Mohon tunggu...
Reva Nur Alfiany
Reva Nur Alfiany Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Sedang menempuh pendidikan strata 1 jurusan Sastra Inggris di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Studi Analisis Ghibah Dalam Perspektif Hadits

9 Januari 2024   09:41 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:08 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa ghibah berat dari dosa zina:

الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا . قِيلَ: وَكَيْفَ؟ قَالَ: الرَّجُلُ يَزْنِي ثُمَّ يَتُوبُ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيبَةِ لَا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ

Artinya : "Ghibah itu lebih berat dari zina." Seorang sahabat bertanya; Bagaimana bisa? Rasulullah SAW menjelaskan; Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahi nya. (HR At-Thabrani).

4. Cara Mengobati Ghibah 

Adapun cara mengobati penyakit ghibah ialah menyadarkan orang yang mengghibah bahwa perbuatannya itu memancing kemurkaan Allah, kebaikan-kebaikannya akan berpindah pada orang yang di ghibahi dan jika ia tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang yang di ghibahi akan dipindahkan kepada dirinya. 

Siapa yang menyadari hal ini tentu lidahnya tidak akan berani mengucapkan ghibah. Jika terlintas pikian untuk mengghibah, maka hendaklah ia intropeksi diri dengan melihat aib diri sendiri lalu berusaha untuk memperbaikinya. Mestinya dia merasa malu jika mengungkap aib orang lain, sementara dirinya sendiri penuh dengan aib. Jika dia tidak mempunyai aib, yang lebih baik baginya adalah mensyukuri nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya. 

Dan tidak perlu mengotori diri sendiri dengan aib yang sangat buruk, yaitu ghibah. Jika dia tidak ridha di ghibah oleh orang lain. Mestinya dia juga tidak berbuat ghibah untuk orang lain. Hendaklah seseorang melihat sebab yang mendorongnya untuk melakukan ghibah. Lalu hendaklah berusaha menghindari sebab tersebut. Karena untuk mengobati suatu penyakit ialah dengan cara menghindari penyebabnya.

وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ ‏-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: « مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ بِالْغَيْبِ, رَدَّ اللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ, وَحَسَّنَهُ

Artinya; Barang siapa yang menjaga aib saudaranya tanpa sepengetahuannya, niscaya Allah akan menjaga dirinya dari api neraka pada hari kiamat kelak." (HR. at-Tirmidzi no. 1931).

Kesimpulannya ghibah adalah suatu perbuatan ringan namun dosanya tidak main-main. Teruntuk kita yang belum bisa menghindari ghibah cobalah bermuhasabah diri apakah diri ini sudah suci sehingga berani membicarakan keburukan orang lain? Hakikatnya semua manusia di bumi ini tidak akan pernah disukai oleh orang lain, jika naudzubillah nya Allah membuka aib kita semua. Jadi untuk sekarang ini, kita hanya perlu memperbaiki diri, tidak menggunjing orang lain, dan berlomba-lomba dalam amal kebaikan, Insya Allah hidup akan tenteram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun