Sudah sampai di Ambarawa, aku mulai kembali mengambil beberapa gambar yang penting-penting saja. Tiba-tiba Indah menghampiriku dan berkata kalau badannya terasa sangat kedinginan. Dia mengajakku untuk kembali ke bis. Tetapi aku sedikit kebingungan karena Kakak pemandu wisataku tidak terlihat saat itu.
Akhirnya, aku memberikan jaketku kepada Indah agar mengurangi rasa sangat kedinginannya itu. Ternyata Indah semakin kedinginan, kemudian menjatuhkan badannya dan kami pun mengangkat Indah untuk membawanya kedalam bis. Aku dan beberapa teman perempuan merawat Indah didalam bis. Tak lama kemudian teman-teman yang lain mulai bermunculan didalam bis, seperti biasa kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo.
Tidak mudah rupanya untuk melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo. Beberapa tanjakan dan lika-liku jalan harus kami lewati. Sesampainya kami di tempat parkiran bis, aku mencari “dimana pintu masuk menuju Candi Gedong Songo tersebut?” ternyata kami belum sampai ditempat tujuan. Kami perlu menaiki mobil kecil seperti mobil travel kecil. Karena setelah kulihat jalannya lumayan menyeramkan. Tikungan jalan begitu tajam, apalagi tanjakannya yang begitu naik keatas.
Waw, lumayan seru kalau bersama teman-teman. Sampai juga akhirnya setelah melewati beberapa rintangan. Candi Gedong Songo tidak seperti yang kubayangkan seperti Candi-candi lainnya (Candi Prambanan, Candi Borobudur). Candi Gedong Songo ini memiliki 9 (Sembilan) bangunan candi sesuai dengan arti dari Songo (Sembilan).
Namun setelah aku telusuri, hanya terdapat 5 (Lima) Komplek Candi. Komplek Candi ini dibuat berurutan dari bawah menuju ke atas perbukitan. Pembuatan Candi yang simetris dan berada atas bukit menunjukan perpaduan dari dua religi yaitu lokal yang menganut kepercayaan terhadap Nenek Moyang dan Budaya Hindu dimana Candi sebagai tempat tinggal Para Dewa.
Setelah puas melihat pemandangan Candi dari atas, saya mengajak beberapa teman untuk turun kebawah, karena melihat cuaca yang tiba-tiba menjadi gelap warnanya. Setengah perjalanan menuju kebawah saya dan teman-teman terkena turunnya air hujan. Kami semua panik karena membawa kamera, dan hal utama yang kami lakukan hanya melindungi kamera agar tidak terkena turunnya air hujan. Lanjut berjalan kami melihat ada sebuah toiletkosong dan tempat itu menjadi tempat kami berteduh.
Semakin derasnya hujan kami semakin kebingungan, melihat dari kejauhan atas ternyata masih banyak teman-teman kami yang belum turun kebawah. Akhirnya kami semua bersama-sama turun kebawah dengan basah kuyup. Sampai dibawah kami disambut kekhawatiran dan keperdulian oleh Kakak-kakak pemandu wisata. Mereka memberikan kami teh hangat dan beberapa cemilan. Rundownmenunjukkan setelah ini kami check in hotel di Semarang.
Tiba dihotel Citra Dreamdengan sangat semangat, karena akan bertemu dengan kasur. Dibacakan oleh Mas Diasmengenai pembagian kamar. Setelah tahu aku, Nawang, Indah, dan Fenny menggambiltas masing-masing dan berjalan menuju dalam hotel. Nawang meminta akses kunciuntuk membuka kamar tidur kami. Lantai 9 (Sembilan) ya, disitulah kamar kamiberada. Ketika terbuka pintu liftpada lantai 9 (Sembilan) segera kami berebutan untuk masuk ke kamar dan meletakkantubuh diempuknya kasur hotel. Beberapa menit berleha-leha kami menentukan siapayang lebih dahulu mandi. Lagi-lagi saya urutan mandi terakhir.
Selesai semuanyamandi, saya dan teman-teman berencana untuk pergi ke Simpang Lima. Sampaidibawah kami bingung dengan kendaraan apa kami bisa sampai ditempat tujuan.Satpam hotel pun memberikan masukan kepada kami untuk menaiki sebuah becak yangberada tepat didepan hotel.