yangÂ
mengaku dirinya ditinggikan oleh pita merahÂ
mencekik kerongkongan yang tersiksa untuk, ketikaÂ
piawaimu dipaksa bijak terpandang.
Namun
aku melihat detak napasmu, teriris pedih
bak jemari yang tertikam benang merah.
berdarah luka menerpa serpihan dada, yang
kau condongkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!