Mohon tunggu...
Retno Indrawati Oktaviana
Retno Indrawati Oktaviana Mohon Tunggu... -

Ig : @retnoktav SnapChat : retnovi ~ATVI~

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dibalik Cerita Kota Atlas dan Kota Batik

16 Juni 2016   04:32 Diperbarui: 16 Juni 2016   04:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawa Tengah adalah sebuah ProvinsiIndonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Kota Semarang adalah ibukotaProvinsiJawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Kota dengan julukan Kota Atlas, Kota Lumpia, dan Kota Jamu ini terletak di pesisir utara Pulau Jawa dengan posisi yang sangat strategis, yakni berada di tengah jalur Jakarta dan Surabaya. Kini Kota Semarang semakin berkembang pesat diberbagai bidang, dengan taglinenya “SEMARANG SETARA” (Semarang Kota Sejahtera). Kota Pekalongan pun mempunyai sejarah batik yang cukup panjang, sehingga lebih dikenal sebagai Kota Batik dan sebagian besar penduduknya menggantungkan mata pencaharian hidupnya sebagai pengrajin batik.

Aku berada dilingkungan dunia broadcasting,orang-orang broadcastingadalah orang-orang yang mendukung pikiran ide kreatif, mengenal yang namanya deadline,penyabar, talk active, dan pastinya siap stress. Tapi hal itu cukup menyenangkan bagiku. Walaupun aku berada dilingkungan dunia broadcasting, kampusku ATVI (Akademi Televisi Indonesia) membuat 2 (Dua) jurusan yang berbeda yaitu, Produksi dan Jurnalistik. Aku pun jatuh hati pada jurusan Jurnalistik. Jadi, sudah tahukan apa jurusan yang kupilih. Nah, disini aku mempunyai tugas membuat sebuah karya tulis ini untuk memenuhi persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) di kampusku. So, Kampusku setiap tahun ajaran mahasiswa/i baru selalu mengadakan Hunting Photographyke berbagai tempat. Setiap mahasiswa wajib mengikuti Hunting Photography. Tahun ini angkatanku pergi ke Provinsi Jawa Tengah yakni, Semarang, Ambarawa dan Pekalongan. Maksud dan Tujuan kampus mengadakan event ini pertama, untuk memperkenalkan kepada mahasiswa/i “Kultur Broadcast yang sebenarnya” (Terutama kultur EFP), sebagai bekal untuk menjadi Broadcaster yang handal. Kedua, merupakan suatu praktikum fotografi yang komplit, sekaligus ajang uji kompetensi fotografi (UAS). Acara ini berlangsung selama 4 (Empat) hari. Mulai dari hari Kamis, 26 Mei 2016 sampai dengan hari Minggu, 29 Mei 2016. Kami pergi menggunakan 4 (Empat) kendaraan bis pariwisata dari “Dekavies Tour and Travel”.

Day one (Kamis, 26 Mei 2016)”

Dihari sebelumnya aku sudah preparemengenai barang-barang kebutuhanku yang akan aku kemas pada tas gunung yang kugunakan. Tidak lupa juga aku membawa tas kamera, tas pundak kecil dan topi baseball nikeuntuk melindungi kepalaku dari teriknya sinar matahari. Sambil menunggu datangnya GrabCar(Aplikasi transportasi online) aku dan teman sekamar kostku mempersiapkan diri dan barang-barang yang akan dibawa untuk berangkat. 

Karena jarak antara kostan dan kampus tidak terlalu jauh, aku tiba dengan cepat dan langsung menuju ke Studio 5 Indosiar, dimana itu tempat bis pariwisata diparkirkan dan sebagai tempat berkumpulnya keberangkatan kami. Aku tiba pada pukul 13.30 WIB dan langsung menaruh tas gunungku kedalam bagasi bis 4 (Empat). Yaps,aku kedapatan di bis 4 (Empat), langsung saja aku masuk kedalam bis dan mencari tempat duduk kosong. Tetapi ternyata teman dekatku, Indah namanya dia mengajakku untuk duduk bersama. 

Jadi aku tidak perlu bersusah-susah untuk mencari tempat duduk kosong, karena didalam bis tersebut tidak hanya ada kelasku namun, kami bergabung dengan kelas B (Produksi). Setelah pergumulan kecilku selesai, aku turun dari dalam bis dan menemui teman-temanku yang berada di bis lain. Mungkin karena baru hari pertama, jadi terlalu excited dan masih memiliki energy yang banyak.

Jarum jam menunjukkan pukul 14.30 WIB dan kami pun masih belum juga berangkat. Padahal di rundown keberangkatan kami tepat pukul 14.30 WIB. Seperti biasanya orang Indonesia, kalau tidak ngaretseperti ada yang kurang. Aku dan teman-teman yang lain pun menunggu lagi. Tidak lama kemudian kami semua diarahkan untuk pergi ke lobby kampus 1 (Satu) untuk mengambil T-ShirtHunting Photography yang berwarna merah itu. Setelah setiap mahasiswa/i mengambil T-Shirt satu persatu sesuai dengan ukuran baju mereka, kami diarahkan berkumpul di halaman kampus 1 (Satu) untuk briefing sebentar bersama Pak Eduard (Direktur Kampus) dan beberapa dosen lainnya. 

“Haduh, panas sekali siang ini. Kapan selesainya dan kapan berangkatnya” Keluhku saat itu. Tiba-tiba kami diarahkan kembali ke Studio 5 untuk menaiki bis masing-masing. Tepat pukul 15.00 WIB bis kami berangkat meninggalkan Jakarta, tidak lupa sebelum berangkat kami pun berdoa terlebih dahulu.

Selama perjalanan berlangsung, pemandu pariwisata dari Dekavies Tour and Travel memperkenalkan diri di bis kami. Dibis 4 (Empat) ditemani oleh Kak Citra dan Kak Abud. Mereka sangat baik dan ramah kepada kami yang ada di dalam bis. Kami dibagikan minuman, makanan ringan dan nametag keikutsertaan Hunting Photography

Aku duduk tidak terlalu depan dan juga tidak terlalu belakang, berarti aku berada disekitar pertengahan. Aku melihat suasana teman-teman yang duduk didepan dan juga suasana dibelakang. Betapa enjoy nya teman-temanku mengikuti alunan beberapa lagu galau, remix, hacep, begitu pun dangdut.

 Oh, iya kami juga memiliki peraturan didalam bis “teman-teman, saya mau memberitahukan kepada kalian kalau kita memiliki bahasa baru untuk pengucapan buang air kecil itu “SS” dan buang air besar “MM” jadi, kalian jangan sampai lupa untuk mengucapkan kode baru itu kepada saya ataupun yang lainnya, Ucap Kak Abud kepada kami. Sekitar pukul 17.00 WIB kami semua bis 1 (Satu) sampai dengan bis 4 (Empat) berhenti bersama di rest area besar. Awalnya hanya untuk SS ataupun MM, namun keterusan sampai magrib tiba.

“Kriuuuukkkkk.. duh, malu sekali suara perut keronconganku sampai terdengar keras” Kataku dalam hati sambil tersenyum kecil menahan malu. Wajar saja belum kuisikan nasi kedalam perutku sejak siang tadi. Kak Abud mengambil sebuah micyang ada didalam bis, kemudian memberitahukan kepada kami bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB untuk bersiap-siap turun dari dalam bis. Because, it’s time for dinnerdi lokal resto “Pring Sewu”, Ciperna. 

Horaayy,aku rasa setelah ini perutku tidak akan bersuara kembali sama seperti tadi. Selesai makan, aku dan teman-teman lainnya pergi ke toiletuntuk mengganti pakaian ataupun mencuci muka dan lain-lainnya. Kemudian kami kembali ke dalam bis dan melanjutkan perjalanan menuju Jawa Tengah. Karena sudah larut malam, aku pun tertidur lelap bersender ke arah jendela dengan begitu saja. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang begitu keras. 

Dengan spontan aku terbangun dari tidur lelapku. Jantungku berdetak kencang. Kubuka gordyn jendala bis dan aku terkejut melihat bis kami ternyata berjalan melawan arah. “astaga, mengapa bis kami bisa berada dijalur jalan yang tidak sesuai?” Pertanyaan itu muncul dibenak pikiranku. Namun tidak terpikirkan terlalu lama karena setelah itu aku kembali tertidur lelap.

Day two(Jumat, 27 Mei 2016)”

Terdengar kecil suara jarum jam tanganku bergerak, aku pun terbangun dan langsung melihat jam tanganku menunjukkan pukul 05.00 WIB kami tiba di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang. Aku baru sadar ternyata bisku yang sampai di MAJT dengan tepat waktu. Sambil menunggu bis-bis lain aku menghampiri Kak Citra untuk meminta ijinnya karena aku akan SS dan membersihkan tubuh. Kebetulan tidak hanya aku yang mengalami hal itu, tetapi teman perempuanku yang lain pun juga ingin pergi ke toilet

Selesai sudah kami pun terlihat fresh, wangi dan rapih kembali. Muncul suatu pertanyaan dari pikiranku “dimana bis-bis yang lainnya? Kenapa belum sampai?”. Lalu aku mendengar suatu informasi dari temanku, Katanya “bis-bis yang lain sedang berhenti di rest area, karena semalam terjebak macet dan bis 3 (Tiga) mengalami kendala kerusakan mesin dipertengahan jalan. Setelah aku tahu jawabannya aku langsung saja pergi untuk mengambil tas kamera, dan mengeluarkan kameraku. “Cekrek, cekrek” bunyi kameraku saat aku mengambil beberapa gambar arstitektur MAJT.

Menurut sejarah, MAJT ini dirancang dengan gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. MAJT juga dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Masjid ini selain digunakan sebagai tempat ibadah, ternyata juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Para penziarah yang ingin bermalam dapat memanfaatkan fasilitas wisma penginapan dengan tersedia 23 (Duapuluh tiga) kamar. Didalam area MAJT terdapat Menara Asma AL-Husna setinggi 99 (Sembilan puluh Sembilan) meter. 

Terdiri dari lantai 1 (Satu) sampai dengan lantai 19 (Sembilan belas). Ini yang paling indah menurutku, ditengah area Masjid terdapat 6 (Enam) payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi. Payung raksasa ini dibuka hanya setiap salat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha. Namun yang sangat disayangkan di area Masjid ini kurang terjaga kebersihannya.

 Saya rasa bukan karena petugas kebersihannya yang tidak rajin pada pekerjaannya tetapi, para pengunjung wisata ataupun pengunjung lainnya yang kurang mencintai kebersihan. Setelah selesai mengambil gambar arsitektur dan fotografi jurnalistik, aku dan teman-teman diberikan kotak makan untuk sarapan pagi oleh para pemandu wisata.

Perjalanan selanjutnya kami pun berangkat menuju Museum Kereta Api Uap Ambarawa. Teriknya matahari begitu menyinari kepala dan wajahku. Astaga, aku lupa untuk menggunakan topi. Topiku tertinggal didalam bis, apa daya aku tidak berencana untuk kembali kedalam bis dan menggambil topi. Karena sudah terlanjur penasaran dengan Museum Kereta Api Uap Ambarawa. Ketika aku masuk, disetiap dinding dipenuhi dengan bingkai-bingkai sejarah Ambarawa mulai dari zaman dahulu hingga sekarang. Terlalu asyik dengan bingkai-bingkai tersebut, aku mendengar teman sekelompokku memanggilku untuk segera ikut rombongan pertama menaiki kereta bersama mereka. 

Segera aku berlari sambil membawa kamera dan tas kecilku. Wah, aku duduk tepat sekali didepan bersama dengan kelompokku. Tttuutttt….tuuuttt.. pertanda kereta ini akan segera jalan. Aku merasa senang menaiki kereta api yang pernah berjaya pada zamannya ini, sampai-sampai beberapa anak TK dengan gembira berusaha lari mengejar kereta yang kunaiki dan melambaikan tangan mereka.

img-0797-jpg-5761c5ea717e61ea0f4b77e2.jpg
img-0797-jpg-5761c5ea717e61ea0f4b77e2.jpg
Begitupun dengan pemandangan panorama keindahan alam seperti, lembah yang hijau yang dapat disaksikan sepanjang perjalanan, para petani dan juga seorang nenek bersama dengan perahunya berada diatas berkumpulnya eceng gondok. Pemandangan yang dapat dinikmati dari kereta wisata Ambarawa sampai Tuntang sungguh indah. Sibuk dengan moment yang aku dapatkan sampai lupa kalau batrai kameraku tinggal bertahan beberapa persen saja. Ketika arah balik dari Tuntang menuju Ambarawa, aku berhenti mengambil gambar terlalu banyak. Karena takut kameraku benar-benar kehabisan batrai dan tidak dapat digunakan lagi.

Sudah sampai di Ambarawa, aku mulai kembali mengambil beberapa gambar yang penting-penting saja. Tiba-tiba Indah menghampiriku dan berkata kalau badannya terasa sangat kedinginan. Dia mengajakku untuk kembali ke bis. Tetapi aku sedikit kebingungan karena Kakak pemandu wisataku tidak terlihat saat itu.

 Akhirnya, aku memberikan jaketku kepada Indah agar mengurangi rasa sangat kedinginannya itu. Ternyata Indah semakin kedinginan, kemudian menjatuhkan badannya dan kami pun mengangkat Indah untuk membawanya kedalam bis. Aku dan beberapa teman perempuan merawat Indah didalam bis. Tak lama kemudian teman-teman yang lain mulai bermunculan didalam bis, seperti biasa kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo.

Tidak mudah rupanya untuk melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo. Beberapa tanjakan dan lika-liku jalan harus kami lewati. Sesampainya kami di tempat parkiran bis, aku mencari “dimana pintu masuk menuju Candi Gedong Songo tersebut?” ternyata kami belum sampai ditempat tujuan. Kami perlu menaiki mobil kecil seperti mobil travel kecil. Karena setelah kulihat jalannya lumayan menyeramkan. Tikungan jalan begitu tajam, apalagi tanjakannya yang begitu naik keatas.

 Waw, lumayan seru kalau bersama teman-teman. Sampai juga akhirnya setelah melewati beberapa rintangan. Candi Gedong Songo tidak seperti yang kubayangkan seperti Candi-candi lainnya (Candi Prambanan, Candi Borobudur). Candi Gedong Songo ini memiliki 9 (Sembilan) bangunan candi sesuai dengan arti dari Songo (Sembilan).

 Namun setelah aku telusuri, hanya terdapat 5 (Lima) Komplek Candi. Komplek Candi ini dibuat berurutan dari bawah menuju ke atas perbukitan. Pembuatan Candi yang simetris dan berada atas bukit menunjukan perpaduan dari dua religi yaitu lokal yang menganut kepercayaan terhadap Nenek Moyang dan Budaya Hindu dimana Candi sebagai tempat tinggal Para Dewa.

img-0922-jpg-5761c666717e61790f4b77e8.jpg
img-0922-jpg-5761c666717e61790f4b77e8.jpg
Bagi kalian yang berencana berkunjung kesini, kemudian merasa sangat lelah, bisa menyewa kuda menuju Candi-candi tertentu atau komplit seluruh Candi. Dengan harga berkisar sekitar Rp. 80.000,- untuk mengintari seluruh komplek Candi. Tetapi saya berhasil sampai pada Candi ke 5 (Lima) tanpa menyewa kuda. Pemandangan dari ketinggian diatas sangat indah. 

Setelah puas melihat pemandangan Candi dari atas, saya mengajak beberapa teman untuk turun kebawah, karena melihat cuaca yang tiba-tiba menjadi gelap warnanya. Setengah perjalanan menuju kebawah saya dan teman-teman terkena turunnya air hujan. Kami semua panik karena membawa kamera, dan hal utama yang kami lakukan hanya melindungi kamera agar tidak terkena turunnya air hujan. Lanjut berjalan kami melihat ada sebuah toiletkosong dan tempat itu menjadi tempat kami berteduh. 

Semakin derasnya hujan kami semakin kebingungan, melihat dari kejauhan atas ternyata masih banyak teman-teman kami yang belum turun kebawah. Akhirnya kami semua bersama-sama turun kebawah dengan basah kuyup. Sampai dibawah kami disambut kekhawatiran dan keperdulian oleh Kakak-kakak pemandu wisata. Mereka memberikan kami teh hangat dan beberapa cemilan. Rundownmenunjukkan setelah ini kami check in hotel di Semarang.

Tiba dihotel Citra Dreamdengan sangat semangat, karena akan bertemu dengan kasur. Dibacakan oleh Mas Diasmengenai pembagian kamar. Setelah tahu aku, Nawang, Indah, dan Fenny menggambiltas masing-masing dan berjalan menuju dalam hotel. Nawang meminta akses kunciuntuk membuka kamar tidur kami. Lantai 9 (Sembilan) ya, disitulah kamar kamiberada. Ketika terbuka pintu liftpada lantai 9 (Sembilan) segera kami berebutan untuk masuk ke kamar dan meletakkantubuh diempuknya kasur hotel. Beberapa menit berleha-leha kami menentukan siapayang lebih dahulu mandi. Lagi-lagi saya urutan mandi terakhir. 

Selesai semuanyamandi, saya dan teman-teman berencana untuk pergi ke Simpang Lima. Sampaidibawah kami bingung dengan kendaraan apa kami bisa sampai ditempat tujuan.Satpam hotel pun memberikan masukan kepada kami untuk menaiki sebuah becak yangberada tepat didepan hotel. 

Dengan rasa enggan kami membangunkan salah satutukang becak tersebut. Beberapa menit kami berbincang mengenai tujuan yangdituju beserta harga, akhirnya tukang becak tersebut mau mengantarkan kami,bahkan mengantarkan kami kembali ke hotel juga. Selama perjalanan kami salingberbagi cerita bersama tukang becak tersebut. 

Ternyata Pak Mus namanya, beliau sudah berkeluarga dan berkepala 5 (Lima). Memiliki 2 (Dua) orang anak dan seorang istri. Beliau asal tinggalnya di Solo, namun karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, beliau dengan sepenuh hati bekerja sebagai tukang becak. Pak Mus tinggal disebuah kost-kostan yang berada di dekat hotel. Beliau akan pulang ke Solo setiap 2 (Dua) minggu sekali. 

Di Simpang Lima kami makan semangkuk soto khas Semarang. Rasanya unik, tidak seperti soto biasanya dan satenya sedikit berbeda dari soto lain. Kali ini saya makan soto khas Semarang dengan sate kerang dan ditemani dengan segelas es jeruk. Selesai makan, saya dan teman-teman berkunjung ke alun-alun Simpang Lima serta bercanda dan tidak lupa berfoto-foto disana. Kemudian kami kembali ke hotel dan beristirahat.

“Day three (Sabtu, 28 Mei 2016)”

Alarm Handphoneku dan Nawang berbunyi bersamaan. “Tetap saja aku tidak melihat teman-temanku terbangun, apakah hanya aku yang berniat bangun untuk bersiap-siap?” Ucapku dalam hati. Aku berusaha membangunkan mereka, tetapi mereka tidak juga bangun dari tidur lelapnya. Yasudah, aku siap-siap lebih dahulu setelah selesai aku baru membangunkan mereka kembali. 

Mereka bangun dan terburu-buru untuk bersiap-siap. Yang paling lucu adalah Fenny. Apa-apa serba ketinggalan ketika sudah berada di kamar mandi. Kami turun kebawah dan langsung menuju kedalam bis. Aku terkejut karena baru kami berempat yang tiba pertama didalam bis. Kami mengira kamilah yang paling terlambat bangun.

Panitia memutuskan untuk meninggalkan anak-anak yang tidak tepat bangun. Akhirnya kami yang tepat waktu boleh ikut berjalan lebih dahulu ke Kota Lama Semarang dan Gereja Blendug. Awalnya kami anak-anak jurusan Jurnalistik cukup kecewa karena tidak jadi pergi ke Pasar Johar yang dikarenakan sudah terbakar Pasarnya. 

Menurut kami Pasar Johar akan sangat membantu kami mendapatkan sisi foto Human Interestdan pembelajaran Jurnalistik lainnya. Tetapi Kota Lama Semarang lumayan membantuku mendapatkan beberapa foto Human Interest. Pukul 09.00 WIB kami sudah kembali ke hotel lagi untuk breakfast.

Setelah itu pukul 12.00 WIB kami persiapan untuk check out dari hotel. Jadi kami masih memiliki beberapa jam untuk berkunjung ke pusat oleh-oleh di Semarang. Akan tetapi, dering telepon kamar hotelku berbunyi dan ada informasi baru yang disampaikan oleh customer service hotel, bahwa kami harus segera bersiap-siap untuk mengemaskan barang-barang kami karena adanya perubahan waktu check out hotel. Saat mendapatkan telepon itu, kami panik karena Nawang dan Fenny masih berada di dalam kamar mandi. 

Lagi-lagi disaat yang tidak tepat begini Fenny berteriak dari dalam kamar mandi, Katanya “bebbb,, tolong ambilkan cuci muka Pond’s gw dong yang ada di tas kecil pink itu loh” untuk yang kedua kalinya terulang “bebb,, tolong ambilkan odol gw juga ya gw lupa nih”. Indah dan aku tertawa terbahak-bahak akan tingkah lakunya Fenny yang selalu serba ketinggalan ketika berada didalam kamar mandi. Beres semuanya kami pun check out dari hotel Citra Dream dan langsung menuju ke Masjid Cheng Ho atau Sam Po Kong.

Klenteng Sam Po Kong merupakan tempat ibadah, ziarah dan merupakan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pertama kali sesampainya aku disana, aku melihat seekor ular besar dengan seekor ayam putih yang sedang ketakutan berada di satu buah kandang berjaring. Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu, orang Indonesia keturunan cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng, mengingat bentuknya memiliki arsitektur bangunan cina sehingga mirip sebuah kelenteng.

img-1083-jpg-5761c7aecf9273740ecbfc29.jpg
img-1083-jpg-5761c7aecf9273740ecbfc29.jpg
Disini terdapat dua bagian bagunan Klenteng, bagunan Klenteng sebelah kanan untuk memasukinya memerlukan biaya tiket masuk tambahan sebesar Rp 20.000,-. Mungkin karena bagian itu adalah tempat khusus untuk beribadah, jadi lebih dijaga untuk hal kebersihan dan lain-lainnya sehingga memerlukan biaya. Tempat ini membuat kita menambahkan wawasan baru mengenai budaya peninggalan.

asli-jpg-5761c878b99373df0c1b6077.jpg
asli-jpg-5761c878b99373df0c1b6077.jpg

Kini tibalah kami di Lawang Sewu, sebuah gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di kota Semarang. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan ini memiliki pintu yang sangat banyak, walaupun kenyataannya tidak. Jumlah pintu pada bangunan ini tidak mencapai seribu bahkan hanya 300 sampai 400an pintu. 

Saat sampai ditempat ini, pemandu Lawang Sewu tidak menceritakan hal-hal horror atau mistis lainnya. Melainkan menceritakan mengenai arstitektur dari bangunan Belanda tersebut. Bangunan pada gedung ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga banyak udara diluar masuk kedalam ruangan dan membuat ruangan menjadi sejuk.

 Kamar mandi yang berada di Lawang Sewu ini juga tidak terlihat seram ataupun hal lainnya. Bahkan memiliki desain kamar mandi yang unik dan bersih. Dahulu bangunan kuno dan megah ini dipakai sebagai PT Kereta Api Indonesia. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu berlangsung peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang.

17.00 WIB diperjalanan menuju Batang untuk check in hotel Sendang sari, Pekalongan.

Rombongan kami sampai dihotel pada pukul 22.00 WIB. Kondisi badanku sudah tidak bisa diajak berdiskusi. Aku segera mandi dan langsung beristirahat. Ditengah malam aku terbangun, untung teman-teman kamarku belum mulai tidur. Akhirnya aku meminta tolong mereka untuk menemaniku mencari makanan diluar hotel. 

Kebetulan mereka juga sama-sama lapar seperti diriku. Kami mendapatkan makanan dan segera menghabiskan makanan tersebut. Kenyang sudah perut kami, temanku Sri datang ke kamarku dan berbagi cerita bersama. Sampai pada akhirnya kami tertidur lelap dengan sendirinya.

“Day four (Minggu, 29 Mei 2016)”

Sinar matahari menembus kaca jendela kamarku. Aku dan sri terbangun bersama, kemudian ia pamit untuk kembali ke kamarnya. Seperti biasa aku membangunkan teman-temanku, karena mereka tidak bangun lagi aku segera bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya.

Selesai rapih-rapih diri dan barang-barang, kami pergi menuju ruang makan yang memiliki background kolam berenang. Sarapan pagi ini dengan sepiring nasi goreng hangat beserta teh manis hangat dipagi hari. Dengan diiringi alunan instrumental musik tiba-tiba berubah menjadi suara kakak pemandu wisata yang memberikan informasi baru untuk kami. 

Beliau memberikan beberapa games kepada kami sambil menunggu hasil foto terbaik yang dikirimkan oleh kami melalui jejaring sosial media (Instagram). Karena masih merasa lelah aku dan teman-teman lainnya memutuskan untuk pergi kekamar kembali. Rencananya dikamar kami akan beristirahat sebentar, tetapi ternyata Nawang mengajak kami untuk bernarsis ria bersama. Rasa lelah itu pun seketika hilang. Dan kami harus kembali mempersiapkan check out hotel.

Sekarang kami sudah berada di Pasar Batik International yang berada di Pekalongan. Harusnya saat disini kami juga bisa mendapatkan hal-hal yang berbau Jurnalistik seperti para pengrajin batik dan lain-lainnya. Tetapi untuk kedua kalinya kami dikecewakan. Para pengrajin terseut hanya datang dihari-hari tertentu saja, tidak untuk hari minggu seperti sekarang ini. 

Akhirnya kami hanya berbelanjakan Batik dari Pekalongan. Kami kembali menuju Jakarta. Selama diperjalanan menuju Jakarta, Kak Abud dan Kak Citra memberikan kesan dan pesan untuk empat harinya bersama dengan kami. Dan kami pun sebaliknya. Suasana di bis tidak kalah menyenangkan seperti suasana diluar bis. Walaupun didalam bis kami tidak satu kelas full melainkan beda kelas, saya sangat merasa nyaman dan senang bisa berbagi canda dan tawa bersama mereka. Kebersamaan kami sangatlah mahal. Yeayyy pukul 01.00 WIB kami tiba di Studio 5 Indosiar, Daan mogot.

Saya kira itu saja yang dapat saya sharing mengenai Hunting Photography kemarin. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang membaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam bentuk tulisan atau perkataan melalui tulisan tersebut. Terimakasih :) 

                                                                                                               -    HAPPY ENDING    -

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun