Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Hari Museum Internasional di Tengah Pandemi Corona

19 Mei 2020   00:14 Diperbarui: 18 Mei 2021   09:44 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar tur virtual Museum Nasional Indonesia, Selasa (7/4/2020).(kompas.com/Nabilla Ramadhian)

Pandemi covid-19 membuat cukup banyak museum besar di dunia membuka kesempatan untuk berkunjung secara virtual. Siapapun, dari mana saja asalnya, bisa menikmati sekilas pemandangan di dalam museum tersebut. 

Hari ini, saya merayakan Hari Museum Internasional dengan mengikuti dua acara daring. Acara pertama adalah Sesi Tanya Museum Nasional bersama Edukator membicarakan "Program Publik di Museum Nasional". 

Sementara, acara kedua adalah Belajar Lewat Daring Bersama Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Perbincangan di kedua ruang virtual ini sangat menarik. 

Di Museum Nasional, titik berat pembicaraan lebih kepada peran edukator museum dalam menyampaikan layanan edukasi, pengembangan kemitraan dan promosi kegiatan museum agar dapat menarik minat dan perhatian publik untuk mengenal dan berkunjung ke museum. 

Yang menarik, minat berkunjung dalam acara Kunjungan Daring Museum Nasional mendapat cukup banyak kunjungan publik dari daerah. "Cukup banyak peserta dari luar DKI," tutur Huriyati, salah seorang pembicara. 

Ketika museum bisa hadir secara virtual dalam masa pandemi covid-19 (foto: Retty)
Ketika museum bisa hadir secara virtual dalam masa pandemi covid-19 (foto: Retty)

Suatu kesempatan langka, yang belum tentu bisa diperoleh, bila museum tidak membuka diri secara virtual. Kegiatan pemanduan daring melalui aplikasi zoom ini rupanya dipersiapkan dengan tema berbeda dalam enam kali hari Selasa dan Rabu sampai sebelum libur Idul Fitri nanti.

Cukup banyak ragam kegiatan di Museum Nasional yang dibahas, termasuk kegiatan untuk program disabilitas yang sementara pandemi ini ikut terdampak. Penekanan kegiatan museum yang berusaha melibatkan publik di luar kunjungan pelajar sekolah memang patut diapresiasi. 

Museum di Indonesia belum menjadi bagian gaya hidup. Karena itu kehadiran mitra-mitra museum yang mampu membawa museum untuk hadir di masa kini sangat penting artinya.

Keinginan orang Indonesia untuk mengunjungi museum memang belum terlalu tinggi. Hal ini berbeda dengan di luar negeri. Menurut berita di CNN, New York's Metropolitan Museum of Art diperkirakan merugi hampir 100 juta dolar sejak ditutup bagi pengunjung per 13 Maret 2020. Bahkan, masih dari berita CNN, menurut American Alliance of Museums, museum-museum di Amerika bila digabungkan merugi hampir 33 juta dolar per hari. 

Cukup banyak museum kecil dan galeri yang akhirnya ditutup karena pandemi ini. Bayangkan, museum di Indonesia, tanpa kejadian pandemi covid-19 saja boleh jadi setiap hari harus berjuang untuk bisa tetap hidup. 

Perbincangan di acara Belajar Lewat Daring Bersama Museum Perumusan Naskah Proklamasi banyak mengulas keadaan museum dalam kondisi yang disebut oleh para pembicara sebagai era new normal. Bagaimana kondisi pandemi ini sudah mengubah kebiasaan kunjungan, kebiasaan kerja, dan berbagai aktivitas lainnya yang semakin virtual. 

Dr. Musiana Yudhawasthi, M. Hum. memaparkan bahwa lebih dari 70% museum di Indonesia meningkatkan kegiatan sosial media mereka. Selain virtual tour, yang mungkin belum banyak museum sanggup membuatnya, kreativitas museum-museum ini ditampilkan dalam siaran podcast, pertemuan atau seminar daring, game, dan masih beragam kegiatan yang memungkinkan interaksi dengan publik yang mereka tuju.

Revitalisasi museum saat ini memang perlu memperhatikan kebiasaan baru masyarakat dunia yang semakin dekat dengan kehidupan virtual. 

Kresno Yulianto, dalam bahasannya "Mencermati Perubahan Perilaku Publik Museum (Internal dan Eksternal) di Era New Normal", mengingatkan akan meningkatnya kebutuhan virtual experience sebagai pilihan yang lebih efisien, lebih nyaman, dan lebih personal. Virtual reality bisa menjadi pilihan bagi orang yang tinggal jauh dari museum sebagai alternatif untuk masuk dan mengapresiasi koleksinya.

Tampaknya era disrupsi yang dipercepat oleh pandemi covid-19 ini akan banyak berdampak pada kehidupan masyarakat dunia. Saya berharap museum-museum di Indonesia mampu berjuang mengalahkan berbagai masalah yang kini tampak sebagai tantangan dan mengubahnya menjadi sumber kekuatan baru mereka. 

Ketika kunjungan ke museum tidak lagi dibatasi oleh jarak atau oleh waktu buka museum, ketika tampilan dan kisah benda pamer menjadi bagian yang menarik keingintahuan masyarakat, mungkinkah kita melahirkan generasi baru masyarakat yang lebih mencintai dan peduli pada museum? 

Ataukah setelah pandemi, semua kembali seperti semula, dan museum kembali menjadi benda bersejarah yang hanya ditengok untuk sebuah seremoni?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun