Mohon tunggu...
Padri Hans
Padri Hans Mohon Tunggu... Insinyur - Rohaniwan, jurnalis, dan pemerhati masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lingkungan hidup.

Rohaniwan, jurnalis, dan pemerhati masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beribadah atau Berbisnis?

20 Desember 2016   16:04 Diperbarui: 22 Desember 2016   10:56 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Ibrani 10:25 Tuhan berfirman melalui penulis kitab Ibrani, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”  “Hari Tuhan” adalah hari  di mana Tuhan datang menjatuhkan hukuman kepada umat manusia yang terus menolak Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat yang wajib disembah dan dipermuliakan.

 

Orang Kristen memiliki hari sabat yaitu hari Minggu karena hari Minggu adalah hari Tuhan Yesus bangkit dari kubur sebagai tonggak berdirinya gereja di muka bumi ini. Inilah hari yang dipakai untuk berhenti dari segala pekerjaan yang dilakukan selama enam hari (Senin-Sabtu) untuk menyembah Tuhan Yesus sebagai Sang Penguasa surga dan bumi (Matius 28:18). Menarik dicermati tentang hal ini dalam kehidupan orang-orang Kristen yang mengaku beriman (percaya dan memercayakan hidupnya) kepada Yesus Tuhan dan Juruselamat. Dalam kenyataannya tidak sedikit orang Kristen yang  tetap melanggar perintah untuk menguduskan hari sabat ini. Berbagai alasan yang membuat mereka tidak mengindahkan perintah Tuhan supaya mereka berhenti bekerja dan datang menyembah Dia. Mereka berkata bahwa hari Minggu justru bisnis saya paling ramai karena seabrek-abrek pengunjung datang  berbelanja. Intinya, mereka tidak puas mencari uang dari hari Senin sampai Sabtu, belum cukup, sehingga harus terus menambah pemasukan dalam pundi-pundi mereka di hari Minggu, hari di mana Tuhan menghendaki mereka berhenti bekerja untuk datang menyembah Dia dan mendengarkan firman Tuhan. Itu adalah  hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN yang tidak bisa ditawar-tawar. 

 

Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya, Timotius dalam surat 1Timotius 6:10, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”  Uang, buat mereka, bukan sebagai alat melainkan tujuan hidup. Mereka bukan membutuhkan uang tetapi mencintai uang. Jelas ini berhala. Karena mereka sudah menjadikan uang sebagai tuhan mereka sementara Tuhan sejati disingkirkan oleh mereka. Tuhan sejati dinomortujuhkan.  Ini baru namanya penistaan kitab suci dan penistaan Tuhan yang sesungguhnya. Ini sangat serius, tapi mereka tetap tidak peduli.  

 

Ada alasan lain, orang Kristen tetap bekerja demi mencari nafkah di hari Minggu. Mereka berpikir kalau tidak bekerja, mau makan apa nantinya.  “Enak aja menasihati  saya, apakah kalian bisa merasakan beratnya perjuangan hidup saya? Ngomong gampang, tapi saya yang merasakannya”, inilah pembelaan-pembelaan yang acapkali mereka kemukakan. Kepada orang Kristen yang seringkali mengucapkan kata-kata ini, saya mau menanyakan, “Benarkah kalau beribadah kepada Tuhan Yesus  selama satu dua jam saja di hari Minggu, lantas mendadak sontak Anda langsung mati kelaparan atau Anda tiba-tiba hilang masa depan atau masa depan Anda menjadi suram sesuram-suramnya?”  Sejatinya, maaf, orang-orang Kristen seperti ini sama sekali belum terkoneksi dengan Tuhan Yesus yang berfirman, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5). Mereka tidak mampu percaya akan perintah-perintah dan janji-janji Tuhan yang bersifat pasti, ya, dan amin.  Mereka terlalu kuatir dengan hidup ini ketimbang terhadap  janji-janji penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup mereka. Andaikata mereka mau belajar dari kebenaran firman Tuhan  dan memercayainya, maka mereka pasti tidak akan berdalih banyak untuk membenarkan tindakan mereka yang tidak mau beribadah pada hari Minggu. Tuhan berfirman dalam Amsal 10:22, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”  Tatkala mereka sadar dengan hati yang sungguh percaya pada firman-Nya, maka pemeliharaan (providensi) Tuhan semakin nyata dalam hidup mereka. Ketika mereka tidak bekerja mencari uang pada hari Minggu, Tuhan tetap bekerja memelihara hidup mereka dengan ajaibnya. Dan Tuhan berfirman dalam Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”  Bahkan dalam Mazmur 127:2 Tuhan berkata,“Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”  Bagi orang yang dicintai Tuhan, bahkan pada waktu mereka tidur pun, berkat-berkat-Nya datang kepada mereka. Firman ini tidak mengajarkan umat-Nya biar bermalas-malasan pasti akan diberkati Tuhan. Tidak. Tetapi ini menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat memberkati umat yang dicintai-Nya. Sama ketika umat Israel yang sedang menuju Tanah Perjanjian, mereka dipelihara Tuhan dengan ajaib melalui tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam. Juga mereka diberikan manna dan burung puyuh dari sorga sebagai makanan sehari-hari mereka. Bahkan diberikan alas kaki yang puluhan tahun tidak pernah rusak.

 

Bukankah ini sebagai bukti otentik betapa dahsyatnya pemeliharaan Tuhan kepada umat yang dicintai dan mencintai-Nya? Mengapa orang-orang Kristen masa kini penuh dengan kekuatiran dan ketakutan menjalani hidup ini? Mengapa orang-orang Kristen hari ini hidup penuh kuatir memikirkan soal-soal makan, minum, pakaian, jabatan, popularitas, dan tempat tinggalnya? Bukankah Tuhan Yesus memerintahkan, “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Matius 6:25), Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal (Matius 6:28), Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (Matius 6:31),  Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34).  Orang-orang Kristen sejati pasti tidak akan kuatir dan takut akan apa pun juga sebab mereka imani dan amini kebenaran firman Tuhan dalam Filipi 4:6, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”  1Petrus 5:7, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Mereka sangat yakin bahwa Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (2Korintus 9:8)

 

Orang-orang Kristen yang masih terus berbisnis di hari Minggu sejatinya mereka adalah orang-orang yang tidak  pernah puas mengumpulkan uang dan kekayaan di dalam dunia ini. Mereka telah dibutakan oleh roh cinta uang. Demikian juga dengan orang-orang Kristen yang penuh dengan kekuatiran hidup sehingga mereka memaksakan diri terus bekerja di hari Minggu karena takut tidak bisa makan dan hidup, sesungguhnya kedua tipe orang Kristen ini tidak mengerti kebenaran firman Tuhan dalam 2Korintus 8:15 yang berkata, “Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.” Ayat ini meskipun konteksnya  berbeda, namun bagi saya ini berlaku juga dalam soal beribadah kepada Tuhan. Mereka yang membuka bisnis di hari Minggu tanpa beribadah kepada Tuhan mengira bahwa mereka akan semakin kaya dan berkelebihan. Padahal Tuhan dengan jelas mengatakan, mereka yang mengumpulkan banyak tidak berkelebihan. Sebaliknya juga demikian, bagi mereka yang tidak bekerja atau tidak berbisnis di hari Minggu, mereka tidak akan pernah berkekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun