Mereka tahu persis saya punya argument-argumen yang sangat kuat (dengan dalih perundang-undangan) dalam persepsi saya tentang Kasus Sumber Waras dan Skandal Reklamasi. Dan faktanya juga, tidak ada satupun artikel-artikel saya tentang kedua kasus itu yang bisa disanggah oleh mereka.
Hal yang begini bukan berarti saya lebih pintar dari mereka. Bukan seperti itu sama sekali. Mereka pasti banyak yang lebih pintar dari saya, tetapi mereka memang tidak punya bahan argument untuk membela Ahok. Fakta-fakta di lapangan memang jelas-jelas Ahok bersalah dalam dua kasus itu. Saya juga kalau jadi mereka pasti bengong dan tidak mampu berbuat apa-apa.
Di mata saya, Ahok adalah Pemimpin Penindas alias Tirani. Ahok juga dimata saya bukan Pemimpin yang Cerdas. Terlalu banyak ucapan-ucapan Ahok yang menjelaskan taraf kecerdasannya sangat terbatas (dimata saya). Ahok bahkan cenderung melakukan Nepotisme dalam Kepemimpinannya. Fakta-fakta sudah membuktikan hal-hal tersebut.
Sebagai Pemimpin, Ahok juga Kasar dan kadang Kotor berucap. Tetapi yang paling membuat saya sangat tidak suka dengan kepemimpinan Ahok adalah Managemen Birokrasi yang amburadul. Menabrak segala Perundang-undangan, Melakukan Pencitraan dan membela kepentingan para Konglomerat. Kasus Sumber Waras dan Skandal Reklamasi sangat kuat aroma korupsinya.
Ahok boleh-boleh saja bangga disebut sebagai Gubernur Podomoro. Para Ahoker Lover mungkin juga bangga dengan hal itu. Tetapi disisi lain saya juga punya hak untuk bangga menjadi Ahok Hater dengan alasan-alasan diatas.
**Ahok Dilindungi Banyak Kalangan**
Hal yang paling membanggakan buat saya ketika saya disebut sebagai Ahok Hater adalah saya bisa dikatakan sedang berjuang melawan kekuatan-kekuatan besar para Pelindung Ahok. Banyak sekali kalangan ataupun institusi yang melindungi Ahok.
Media mainstreame adalah Kekuatan yang sangat besar sekali. Mereka menguasai Arus Informasi. Dan umumnya mereka mampu mengendalikan opini public masyarakat. Mereka juga mampu menciptakan Tokoh Bersih dan Tokoh Kotor. Mudah sekali bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut.
3 Media mainstreame yang benar-benar secara nyata membela Ahok sekaligus memoles-moles citra Ahok adalah Kompas, Detik dan Tempo. Kompas yang terbesar jangkauannya. Kompas sendiri punya anak perusahaan media yaitu Tribune. Kompas dan Tribune adalah corong Politik Ahok. Begitu juga Detiknews yang sangat seronok dalam membela Ahok.
Tempo pun demikian. Tempo juga dalam 5 bulan terakhir sangat membela Ahok. Meskipun begitu sempat seminggu yang lalu Tempo berbalik arah. Saya belum tahu persis bahwa Tempo benar-benar sudah berubah arah atau kembali lagi menjadi corong politik Ahok.
Yang paling lucu dengan media-media ini terjadi 4 hari terakhir. Hari Jumat lalu Ahok berkoar-koar di Kompas.com bahwa dia merasa difitnah oleh Tempo , Penyidik KPK dan Agung Podomoro. Dia mengancam akan menggugat ketiga pihak tersebut.