1. Denial (Penyangkalan)
Wajar bagi  orang yang pertama kali mendengar berita tak menyenangkan untuk menyangkalnya.  Pada kasus pasien Covid 19 pasien biasanya merasa tidak terima dengan diagnosis yang disampaikan oleh dokter dan berharap bahwa diagnosis tersebut salah. Mereka merasa tidak mungkin tertular karena tidak ada gejala. Situasi ini kadang menuntun pasien untuk melakukan second opinion dengan periksa ke tempat lain dengan harapan hasil diagnosa yang pertama tidak benar.
2. Anger (Marah)
Reaksi marah muncul karena pasien mulai frustasi karena hasil diagnosa tidak berubah meskipun sudah mencari second opinion. Merasa marah kenapa bisa terpapar covid 19, merasa Tuhan tidak adil bahkan beranggapan ini adalah sebuah konspirasi.
3. Bargaining (Tawar menawar)
Seiring dengan berjalannya waktu, pasien dapat menerima diagnosisnya, tetapi dengan  syarat tertentu. Contohnya ada  pasien yang ingin sembuh tapi tidak mau minum obat, tidak mau isolasi.
4. Depression (Depresi)
Titik terendah yang dilewati dalam proses penerimaan suatu kabar buruk adalah depresi. Di mana pasien menyadari sepenuhnya apa yang terjadi dengan dirinya dan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang menanti mereka. Â
Perlu dijadikan catatan bahwa pada saat berada di fase ini pasien sedang menjalani isolasi maka perlu mendapatkan pendampingan secara khusus. Saat sedang sendiri ada kemungkinan mereka akan lebih sering mengembangkan pikiran yang bersifat negative sehingga perlu dikuatkan.
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada fase ini fungsi psikis kembali optimal, begitu pula dengan fungsi sosial sehingga meraka akan jauh lebih kooperatif dan patuh dalam menjalani pengobatan.
TENAGA KESEHATAN JUGA MANUSIA
Jauh sebelum virus covid19 ini ada para tenaga kesehatan (nakes) seperti dokter, perawat, psikolog sebenarnya sudah sering berhadapan dengan reaksi  emosi pasien yang berbeda-beda saat mereka berhadapan dengan pasien-pasien yang didiagnosa penyakit kronis. Namun saat pendemi ini situasi menjadi sangat berbeda, karena secara manusiawi juga para nakes sebagai garda depan pun sebenarnya mereka juga mengalami reaksi emosi yang bermacam-macam saat diharuskan merawat pasien covid 19.
NAIKKAN IMUN, JANGAN LAMA-LAMA BERSEDIH