Acara ILC selalu mengupas masalah-masalah Hukum, masalah-masalah social dan masalah politik. Dan yang selalu dilakukan oleh karena Karni Ilyas, karena acara ini selalu berbentuk diskusi maka yang diundang adalah Dua pihak yang berbeda sisi pandangannya. Meskipun sering terjadi diskusi panas antara dua pihak tetapi yang seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan diterima sangat baik sekali oleh jutaan pemirsanya.
Tetapi kemudian terjadilah fenomena aneh.Tiba-tiba sebuah acara ILC kemarin dianggap oleh para pendukung Ahok sebagai acara yang mendiskreditkan Ahok. Marahlah ribuan pendukung “gila” Ahok. Karni Ilyas dibully, dan ada artikel yang memplintir suasana diskusi ILC tersebut.
Kalau orang memiliki akal sehat dan tidak berpihak pasti bisa melihat jalannya acara diskusi begitu netral. Karni mengundang para penantang Ahok, mengundang pendukung Ahok dan Ahok sendiri dan mengundang juga Meja Tengah. Ada Pengamat Tata Kota Yayat Ruhiyat kalau tidak salah namanya dan entah siapa satu lagi.
Karni mempersilahkan Ahmad Dani yang membuka diskusi. Dani ditanya apa motivasinya ikut Pilgub dan Dani menjawab dia tidak sengaja/ tidak punya niat maju tetapi ada dorongan dari NU dan PKB maka dia mulai berpikir kearah itu. Bagi Dani kehidupannya sudah bagai Surga sehingga pindah ke Politik itu ibarat mencari Neraka. Tetapi karena dirinya melihat ada yang salah dari kepemimpinan Jokowi dan kepemimpinan Ahok maka dia memiliki niat memperbaikinya. (Jokowi juga disebut oleh Dani).
Danny kemudian menjelaskan kekurangan Ahok yang menjadi perhatiannya dimana Ahok dinilai Dani selama ini hanya menggunakan Otak Kirinya. Sementara bila dia memimpin Jakarta maka dia akan menggunakan Otak Kiri dan Otak Kanannya. (Otak Kiri identic dengan perhitungan Logika sementara Otak Kanan identic dengan Estetika/Unsur humanis). Menurut Danny, Ahok sering salah karena sering memecat orang. Kalau dirinya yang menjadi Gubernur maka dia membangun manusiannya dan bukan sekedar hanya menyalahkan orang lain.
Berikutnya dari Partais Sosial si Cantik Grace Natalia yang berbicara. Grace berbicara meskipun dirinya di jalur Parpol yang beranggotakan orang muda (sudah punya ratusan DPD) tetapi partainya memandang Ahok sebagai sosok yang harus diberi kesempatan menyelesaikan tugasnya membenahi Jakarta. Grace menggambarkan betapa beruntungnya warga Jakarta yang sudah merasa tentram kalau datang hujan besar. Mereka tenang karena ada seseorang yang selalu memikirkan (bertarung) dengan banjir di luar sana. Grace menggambarkan Ahok sebagai sosok pahlawan yang siap berperang dengan bajinr sehingga warga Jakarta menjadi tenang dan tenteram. (tidak ada yang salah dengan opini ini).
Berikutnya giliran Adhiyaksa Dault yang bicara. Adhyaksa mengatakan dia akan membawa Jakarta sesuiai dengan Tag Line yang selama bertahun-tahun dikumandangkan yaitu Teguh Beriman. Adhyaksa berencana memanusiakan warga Jakarta. Adhyaksa berjanji akan menggunakan agama sebagai salah satu unsur terpenting dari niatnya memanusiakan Jakarta.
Adhyaksa mengatakan permasalahan Jakarta itu sangat Kompleks dan tidak mungkin mengandalkan seorang Superman untuk mengatasi permasalahan Jakarta. Yang dibutuhkan Jakarta adalah Super Team dan bukan Superman. Kata-kata ini tentu saja menyindir pendapat Grace Natalia. Sah-sah saja , namanya juga diskusi.
Giliran bicara selanjutnya, dari Nasdem yang mendukung Ahok. Kemudian berganti Yusril, dilanjutkan lagi dengan Muda-mudi Ahok, lalu ke Sandiaga Uno dank e Anton Medan.
Cukup adil sebenarnya kalau kita berpikiran sehat dan tidak memihak.
Sangat masuk akal kalau mereka yang menantang Ahok akan berbicara apa yang menjadi titik lemah Ahok dimana mereka akan berusaha memperbaikinya. Dimana-mana yang namanya seorang Bakal Calon Kepala Daerah akan menyebutkan apa-apa kelemahan seorang Incumben sehingga masyarakat bisa menilai bahwa sang Calon punya paradigm yang lebih baik dari Incumbent.