Yang sering saya complain ke Admin adalah tentang betapa seringnya artikel-artikel saya dijegal di Kolom Terpopuler, Trend di Google dan Nilai Tertinggi.
Kembali lagi ke soal saya dibully lewat artikel-artikel para Ahoker, sekali lagi saya katakan saya tidak pusing dengan masalah itu. Tapi sebaliknya masalah itu sebenarnya adalah masalah serius untuk Admin. Hal itu melanggar TC yang menjadi acuan Admin sendiri. Admin membiarkan sebagian kompasmania memprovokasi kompasmania lain. Ini merusak Kompasiana secara keseluruhan.
Hal lain lagi Admin membiarkan para Ahoker mengerahkan pasukan tuyulnya dan melakukan sundul menyundul sehingga artikel-artikel mereka yang selalu berada di kolom Nilai Tertinggi. Untung saja saya bukan para Ahoker. Dimana harga diri saya kalau saya harus melakukan sundul menyundul, apalagi harus mengerahkan pasukan tuyul?
Lihatlah sebulan terakhir di kolom Nilai Tertinggi. Setahu saya dulu (2-3 bulan lalu) artikel-artikel yang berjejer di kolom itu lebih banyak Puisi-puisi berkualitas, tetapi sekarang isinya mayoritas artikel-artikel Ahoker yang asal-asalan dengan sundul menyundul hingga ratusan kali. Pengunjung yang datang ke Kompasiana melihat itu juga akhirnya malas datang lagi.
Kalau ada artikel Humor yang dua-tiga hari sekali salah satunya masuk di kolom Nilai Tertinggi dan disundul banyak kompasmania tentu tidak masalah. Semua orang butuh hiburan dan para kompasmania butuh saling bercanda diantara mereka. Tapi yang parah ini artikel-artikel para Ahoker yang selalu memaksa sekali untuk bisa mendominasi Nilai Tertinggi.
Setiap hari mereka melakukan itu agar artikel-artikel yang mengkritik Ahok diredam supaya tidak melejit hitnya. Saya paham bahwa mereka memang culun-culun dan mayoritas dari mereka tidak memiliki kemampuan menulis yang bisa menyaingi para penulis anti Ahok yang memakai fakta dan data. Tetapi sebenarnya kelakuan mereka itu secara sadar dan benar-benar sadar telah merusak Kompasiana ini. Parahnya lagi oleh Admin hal-hal itu dibiarkan itu terjadi.
** Menyebut Onta itu Melecehkan dan Cenderung SARA ***
Seminggu terakhir ini di lapak komentar artikel-artikel saya mulai ada para Ahoker yang memaki saya ataupun para Kompasmania anti Ahok dengan menyebut kami ini sebagai Onta ataupun Kawanan Onta. Ini sungguh keterlaluan dan ini cenderung SARA.
Kalau hanya para Ahoker menyebut saya Dungu karena membuat artikel yang mengkritisi Ahok. Saya tidak tersinggung dan merasa geli saja. Paling saya hapus saja. Bagaimana tidak geli, saya mampu membuat artikel dengan baik sementara mereka tidak mampu membuat artikel dan hanya mampu berkomentar Dunga-dungu. Anak SD pun bisa kalau hanya melakukan hal yang seperti itu.
Jadi soal Dungu, masih mending. Tetapi soal menyebut Onta pada Kompasmania lain ini sungguh berlebihan. Ini Pelecehan dan ini cenderung SARA.
Jangankan Onta, menyebut orang lain sebagai binatang itu sangat tidak sopan. Apakah sopan kita menggunakan kata Monyet, Anjing, Babi dan lainnya? Jangan mentang-mentang Ahok sering mengatakan Bajingan, Bego, Nenek Lu dan lainnya membuat para Ahoker merasa Halal untuk menyebut orang lain sebagai Onta !