Mohon tunggu...
Riana Evelina
Riana Evelina Mohon Tunggu... Lainnya - seorang teman

tidak semua orang bisa becerita, menulis adalah pilihan saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sudah Ku Katakan " Kita Berbeda"

6 Oktober 2020   20:06 Diperbarui: 6 Oktober 2020   20:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya memang nggak bicara apapun di telepon. Kakakmu hanya bilang "Kalau kamu masih mencintaiku. Maafkan kesalahannya. Ia tidak bermaksud untuk menyakitimu, Sora. Mungkin Bana kasihan dengan perempuan itu, ia sedang sakit parah." Ucapnya menjelaskan. Ah, menyebalkan!. Hampir saja saya mempercayai kakakmu.

Saya tidak tahu, apakah rasa kasihan bisa dianggap tidak menyakiti orang lain?. Bagaimana jika perempuan itu tahu, yang selama ini dilakukan lelaki yang memberinya senyuman setiap berkomunikasi. 

Hanya menganggapnya kasihan. Lalu bagaimana denganku ? Apa perlu saya dikasihani oleh orang lain karena membiarkan lelakinya memberi harapan dengan kedok kasihan pada perempuan lain. Nggak. Saya nggak perlu dikasihani.

Perasaan kalut, disambut dengan rasa bingung. Saya masih menyanyanginya. Nggak. Sedikit menyayanginya. Dan tumpukkan rasa sakit yang nggak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. 

Kamu harus paham maksudku, Bana. Meskipun kita selalu berbeda pendapat. Kamu ke kiri dan saya ke kanan. Saya mohon, untuk terakhir kalinya kamu harus pahami perasaanku. Kamu harus tahu bahwa perbedaan semacam ini yang nggak bisa bersatu.

Menurutmu itu hanya  sebuah rasa kasihan. Tapi untukku nggak. Karena jika benar kamu hanya kasihan, kamu tidak mungkin memilih warna pelangi yang sudah indah. Ya, dia perempuan yang sangat cantik. 

Bagiku yang sama-sama perempuan, merasa senang melihat wajahnya. Apalagi seorang lelaki sepertimu yang senang memuji. Saya cemburu pada matamu.

**

Saya hanya ingin pindah. Bumi ini hanya ada satu ya ? Sebab kota lain bahkan belahan dunia yang jauh di sana masih bisa kamu tempuh, bukan ?. Bagaimana bisa saya sembuh? 

Sementara kamu masih saja terus menerus meminta maaf, lalu datang menemuiku. Ada baiknya kamu membantu usaha melupakanmu, dengan tidak lagi menemuiku sementara waktu.

Sudah dua tahun berlalu, Bana. Saya sudah bilang padamu, bukan ? Kita berbeda dari awal hingga akhir. Walaupun warna pelangi sudah nggak ada. Bahkan saya nggak tahu di mana dia sekarang. Bukan berarti hitam dan putih akan menjadi warna pelangi, melainkan abu-abu. Abu-abu, Bana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun