Siang itu angin berhembus lembut menerpa rambut gadis yang sedari tadi duduk ditemani sebotol minuman dingin. Hiruk pikuk mahasiswa yang memenuhi taman tak sedikitpun mengusik kenyamanannya untuk tetap berada disana. Dari kejauhan, tampak seorang laki-laki berkaos hitam lengkap dengan sweater dan tas kecilnya melangkah mantap mendekati gadis tersebut.
“Hana....” kaget pria itu pada Hana
Hana tidak begitu merespon kedatangan pria tersebut, bahkan ia hanya meilirik Haikal sebentar lalu kembali fokus pada novelnya. Tampaknya ia sedang absen berbicara hari ini, sekalipun pada sahabatnya sendiri. Kening Haikal mengernyit seakan tidak mengerti maksud gadis itu. Tidak seperti biasa Hana yang terkenal dengan keceriannya kini berubah 180 derajat menjadi sosok pendiam.
Haikal melempar pandangannya kesekeliling taman, berharap ia menemukan sosok Naisya. Sungguh pemandangan yang tidak seperti biasanya ketika Hana dan Naisya tidak bersama karena mereka bagaikan perangko dan lem yang tidak bisa dipisahkan, kemana-mana selalu menghabiskan waktu berdua. Mata Haikal masih liar mencari Naisya, namun hasilnya nihil. Sudah dipastikan bahwa gadis itu tidak berada di sekitar taman tersebut. Haikal kembali menatap Hana dengan penuh tanda tanya.
“Hana, aku ingin bertanya. Bisakah kamu luangkan waktu sebentar?” tanya Haikal yang langsung duduk tanpa dipersilahkan Hana
Hana masih tetap pada posisi yang semula tanpa respon sedikitpun. Haikal menghela napas panjang dan lebih mendekati Hana.
“Aku jatuh cinta sama kamu Han”
Seketika jantung Hana seolah berhenti memompa, tangannya berhenti membalikkan lembaran novel, matanya mulai berhenti liar melirik kata. Kini tubuhnya kaku dan seolah berada dalam mimpi yang memang ia harapkan dulunya. Namun ini bukan sekedar mimpi, Haikal kembali mengulang ucapanya dan membuat Hana terpaksa menatap. Hana merasa dirinya dilambungkan ke udara bertemu ribuan bintang nan indah. Akan tetapi ia kembali dihempaskan ke bumi setelah wajah Naisya tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
‘Tidak. Ini tidak boleh terjadi’ batin Hana memandang wajah Haikal
Seketika Hana langsung tertawa dan mendorong tubuh Haikal membuat pria itu keheranan. Hana terpaksa bersikap masa bodo dan menganggap perkataan Haikal hanya lelucon semata. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin membalas rasa Haikal tersebut namun ia lebih memikirkan perasaan Naisya. Ia tahu Naisya pasti sangat kecewa jika mengetahui semua. Dan benar saja apa yang ia takutkanpun terjadi ketika ia mendengar suara isakan tangis Naisya yang berlari menjauhi taman. Hana yang menyadari hal itu segera berlari mengejar Naisya ke parkiran kampus disusul oleh Haikal dibelakangnya.
Dengan membawa rasa bersalah Hana sekuat tenaga mengejar Naisya dan berharap sahabatnya tersebut masih mau mendengarkan penjelasannya. Tapi nampaknya itu hanya harapan Hana, setelah mobil Naisya berlalu meninggalkan parkiran. Hana tidak mau kalah cepat, ia segera memasuki mobilnya dan mengejar Naisya tanpa memperdulikan Haikal dibelakangnya. Namun takdir berkata lain, sebuah truk telah merampas keinginan Hana untuk mengejar Naisya. Kecelakaan tidak dapat dielakkan, mobil Hena terlempar jauh dari jalan membuat tubuhnya beberapakali terpental ke jalan.