NGURAH:
"Kenapa tidak ibu? Kenapa? Siapa yang menjadikan Sagung rai lebih pantas dari Nyoman untuk menjadikan istri? Karena derajatnya? Tiyang tidak pernah merasa derajat tiyang lebih tinggi dari orang lain. Kalau toh tiyang dilahirkan di purian, itu justru menyebabkan tiyang harus berhati-hati. Harus pintar berkelakuan baik agar bisa jadi teladan orang,yanglain omong kosong semua!"
(Gusti Biang Terbelalak Dan Mendekat)
   Sang Ibu tetap dengan pendiriannya, bahwa Nyoman tidak pantas menikah dengan anaknya karena perbedaan kasta. Sampai Nyoman pun angkat bicara.
NYOMAN:
"Gusti Biang, tiyang bosan merendahkan diri, dulu tiyang mengormati Gusti karena usia Gusti lanjut. Tiyang mengikuti semua apa yang Gusti katakan, apa yang Gusti perintahkan meskipun tiyang sering tidak setuju. Tetapi Gusti sudah keterlaluan sekarang. Orang disuruh makan tanah terus-menerus, gusti anggap tiyang tak lebih dari cacing tanah. Semutpun kalau diinjak menggigit, apalagi manusia, gusti yang seharusnya agung, luhur, menjadi tauladan tapi seperti..."
"Orang kebanyakan saja mempunyai kasih sayang dan menghargai orang lain. Tapi Gusti, dimana letak keagungan Gusti? Cobalah Gusti berjalan di jalan raya seperti sekarang. Gusti akan ditertawakan oleh orang banyak. Sekarang orang tidak lagi diukur dari keturunan tapi kelakuan dan kepandaianlah yang menentukan. Sekarang tidak hanya bangsawan, semua orang berhak dihormati kalau baik. Begitu mestinya."
Akhirnya Nyoman mengeluarkan kekesalannya terhadap Gusti Biang yang terus merendahkannya.
WAYAN:
"Diam! Diam! Sudah waktunya menerangkan semua ini sekarang. Dia sudah cukup tua untuk tahu. Ngurah, Ngurah mungkin mengira ayah Ngurah yang sejati, sebab dia suami sah ibu Ngurah. Tapi dia bukanlah seorang pejuang. Dia seorang penjilat, musuh gerilya. Dia bukan lelaki jantan, dia seorang wandu. Dia memiliki lima belas orang istri, tapi itu hanya untuk menutupi kewanduannya. Kalau dia harus melakukan tugas sebagai seorang suami, tiyanglah yang sebagian besar melakukannya. Tapi semua itu menjadi rahasia ... sampai ... Kau lahir, Ngurah, dan menganggap dia sebagai ayahmu yang sebenarnya. Coba tanyakan kepada ibu Ngurah, siapa sebenarnya ayah Ngurah yang sejati."
Wayanlah yang bertugas memenuhi kebutuhan batin Gusti Biang sampai Ngurah lahir. Kisah cinta keduanyapun serupa dengan Ngurah anak mereka dengan Nyoman yang merupakan golongan sudra. Keduanya ditentang oleh Gusti Biang. Namun pada akhirnya, setelah Wayan menceritakan latar belakang Ngurah, Gusti Biang pun menyetujui perkawinan Ngurah dengan Nyoman.