Berawal dari sahabat Kompasianer yang telah mampir di kolom komentar saya, di seri family budgeting : Perlukah menyiapkan dana darurat, memberikan ide untuk mengulas manajemen keuangan generasi sandwich. Wouw .... good ide.Â
Namanya mbak Novi Ana Rizqiani. Sebuah masukan bagus yang belum terfikirkan sebelumnya oleh saya. Senang sekali dan rasanya penuh semangat ingin menuangkan tulisan saya.Â
Kebetulan saya juga termasuk generasi sandwich. memang bukan orang tua yang harus kami support secara finansial tapi adik di Malang dengan 2 keponakan untuk saya biayai dari mulai masuk SMP sampai dengan lulus SMA, karena bapak ibu mereka notabene adik saya telah bercerai, telah membuat kondisi ekonominya carut marut. Saya tidak tega membiarkan mereka harus gagal seperti gagalnya perkawinan kedua orang tuanya.
Generasi sandwich (sandwich generation) merupakan istilah bagi generasi yang terhimpit secara finansial untuk mencukupi kebutuhan generasi sebelumnya (orang tua, adik atau kakak) dan  generasi dibawahnya (anak, cucu) bukan hanya menghidupi dirinya saja.
Istilah sandwich generation atau generasi sandwich pertama kali dikemukakan oleh pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada 1981.Â
Istilah ini banyak dipakai untuk menggambarkan orang-orang di usia paruh baya (middle age) yang terjepit (sandwiched) dalam memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan juga orang tuanya atau keluarganya dari mulai kebutuhan finansial sehari-hari.Â
Generasi sandwich ini rentan mengalami banyak tekanan baik tekanan finansial maupun tekanan emosional, karena mereka tulang punggung kehidupan orang tua dan juga anak-anak mereka. Selain fokus dengan kehidupan pribadi harus berbagi perhatian dengan orang tua atau keluarga lain.
Kalau menurut saya generasi Sandwich adalah generasi pilihan. Pilihan dari sang pencipta untuk dititipkan rejeki buat yang lain.Â
Mungkin tanpa disadari bahwa rejeki yang kita terima ada sebagian yang memang diperuntukkan untuk orang tua kita atau orang lain lewat tangan kita.Â
Jadi jagalah selalu prasangka baik buat sang Kholiq pembuat maha rencana di kehidupan ini. Tidak ada satupun rencana yang tidak melewati sentuhan tanganNYA, sampai selembar daun terjatuhpun atas seijin DIA.
Agar tidak mengalami tekanan finansial maupun tekanan emosional perlu dibuatkan perencanaan yang baik. Akan banyak pertimbangan yang mewarnai penyusunan perencanaan keuangannya.Â
Seorang anak tunggal yang harus membiayai seorang diri, tentunya akan lebih berat jika disandingkan dengan mereka yang memiliki saudara kandung lebih dari seorang. Atau mereka yang berpenghasilan dua duanya baik suami atau istrinya tidak akan serumit jika hanya seorang saja yang menjadi penyokong dalam keluarga.Â