan pahit itu juga. Bahkan dia menyiksa dirinya dengan tidak makan selama beberapa hari. Dengan harapan Rio dapat kembali dan menasehatinya kembali. Tapi itu hanya sebuah kekonyolan yang Maya lakukan. Karena bagaimanapun Rio tidak akan mungkin kembali lagi. Dia telah tenang dipangkuan RobNya dan kali ini telah benar-benar menghilangkan semua tentang maya. Dan bukankah itu yang menjadi kemauan Maya saat itu dan sekarang semua telah dilakuka pria tersebut. Kini tidak akan ada lagi pesan konyol yang menyapa pagi maya. Tidak akan ada lagi terdengar suara lembut yang selalu menasehati setiap langkah kaki maya. Tidak akan ada lagi yang memarahi maya saat melakukan kesalahan. Dan tidak akan ada lagi sosok yang rajin menuturkan kekagumannya pada gadis itu. Sekarang semua sisa kenangan dan penyesalan yang teramat mendalam bagi maya.

            Nasi sudah menjadi bubur, takdir sudah digariskan. Dan tugas kita sebagai manusia hanya bisa menerima dengan ikhlas apapun yang sudah Allah goreskan. Kini Rio sudah tenang di alam sana, dia tak lagi memikirkan tentang Maya. Hanya ketenangan yang dia rasakan dipangkuan Robbnya. Dan sekarang apa yang Maya inginkan telah dia kabulkan. Menyesali semua yang telah terjadi sama sekali tidak akan merubah keadaan. Menangisi dan membenci setiap pertemuan bukanlah solusi dari semuanya. Tugas Maya saat ini adalah terus kembali menjalankan kehidupan dan mengambil dari semua pelajaran. Bagaimapun perjalan Maya masih panjang, selagi masih ada kesempatan yang Allah berikan Maya harus menjalani hidup dengan sebaik mungkin.

            Nasehat-nasehat yang baik dari Rio akan terus Maya ingat dalam setiap langkah kehidupannya. Dia akan terus berusaha menjadi wanita yang dibanggakan oleh Rio sampai kapanpun. Jika dulu Maya enggan menyampaikan kerinduannya pada Rio, namun sekarang seolah semua berbalik. Maya seringkali rindu dan ingin bertemu dengan Rio walaupun dalam mimpi. Namun semua percuma, masa nya telah usai. Hanya doa yang bisa maya tuturkan ketika rindu mulai melanda dirinya. Saat waktu dan tempat telah menjadi saksi bisu perpisahan mereka. Hingga detik ini, rasa kehilangan itu telah mengajarkan maya tentang arti kehidupan dan mahalnya sebuah kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun