Mohon tunggu...
Retno Indrawati Oktaviana
Retno Indrawati Oktaviana Mohon Tunggu... -

Ig : @retnoktav SnapChat : retnovi ~ATVI~

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dibalik Cerita Kota Atlas dan Kota Batik

16 Juni 2016   04:32 Diperbarui: 16 Juni 2016   04:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-1083-jpg-5761c7aecf9273740ecbfc29.jpg
img-1083-jpg-5761c7aecf9273740ecbfc29.jpg
Disini terdapat dua bagian bagunan Klenteng, bagunan Klenteng sebelah kanan untuk memasukinya memerlukan biaya tiket masuk tambahan sebesar Rp 20.000,-. Mungkin karena bagian itu adalah tempat khusus untuk beribadah, jadi lebih dijaga untuk hal kebersihan dan lain-lainnya sehingga memerlukan biaya. Tempat ini membuat kita menambahkan wawasan baru mengenai budaya peninggalan.

asli-jpg-5761c878b99373df0c1b6077.jpg
asli-jpg-5761c878b99373df0c1b6077.jpg

Kini tibalah kami di Lawang Sewu, sebuah gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di kota Semarang. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan ini memiliki pintu yang sangat banyak, walaupun kenyataannya tidak. Jumlah pintu pada bangunan ini tidak mencapai seribu bahkan hanya 300 sampai 400an pintu. 

Saat sampai ditempat ini, pemandu Lawang Sewu tidak menceritakan hal-hal horror atau mistis lainnya. Melainkan menceritakan mengenai arstitektur dari bangunan Belanda tersebut. Bangunan pada gedung ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga banyak udara diluar masuk kedalam ruangan dan membuat ruangan menjadi sejuk.

 Kamar mandi yang berada di Lawang Sewu ini juga tidak terlihat seram ataupun hal lainnya. Bahkan memiliki desain kamar mandi yang unik dan bersih. Dahulu bangunan kuno dan megah ini dipakai sebagai PT Kereta Api Indonesia. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu berlangsung peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang.

17.00 WIB diperjalanan menuju Batang untuk check in hotel Sendang sari, Pekalongan.

Rombongan kami sampai dihotel pada pukul 22.00 WIB. Kondisi badanku sudah tidak bisa diajak berdiskusi. Aku segera mandi dan langsung beristirahat. Ditengah malam aku terbangun, untung teman-teman kamarku belum mulai tidur. Akhirnya aku meminta tolong mereka untuk menemaniku mencari makanan diluar hotel. 

Kebetulan mereka juga sama-sama lapar seperti diriku. Kami mendapatkan makanan dan segera menghabiskan makanan tersebut. Kenyang sudah perut kami, temanku Sri datang ke kamarku dan berbagi cerita bersama. Sampai pada akhirnya kami tertidur lelap dengan sendirinya.

“Day four (Minggu, 29 Mei 2016)”

Sinar matahari menembus kaca jendela kamarku. Aku dan sri terbangun bersama, kemudian ia pamit untuk kembali ke kamarnya. Seperti biasa aku membangunkan teman-temanku, karena mereka tidak bangun lagi aku segera bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya.

Selesai rapih-rapih diri dan barang-barang, kami pergi menuju ruang makan yang memiliki background kolam berenang. Sarapan pagi ini dengan sepiring nasi goreng hangat beserta teh manis hangat dipagi hari. Dengan diiringi alunan instrumental musik tiba-tiba berubah menjadi suara kakak pemandu wisata yang memberikan informasi baru untuk kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun