Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Revi Nuraini merupakan gadis kelahiran 1997. Pemilik nama pena Pelangi Zahra ini sangat menyukai travelling. Ia berasal dari Kota Rengat, Riau. Selain mengajar di salah satu sekolah swasta, ia juga akti menulis artikel, puisi dan cerpen. IG: @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati yang Mengalah

20 Oktober 2024   12:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haikal hanya menatap kesal kedua gadis tersebut dan membiarkan mereka tertawa puas.

Penampakan ini terus terjadi dan berulang kali. Tak ada hari tanpa canda dan tawa diantara ketiganya. Hari-hari yang mereka lalui menyenangkan dan sangat disayangkan jika harus dihabiskan dengan percuma. Diselang hari libur kuliahpun mereka sering menghabiskan waktu untuk berlibur atau bahkan sekedar ngumpul di café. Bagi mereka, suka dan duka harus dilalui bersama agar mempererat hubungan persahabatan.

Seiring berjalannya waktu dengan saling memahami satu sama lainnya, tidak dapat dipungkiri jika ada rasa yang semestinya tidak tumbuh diantara mereka. Sungguh sangat munafik jika mengatakan bahwa tidak ada rasa sayang diantara ketiganya. Entah itu sekedar sayang akan sahabat ataupun lainnya. Ya itulah yang kini Naisya rasakan. Diakui atau tidaknya, ia mulai menyimpan rasa pada sahabatnya Haikal. Sikap Haikal yang selalu perhatian telah berhasil mencuri perhatian gadis itu. Tanpa sepengetahuan Hana dan Haikal, Naisya selalu mencuri perhatian pada pria tampan tersebut.

Naisya sempat bingung untuk bercerita pada siapa aka nisi hatinya. Ia tidak ingin jika rasanya justru merusak hubungan persahabatan mereka. Naisya terus menahan dan membungkam walaupun rasanya terus bergejolak setiap bersama dengan Haikal. Sampai suatu saat ia tidak lagi bisa menahan rasa itu sendirian dan memilih untuk bercerita pada Hana. Karena baginya, hanya Hana yang bisa mendengarkan ceritanya kali ini.

“Apa? Kamu menyukai Haikal?” tanya Hana terkejut usai Naisya menceritakan perasaaanya pada Haikal

Naisya hanya mengangguk malu. Seketika Hana terdiam dan kembali menatap wajah Naisya dengan penuh keseriusan.

“Aku tidak tahu harus menjawab apa Naisya, tapi aku tidak bisa menghalangi rasamu pada Haikal. Namun kamu juga harus ingat, kita ini sahabatan sudah lama dan jangan sampai kamu menghancurkan persahabatan ini. Rasamu tidak salah, aku yakin kamu mampu mengendalikan rasamu. Lakukan yang terbaik untuk hatimu.” tutur Hana sambil memegang kedua tangan Naisya

Naisya merasa terharu dengan ucapan sahabatnya itu dan membawa Hana dalam pelukannya.

Cinta terkadang memang begitu, hadir tanpa mengenal waktu dan pada siapa ia akan jatuh cinta. Karena cinta tumbuh dari sikap saling perhatian hingga menimbulkan suasana nyaman. Sekalipun pemilik hati tidak pernah memintanya untuk tumbuh. Jika ia sudah menghampiri hati manusia, tidak ada kata ampun bagi orang yang dimabuk cinta. Saat semua tentangnya mulai menjadi indah dipelupuk mata dan temu akan menjadi obat saat rindu.

Hana masih terdiam. Membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya jika Naisya benar-benar mengungkapkan rasanya pada Haikal. Mungkinkah persahabatan mereka masih bisa terjalin dengan baik. Apakah mereka masih bisa menghabiskan waktu bertiga atau malah Naisya sibuk dengan Haikal nantinya. Sungguh ini menjadi beban bagi Hana dan harus ia tanggung sendiri untuk saat ini. Sebenarnya jika hanya memikirkan keegoisan semata, jauh sebelum Naisya bercerita akan isi hatinya, Hana telah lebih dulu menyimpan rasa pada Haikal. Ditambah lagi dengan sikap Haikal yang selalu hobi menjaili dirinya. Sangat wajar baginya ketika rasa itu mulai tumbuh. Namun layaknya Naisya, Hana juga harus menyimpan rasanya dan mengubur rasa itu dalam-dalam setelah mengetahui sahabatnya juga menyimpan rasa yang sama pada Haikal.

Sungguh hal ini tidak diharapakn keduanya, terjebak dalam cinta yang sama dalam hubungan persahabatan. Sepanjang hari Hana harus mendengarkan curahan hati Naisya tentang Haikal. Sekalipun kadang ia merasa terluka sendiri, namun ia tetap berusaha menjadi pendengar yang baik. Ia tidak ingin jika Naisya tahu bahwa ia juga telah lama menyimpan rasa pada Haikal. Entah sampai kapan Hana bisa bertahan seperti ini, namun ia terus berusaha menghapus rasa tersebut dan berusaha merelakan sahabatnya menyimpan rasa pada Haikal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun