Mohon tunggu...
Revalina Diah Oktaviani
Revalina Diah Oktaviani Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa S-1 Manajemen Universitas Airlangga yang gemar memberikan opini dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Strategi Mengatasi Blooming Eceng Gondok di Sungai Bono Kecamatan Sedati, Sidoarjo

29 November 2024   12:44 Diperbarui: 29 November 2024   12:44 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung (dalam Wikipedia, diakses). Tumbuhan ini memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga sering disebut gulma dan dapat menyebar secara cepat dari suatu perairan ke perairan lainnya. Ketika eceng gondok tumbuh tak terkendali sehingga menutupi sebagian besar perairan terbuka, hal itu dinamakan blooming eceng gondok. Blooming eceng gondok adalah kondisi dimana eceng gondok tumbuh secara masif di perairan. Fenomena ini sering terjadi di daerah tropis, terutama pada saat musim kemarau.

Terjadinya blooming eceng gondok sering disebabkan karena ulah manusia. Tanpa disadari, limbah rumah tangga, seperti air bekas cucian, sisa makanan, dan kotoran manusia menjadi faktor utama penyebab fenomena ini. Beberapa pekan terakhir, terlihat bahwa tumbuhan ini tumbuh hampir memenuhi Sungai di Bono, Sedati. Padahal, Sungai termasuk sumber mata air bagi masyarakat Bono. Kondisi tersebut tentu sangat memprihatinkan, tidak hanya manusia, tetapi juga biota di dalamnya turut merasakan dampak negatifnya.

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng gondok adalah kemampuannya menghambat aliran air. Hal ini dapat menyebabkan banjir di daerah sekitarnya dan kualitas air dapat menurun. Eceng gondok juga dapat mengganggu keberlangsungan hidup organisme air karena jumlah oksigen yang terlarut dalam air dan kurangnya sinar matahari yang masuk membuat organisme tersebut sulit bertahan hidup (dalam merdeka.com, diakses). Selain itu, apabila organisme tersebut termakan oleh manusia akan menyebabkan masalah kesehatan seperti diare dan kembung.

Faktor lain penyebab blooming :

Untuk mengatasi blooming eceng gondok, masyarakat setempat maupun pemerintah perlu mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

  • Tidak adanya instalasi pengelolaan air limbah rumah tangga yang terhubung dengan setiap rumah sebelum dibuang ke sungai.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat setempat dan pemerintah dalam upaya menjaga lingkungan perairan.
  • Pencemaran air, terutama dari bahan organic dan limbah kimia, dapat meningkatkan kadar nutrisi bagi eceng gondok untuk terus tumbuh dengan cepat.
  • Perairan yang tenang, seperti Sungai di Bono, Sedati.

Strategi mengatasi blooming eceng gondok :

Peran pemerintah dan masyarakat setempat sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini. Untuk menjaga kestabilan ekosistem, eceng gondok disisakan maksimal 20% dan dapat dilokalisir di bagian tepi sungai sebagai sabuk hijau sehingga aspek ekologis, ekonomis, dan sosial kemasyarakatan tetap terjaga (Soeprobowati, 2014).

  • Panen eceng gondok 

Salah satu cara yang efektif dan langsung adalah dengan memanen eceng gondok secara berkala dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk seperti pupuk kompos, kerajinan tangan, dan bahan baku ternak.

  • Pemanfaatan tanaman buffer

Menanami area sekitar sungai dengan tanaman penyangga yang dapat menyerap nutrisi berlebih dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok.

  • Peningkatan sirkulasi perairan

Eceng gondok tumbuh secara massif di perairan tenang. Oleh karena itu, menginstall sistem areasi atau pompa dibutuhkan agar tidak memberi peluang bagi eceng gondok untuk berkembang.

  • Peningkatan kesadaran dan pelatihan masyarakat

Masyarakat setempat perlu diberi pemahaman tentang dampak buruk eceng gondok dan peran penting mereka dalam menjaga ekosistem sungai agar mereka tidak sembarangan membuang limbah ke sungai. Pemerintah juga dapat memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang pengelolaan eceng gondok yang berkelanjutan.

 

Kesimpulan :

Sungai adalah aliran air yang mengalir secara terus meneurus dan memiliki peran ekologis yang penting bagi kehidupan manusia dan biota di dalamnya. Manusia memanfaatkan sungai untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Tanpa mereka sadari, ulah manusia menyebabkan sungai tidak dapat berfungsi dengan baik. Limbah rumah tangga, seperti air bekas cucian, sisa makanan, dan kotoran manusia yang langsung terbuang ke sungai menyebabkan gulma eceng gondok tumbuh. Blooming eceng gondok terjadi ketika eceng gondok tumbuh secara massif di perairan. Contohnya sungai di Bono, Sedati. Hal ini tidak hanya berdampak buruk bagi manusia, tetapi juga biota di dalamnya. Apabila sudah terjadi blooming eceng gondok, pemerintah dan masyarakat setempat harus bersatu padu untuk menghentikannya. Untuk menjaga kestabilan ekosistem, eceng gondok dipanen dan disisakan 20% . Tujuannya agar air di sungai Bono menjadi jernih dan sebagai filter partikel-partikel polutan di sungai. Dibutuhkan strategi agar hasil panen eceng gondok tidak menjadi limbah baru, tetapi eceng gondok dapat menjadi tambahan penghasilan masyarakat setempat.

Referensi :

Soeprobowati, T. R. (2014). Mitigasi Danau Eutrofik: Studi Kasus Dana Rawapening T. Prosiding Seminar Nasional Limnologi, VI(January 2012).

Dampak Negatif Tanaman Eceng Gondok bagi Lingkungan, Bisa Ganggu Kadar Oksigen dalam Air (Jurnal). Retrieved Oktober 31, 2023, from https://www.merdeka.com/jabar/dampak-negatif-tanaman-eceng-gondok-bagi-lingkungan-bisa-ganggu-kadar-oksigen-dalam-air-41800-mvk.html?page=4

Eceng Gondok (Wikipedia). from https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun