Kritik Sosial dan Refleksi Eksistensial
Selain mengangkat tema-tema eksistensial, Bila Malam Bertambah Malam juga merupakan kritik sosial terhadap kondisi masyarakat pada masa itu. Putu Wijaya menggambarkan masyarakat yang terjebak dalam rutinitas, ketidakjelasan arah, dan krisis identitas. Lewat konflik batin yang dialami tokoh-tokohnya, ia seolah ingin menyampaikan pesan tentang kerapuhan manusia di tengah perubahan sosial yang cepat dan tidak pasti.
Novel ini juga menyoroti bagaimana masyarakat sering kali hidup dalam kebohongan dan ilusi, menutupi rasa ketidakberdayaan dengan kepalsuan.
Kelebihan dan Kekurangan:
Kelebihan novel ini terletak pada kedalaman narasi dan kemampuan Putu Wijaya untuk menyajikan konflik batin manusia dengan cara yang orisinal dan penuh makna. Gaya penulisannya yang menggunakan absurdisme memberikan kesegaran dalam sastra Indonesia pada masanya. Pemilihan bahasa yang tidak bertele-tele tetapi sarat makna juga menjadi kekuatan dari novel ini.
Namun, kekurangan novel ini mungkin terletak pada alur cerita yang terkadang sulit diikuti oleh pembaca awam. Struktur non-linear dan penggunaan simbol-simbol yang ambigu mungkin memerlukan pemahaman lebih dalam dari pembaca agar dapat menikmati dan mengapresiasi cerita ini sepenuhnya
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, Bila Malam Bertambah Malam adalah sebuah karya sastra yang kuat dan penuh perenungan. Novel ini menyuguhkan pengalaman batin yang mendalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan di tengah ketidakpastian. Melalui simbolisme dan absurdisme, Putu Wijaya berhasil menggambarkan kompleksitas batin manusia modern dan memberikan kritik sosial yang relevan pada masanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H